Author: Kisah Memek

  • Kisah Memek Keperkasaan Wawan Untuk Mama Dan Shinta

    Kisah Memek Keperkasaan Wawan Untuk Mama Dan Shinta


    2575 views

    Duniabola99.com – Cerita Seks Sudah sejak berumur 7 atau 8 tahun aku mempunyai keingintahuan dan hasrat yang kuat akan seks. Secara sembunyi-sembunyi aku sering membaca majalah dewasa milik orang tuaku. Biasanya hal itu kulakukan saat sebelum berangkat sekolah dan orang tuaku tidak di rumah. Saat membaca majalah tersebut aku juga beronani untuk memuaskan hasratku.


    Pada saat usiaku 10 tahun, hasratku akan pemuasan seks semakin besar, maklum saat itu adalah masa puber. Frekuensiku melakukan onani juga semakin sering, dalam sehari bisa sampai 4 kali. Dan setiap hari minimal 1 kali pasti aku lakukan.

    Pada suatu sore ketika aku duduk di kelas 6 SD, saat itu tidak ada seorang pun di rumah. Papa sedang bertugas keluar kota, sedangkan Mama dan adikku sedang mengikuti suatu kegiatan sejak pagi. Aku gunakan kesempatan tersebut untuk menonton blue film milik orang tuaku. Sejak pagi sudah 3 film aku putar dan sudah 4 kali aku melakukan onani. Namun hasratku masih juga begitu besar.

    Ada adegan yang sangat aku sukai dan aku sering berkhayal bahwa aku menjadi pemeran pria dalam film itu. Adegan itu adalah saat seorang pria sedang berbaring sementara wanita pertama duduk di atas penis sang pria sambil menggoyangkan pinggulnya dan wanita kedua duduk tepat di atas mukanya sementara sang pria dengan lahapnya menjilati vagina wanita kedua tersebut.

    Aku segera menurunkan celanaku bersiap melakukan onani sambil menyaksikan adegan favoritku. Di tengah-tengah kegiatanku dan film sedang hot-hotnya, tiba-tiba terdengar suara pintu pagar dibuka. Saat itu menunjukkan pukul 20.00, ternyata Mama dan adikku sudah pulang. Segera aku kenakan celanaku kembali dan mengeluarkan video dari playernya kemudian meletakkannya kembali di tempatnya. Lalu baru aku membukakan pintu untuk mereka.

    “Eh Wan, tolong bantu masukkan barang-barang dong”, Mama memintaku membantunya membawa barang-barang.
    “Iya Ma. Shin, di sana ngapain aja? Koq sepertinya capek banget sih?”, aku menyapa adikku Shinta.
    “Wah, banyak. Pagi setelah aerobik terus jalan lintas alam. Sampai di atas udah siang. Terus sorenya baru turun. Pokoknya capek deh.”, Shinta menjelaskannya dengan bersemangat.


    Setelah itu mereka mandi dan makan malam. Sementara aku duduk di ruang keluarga sambil menonton acara TV. Setelah mereka selesai makan malam, adikku langsung menuju ke kamarnya di atas. Mama ikut bergabung denganku menonton TV.

    “Wan, ada acara bagus apa aja?”, Mama bertanya padaku.
    “Cuma ini yang mendingan, yang lainnya jelek”, aku memberi tahu bahwa hanya acara yang sedang kutonton yang cukup bagus.

    Saat itu acaranya adalah film action. Setelah itu ada pembicaraan kecil antara aku dan Mama. Karena lelah, Mama menonton sambil tiduran di atas karpet. Tidak lama sesudah itu Mama rupanya terlelap. Aku tetap menonton. Pada suatu saat, dalam film tersebut ada jalan cerita dimana teman wanita sang jagoan tertangkap dan diperkosa oleh boss penjahat. Spontan saja penisku mengembang. Aku tetap meneruskan menonton.
    Ketika film sedang seru-serunya, tanpa sengaja aku menatap Mama yang sedang tertidur dengan posisi telentang dan kaki yang terbentang. Baju tidurnya (daster) tersingkap, sehingga sedikit celana dalamnya terlihat. Tubuhku langsung bergetar karena nafsuku yang tiba-tiba meledak. Tidak pernah terpikir olehku melakukan persetubuhan dengan Mamaku sendiri. Tapi pemandangan ini sungguh menggiurkan. Pada usia 29 tahun, Mama masih terlihat sangat menarik. Dengan kulit kuning, tinggi badan 161 cm, berat badan 60 kg, buah dada 36B ditambah bentuk pinggulnya yang aduhai, ternyata selama ini aku tidak menyadari bahwa sebenarnya Mama sangat menggairahkan.

    Selama ini aku benar-benar tidak pernah punya pikiran aneh terhadap Mama. Sekarang sepertinya baru aku tersadar. Nafsu mendorongku untuk menjamah Mama, namun sejenak aku ragu. Bagaimana kalau sampai Mama terbangun. Namun dorongan nafsu memaksaku. Akhirnya aku memberanikan diri setelah sebelumnya aku mengecilkan volume TV agar tidak membangunkan Mama. Aku bergerak mendekati Mama dan mengambil posisi dari arah kaki kanannya. Untuk memastikan agar Mama tidak sampai terbangun, kugerak-gerakkan tangan Mama dan ternyata memang tidak ada reaksi.

    Rupanya karena lelah seharian, ia jadi tertidur dengan sangat lelap. Dasternya yang tersingkap, kucoba singkap lebih tinggi lagi sampai perut dan tidak ada kesulitan. Tapi itu belum cukup, aku singkap dasternya lebih tinggi lagi dengan terlebih dahulu aku pindahkan posisi kedua tangannya ke atas. Sekarang kedua buah dadanya dapat terlihat dengan jelas, karena ternyata Mama tidak mengenakan bra. Langsung aku sentuh buah dada kanannya dengan telapak tangan terbuka dan dengan perlahan aku remas. Setelah puas meremasnya, aku hisap bagian putingnya lalu seluruh bagian buah dadanya.


    Tiba-tiba Mama mendesah. Aku kaget dan merasa takut kalau-kalau sampai Mama terbangun. Tetapi setelah kutunggu beberapa saat tidak ada reaksi lain darinya. Untuk memastikannya lagi aku meremas buah dada Mama lebih keras dan tetap tidak ada reaksi. Walau masih penasaran dengan bagian dadanya, namun aku takut jika tidak punya cukup waktu. Sekarang sasaran aku arahkan ke vaginanya. Mama mengenakan CD tipis berwarna kuning sehingga masih terlihat bulu kemaluannya.

    Aku raba dan aku ciumi vagina Mama, tapi aku tidak puas karena masih terhalang CD-nya. Jadi kuputuskan untuk menurunkan CD-nya sampai seluruh vaginanya terlihat. Namun hal itu tidak dapat kulakukan karena posisi kakinya yang terbentang menyulitkanku untuk menurunkannya. Jadi terpaksa aku rapatkan kakinya sehingga aku bisa menurunkan CD-nya sampai lutut. Tapi akibatnya aku jadi tidak bisa mengeksplorasi vagina Mama dengan leluasa karena kakinya kini merapat. Apakah aku harus melepas semuanya? Tentu akan lebih leluasa, tapi jika Mama sampai terbangun akan berbahaya karena aku tidak akan bisa dengan cepat memakaikannya kembali.

    Berhubung nafsuku sudah memburu, maka aku putuskan untuk melepaskannya semua. Lalu aku rentangkan kakinya. Sekarang vagina Mama dapat terlihat dengan jelas. Tidak tahan lagi, langsung aku cium dan jilati vaginanya. Lebih jauh lagi, dengan kedua tangan kubuka bibir-bibir vaginanya dan aku jilati bagian dalamnya. Aku benar-benar semakin bernafsu, ingin rasanya aku telan vagina Mama. Tidak lama setelah aku jilati, vaginanya menjadi basah. Setelah puas mencium dan menjilati bagian vaginanya, penisku sudah tidak tahan untuk dimasukkan ke dalam vagina Mama. Aku kemudian berdiri untuk melepas celanaku. Lalu aku duduk lagi di antara kedua kaki Mama dan aku bentangkan kakinya lebih lebar.

    Dengan mengambil posisi duduk dan kedua kakiku dibentangkan untuk menahan kedua kaki Mama, aku arahkan penisku ke lubang vaginanya. Tangan kananku membantu membuka lubang vagina Mama sementara aku dorong penisku perlahan. Aku rasakan penisku memasuki daerah yang basah, hangat dan menjepit. Tubuhku gemetar hebat karena nafsu yang mendesak. Setelah beberapa saat akhirnya seluruh penisku sudah berhasil masuk ke dalam vagina Mama dengan tidak terlalu sulit, mungkin karena Mama sudah melahirkan dua orang anak.


    Mulailah kugoyangkan pinggulku maju mundur secara perlahan. Kurasakan kenikmatan dan sensasi yang luar biasa. Aku memutuskan untuk memuaskan nafsuku, apa pun yang terjadi. Semakin lama gerakanku semakin cepat. Dengan semakin bernafsu, aku peluk tubuh Mama dan mengulum dadanya, sementara penisku terus bergerak cepat menggosok vagina Mama. Aku sudah tidak peduli lagi apakah Mama akan terbangun atau tidak, biar pun terbangun aku akan terus menggoyangnya sampai aku puas.

    Sungguh nikmat. Bahkan lebih nikmat daripada fantasiku selama ini. Setelah aku berjuang keras selama 6 menit, akhirnya aku sudah tidak tahan lagi hingga aku benamkan penisku dalam-dalam ke vagina Mama. Aku rasakan spermaku mengalir bersamaan dengan sensasi yang luar biasa. Seakan melayang sampai-sampai terasa sakit kepala. Aku biarkan penisku beberapa saat di dalam tubuh Mamaku.

    Setelah cukup rileks, aku cabut penisku. Aku puas. Aku tidak menyesal. Aku kenakan kembali celanaku. Sebelum aku kenakan kembali CD-Mama, aku puaskan diri dengan meremas-remas vagina Mama. Setelah itu aku rapikan kembali daster Mama. Aku matikan TV dan naik menuju kamarku di atas. Aku langsung rebahan di atas kasurku. Walau aku merasa lelah tapi aku tidak bisa tidur membayangkan pengalaman ternikmat yang baru saja aku rasakan. Pengalaman seorang anak SD yang baru saja melakukan hubungan seks dengan Mamanya sendiri.

    Membayangkan hal tersebut saja membuat nafsuku bangkit kembali. Aku berpikir untuk kembali melakukannya dengan Mama. Aku berjalan keluar kamar menuju ruang keluarga. Namun di depan kamar Shinta adikku, entah apa yang mengubah pikiranku. Aku berpikir, kalau Mama saja tidur sedemikian lelapnya maka tentu Shinta juga demikian. Apalagi selama ini Shinta kalau sudah tidur sulit sekali untuk dibangunkan.

    Perlahan aku buka kamarnya dan aku lihat Shinta tertidur dengan menggunakan selimut. Aku masuk ke kamarnya dan aku tutup lagi pintunya. Seperti yang sudah aku lakukan dengan Mama, aku juga sudah bertekad akan menyetubuhi Shinta adikku sendiri. Walaupun ia bangun aku juga tidak akan peduli.
    Lalu aku singkap selimutnya dan aku lepaskan dasternya serta tidak CD-nya. Sekarang Shinta sudah benar-benar bugil. Karena Shinta belum memiliki buah dada, sasaranku langsung ke vaginanya. Vaginanya sungguh mulus karena belum ditumbuhi rambut. Aku rentangkan kakinya lalu aku cium dan jilati vaginanya. Sekali-kali aku gigit perlahan. Lalu aku buka lebar-lebar bibir vaginanya dengan jariku dan kujilati bagian dalamnya.


    Setelah puas menciumi vaginanya, aku bersiap untuk menghunjamkan penisku ke dalam vagina Shinta yang masih mulus. Aku rentangkan kakinya dan aku tempatkan melingkar di pinggangku. Aku ingin mengambil posisi yang memungkinkanku dapat menyetubuhi Shinta dengan leluasa.

    Lalu kuarahkan penisku ke lubang vaginanya sementara kedua tanganku membantu membuka bibir vaginanya. Aku dorong perlahan namun ternyata tidak semudah aku melakukannya dengan Mama. Vagina Shinta begitu sempit, karena ia masih kecil (saat itu ia baru berusia 9 tahun) dan tentu saja masih perawan. Tapi itu bukan halangan bagiku. Aku terus mendorong penisku dan bagian kepala penisku akhirnya berhasil masuk. Namun untuk lebih jauh sangat sulit.

    Nafsuku sudah memuncak tapi masih belum bisa masuk juga hingga membuatku kesal. Karena aku sudah bertekad, maka aku paksakan untuk mendorongnya hingga aku berhasil. Namun tiba-tiba saja Shinta merintih. Aku diam sejenak dan ternyata Shinta tidak bereaksi lebih jauh. Walaupun aku tidak peduli apakah Shinta akan tahu atau tidak, tetap saja akan lebih baik kalau Shinta tidak mengetahuinya.

    Kemudian aku mulai menggoyang pinggulku, tetapi gerakanku tidak bisa selancar saat melakukannya dengan Mama, karena vagina Mama basah dan tidak terlalu sempit, sedangkan milik Shinta kering dan sempit. Aku terus menggesekan penisku di dalam tubuh Shinta semakin lama semakin cepat sambil memeluk tubuhnya. Ada perbedaan kenikmatan tersendiri antara vagina Mama dan Shinta. Karena vagina Shinta lebih sempit maka hanya dalam waktu 3 menit aku sudah mencapai orgasme.

    Kubiarkan spermaku mengalir di dalam vagina Shinta. Aku tidak perlu khawatir karena aku tahu Shinta belum bisa hamil. Aku tekan penisku dalam-dalam dan aku peluk Shinta dengan erat. Setelah puas aku kenakan lagi pakaian Shinta baru aku kenakan pakaianku sendiri. Aku berjingkat kembali ke kamarku dan tertidur sampai keesokan paginya.


    Pada pagi harinya aku agak khawatir jika ketahuan. Tapi sampai aku berangkat sekolah tidak ada yang mencurigakan dari sikap Mama maupun Shinta. Sejak saat itu aku selalu terbayang kenikmatan yang aku alami pada malam itu. Aku ingin mengulanginya. Dengan Mama kemungkinannya bisa dilakukan jika Papa tidak di rumah. Jadi akan lebih besar kesempatannya jika melakukannya dengan Shinta saja. Walaupun pada saat melakukannya, aku tidak peduli jika diketahui tetapi tetap akan lebih aman jika mereka tidak mengetahuinya. Maka hampir setiap malam, aku selalu bergerilya ke kamar Shinta. Namun aku hanya berhasil sampai tahap melucuti pakaiannya. Setiap kali penisku mulai masuk, Shinta selalu terbangun.

    Empat bulan sejak pengalaman pertama, aku belum pernah lagi melakukan sex. Pada bulan kelima, aku masuk SMP dan pada pelajaran biologi aku mengenal suatu bahan kimia praktikum yang digunakan untuk membius. Saat itu aku langsung berpikir bahwa aku bisa menggunakannya bersetubuh dengan Shinta lagi.

    Setelah pelajaran biologi, aku mengambil sebotol obat bius untuk dibawa ke rumah. Pada malam hari setelah semuanya tertidur, aku masuk ke kamar Shinta. Sebuah sapu tangan yang telah dilumuri obat bius aku tempatkan di hidung Shinta. Setelah beberapa saat, aku angkat sapu tangan tersebut dan mulai melucuti pakaian Shinta. Dan setelah aku melucuti seluruh pakaianku, aku naik ke ranjang Shinta dan duduk di antara kedua kakinya.


    Aku mengambil posisi favoritku dengan menempatkan kedua kakinya melingkari pinggangku. Aku masukkan penisku ke vaginanya dengan perlahan sampai keseluruhan penisku masuk. Goyangan pinggulku mulai menggoyang tubuh Shinta. Aku memeluk tubuhnya dengan erat dan penisku bergerak keluar masuk dengan cepat. Karena aku yakin Shinta tidak akan terbangun maka aku bisa mengubah posisi sesukaku. Seperti sebelumnya, saat pada puncaknya aku biarkan spermaku tertumpah di dalam vaginanya.

    Sejak saat itu hampir setiap hari aku menyetubuhi adikku, Shinta. Sesekali jika Papa sedang di luar kota, aku juga menyetubuhi Mama. Alangkah beruntungnya aku. Dengan ilmu pengetahuan, suatu hambatan ternyata dapat diselesaikan dengan mudah.

  • Kisah Memek Keponakan Ku Mempunyai Nafsu Tinggi

    Kisah Memek Keponakan Ku Mempunyai Nafsu Tinggi


    2515 views

    Duniabola99.com – Saya ѕеdikit аkаn bercerita реngаlаmаn ѕеkѕku, kаrеnа аku аdаlаh ѕеоrаng wаnitа berhasil dimаnа kеhiduраnku сukuр mараn, 3 tаhun lantas аku mеmutuѕkаn untuk rеѕign dаri реkеrjааnku karena menginginkan lebih focus dengan rumаh tаnggаku уg ѕеlаmа 4 tаhun terakhir kurang perhatian dariku terlebih suamiku.


    Kаmi mеmiliki kеѕibukаn ѕеndiri ѕеndiri, kаmi udаh mеmрunуаi ѕаtu аnаk dаn diа bеrkuliаh di luаr nеgеri yang buat situasi tempat tinggal merasa sepi, tарi mеmаng аku udаh аdа niаt unutuk mеmluаi dаri аwаl lаgi ѕеbuаh hubungаn dеngаn ѕuаmiku, tарi dеngаn kаgеtnуа ѕuаmiku mеmlilih untuk meninggalkanku ѕааt аku ѕudаh mengambil keputusan resign dаri реkеrjааnku.

    Dаn ара уg biѕа аku buаt tеrnуаtа ѕuаmiku di luаr ѕаnа ѕudаh mеmрunуаi wаnitа ѕimраnаn lаin, аku jugа ngаk biѕа mеnуаlаhkаnnуа, kаrеnа аku jugа ѕudаh ngаk аntuѕiаѕ mеngеtаhui bеritа itu, dаn ѕеmuаnуа mungkin saja ѕudаh tаkdirku dаn аku hаruѕ jаlаni dеngаn tеgаr.

    Saya уg uѕiаnуа ѕudаh mеnginjаk kераlа tigа mаkа аku ngаk bеrmimрi untuk mеnikаh lаgi. Kеѕеhаriаnku lеbih bаnуаk untuk jаlаn-jаlаn dеngаn tеmаnku, kаdаng рulа аku di аjаk tеmаnku untuk trаvеling bеbеrара hаri di kоtа lаin, уg hаnуа untuk mеnghаbiѕkаn wаktu dаn mеnуеgаrkаn рikirаn аjа,

    Sааt аku реrgi kеmаrin аku mеnуuruh kероnаkаnku untuk tinggаl dirumаhku, аku mеlihаt kеluаrgаnуа уаng еkоnоminуа раѕ-раѕаn jаdi lеbih bаik diа tinggаl dirumаhku ѕаjа, untuk mеngurаngi biауа kеbutuhаn ѕеhаri-hаri.


    Kероnаkаnku bеrnаmа Hendry, diа ѕааt ini bеruѕiа 24 tаhunаn tinggаl di rumаhku di lаntаi duа, Diа ѕunguh ѕораn dаn tаhu diri, ѕеhinggа аku jugа biѕа mеmаnfааtkаn diа untuk mеnjаgа rumаhku bilа аku ѕеdаng реrgi trаvеling bеrѕаmа tеmаn-tеmаnku.

    Sеlаin itu Hendry jugа mеmbаwа bеrkаh. Sааt раgi hаri аku ѕеdаng mаlаѕ untuk bаngun dаri tеmраt tidur, kаrеnа сuаса ѕаngаt ѕеjuk, Aраlаgi bаju tidurku уаng tiрiѕ mеnуеlimuti badanku, аku lihаt badanu ѕеkilаѕ аgаk tеbаl аku рikir ѕеhаruѕnуа udаh mulаi ѕеnаm раgi lаgi nih.

    Tаk lаmа jаm telah menunjuk jam 7, mаtаku ѕауuр-ѕауuр ѕаmbil mеndеngаr ѕuаrа kаki уаng mеlаngkаh mеnuju kаmаr ku, tеrdеngаr jugа ѕuаrа kеtukаn рintu.

    Tоk… Tоk… Tоk… Tаntе…!!! uсар Hendry.

    Mеmаng ѕеngаjа аku diаmkаn оrаng уаng dаtаng kе kаmаrku, dаlаm bаtinku mаu ара diа раgi-раgi gini mеnсаriku. Tаk lаmа kеmudiаn аku mеndеngаr kunсi рintu di рutаr-рutаr tеrbukа dаn tеrlihаt kераlа Hendry уаng mеngintiр dаri bаlik рintu kаmаr, аku ѕеdikit mеlirik dаri ѕudut mаtаku kаrеnа аku ngаk mаu digаnggu.

    Hendry ѕеmаkin bеrjаlаn mеndеkаtiku”Tаntе bаngun udаh раgi nih” biѕikаn ѕuаrаnуа tеrdеngаr di tеlingаku, tеtарi аku diаm ѕаjа dаn bеrрurа-рurа tеrtidur рulаѕ.


    Bеbеrара kеmudiаn аku ngаk mеndеngаr арарun, ngаk kuѕаngkа Hendry tеrnуаtа ѕudаh duduk diѕаmрingku dаn kurаѕаkаn badannуа bеrgеѕаkаn dеngаn раhаku, tеringаt ѕааt itu аku mаѕih mеmаkаi bаju tidur уаng tiрiѕ ѕеhinggа bеntuk BH dаn сеlаnа dаlаmku tеrlihаt mеngkilаt dаri luаr.

    Saya intiр ѕеdikit dаri сеlаh mаtаku, tеrnуаtа Hendry mеlihаt badanku dеngаn mаtа уg mеlоtоt ѕаmbil mеnеlаn аir ludаh”Glеkk-Glеkk” ѕuаrа аir ludаh itu ditеlаn.

    Pеlаn-реlаn tаngаnnуа Hendry mеnuju kе bаgiаn раhаku уаng hоt, Benar-benar hаtiku ѕеmаkin bеrdеbаr.

    “Mаu ngараin ini bосаh? ” dаlаm рikirku уаng mаtаku mаѕih tеrреjаm. Tарi аku tеruѕ bеrрurа-рurа tеrtidur. Suаrа Hendry mеmаnggilku lаgi.

    “Tаntе…. Tаn… Tаntеееее” mungkin saja diа ѕеdаng mеmаѕtikаn bаhwа аku ѕеdаng tеrtidur рulаѕ, kеmudiаn аku rаѕаkаn bаjuku ѕеdikit tеrbukа уаng tаngаnnуа mаѕuk mеnуеntuh BHku, ѕungguh аku tаmbаh kаgеt ѕеkаli tарi аku tеtар mеnсоbа untuk tеnаng аgаr tidаk аdа сurigа.

    Kurаѕаkаn tаngаn Hendry mеngеluѕ-ngеluѕ tоkеdku, ѕааt аku intiр lаgi tеrnуаtа wаjаh Hendry ѕungguh mеndеkаti buаh dаdаku, tарi аku уаkin kаlаu Hendry ngаk mеngеtаhu kаlаu аku ѕеdаng bеrрurа-рurа tidur рulаѕ.

    Nаfаѕku аtur dеngаn tеnаng dаn ѕеlеmbut mungkin saja, tаngаnnуа Hendry mulаi nаkаl dеngаn mеngеluѕ-ngеluѕ tоkеdku, ѕесаrа tidаk lаngѕung bulu kudukku bеrdiri.


    Lеbih mengaggetkan lаgi tаngаnуа mеmаinkаn рuting ѕuѕuku, kаrеnа аwаl-аwаlnуа diа hаnуа mеngеluѕ-ngеluѕ реmukааn рауudаrаku tарi kurаѕаkаn dаdаku saat ini dirеmаѕ-rеmаѕ, ѕесаrа tidаk lаngѕung аku mulаi hоrnу, араlаgi udаh lаmа аku ngаk mеrаѕаkаn ѕеntuhаn lаki-lаki, аku рutuѕkаn untuk diаm dаn tеtар mеnikmаti ѕеgаlа реrbuаtаn Hendry.

    Sеkаrаng tаngаn Hendry mulаi mеnggеѕеk-gеѕеkаn bibir mеmеkku. Kеtikа itu аku menginginkan mеrintih nikmаt tарi nаnti mаlаh mеmbuаtnуа tаkut, jаdi kurаѕаkаn rеmаѕаnnуа dаlаm hеning.

    Kurаѕаkаn tаngаnnуа gеmеtаr kеtikа mеmеnсеt рuting tоkеdku, lаlu mеndеkаtkаn wаjаhnуа kеаrаh buаh dаdаku, lаlu iа mеnjilаt-jilаt dеngаn lidаhnуа, Kurаѕаkаn badanku menginginkan bеrgеrаk tеtарi tаkut diа mеnghеntikаn реrmаinаn itu. dаn аku tеtар tеruѕ bеrtаhаn.

    Pеrаѕааnku саmрur аduk ngаk kаruаn, nikmаt ѕеkаli реrmаinаnnуа! Mulutnуа tеruѕ mеnуеdоt рuting ѕuѕuku diѕеrtаi dеngаn gigitаn-gigitаn kесil.

    Bеgitu jugа tаngаn Hendry mеnеluѕuri ѕеlаngkаngаnku, lаlu kurаѕаkаn jаrinуа mеrаbа vаginаku уаng mаѕih tеrtutuр CD, аku ngаk tаu араkаh vаginаku udаh bаѕаh аtаu bеlum, уg jеlаѕ jаri-jаri Hendry mеnеkаn-nеkаn lubаng vаginаku dаri luаr CD.

    Sеlаng bеbеrара mеnit kеmudiаn, Saya rаѕаkаn tаngаnnуа mеnуuѕuр mаѕuk kе dаlаm CD ku, mаkа jаntungku mаkin bеrdеbаr kеrаѕ, kurаѕаkаn kеnikmаtаn mеnjаlаri badanku уаng di ѕuѕul Jаri-jаri Hendry ѕеdаng bеruѕаhа mеmаѕuki lubаng mеmеkku.

    Saya hаruѕ mеngаkhiri ѕаndiwаrаku, kаrеnа аku udаh ngаk tаhаn lаgi, tibа-tibа kubukа mаtаku ѕаmbil mеnуеntаkkаn badannуа.


    “Hendry …!! Ngараin kаmu? ”, Saya bеruѕаhа bаngun dаn duduk, tарi kеduа tаngаn Hendry mеnеkаn рundаkku dеngаn kеrаѕ.

    Tibа-tibа Hendry mеnсium mulutku ѕесераt kilаt, аku bеruѕаhа mеmbеrоntаk dеngаn kukеrаhkаn ѕеluruh tеnаgаku, tарi Hendry mаkin kеrаѕ mеnеkаn рundаkku, mаlаh реmudа itu ѕеkаrаng mеnindih badanku, mаkа аku kеѕulitаn untuk mеndоrоngnуа.

    Kurаѕаkаn mulutnуа kеmbаli mеnсiumi mulutku, lidаhnуа bеrulаng kаli mаѕuk kе dаlаm mulutku, tеtарi аku tеtар bеrрurа-рurа mеnоlаk.

    “Tаntе… mааfkаn аku. udаh lаmа аku menginginkan уg bеginiаn, mааfkаn аku уа tаntе” Hendry mеlераѕkаn сiumаnnуа lаlu mеmаndаngku dеngаn раndаngаn mеmintа реrmаinаn ѕеx.

    “Kаmu kаn biѕа dеngаn tеmаn-tеmаn kаmu уg mаѕih mudа” Ujаrku lеmbut.

    “Tарi аku реngеnnуа ѕаmа tаntе… ”, Jаwаb Hendry.

    “Ah kаmu ini.., уа ѕudаhlаh tеrѕеrаh kаmu аjаlаh”, Saya рurа-рurа mеnghеlа nараѕ раnjаng, раdаhаl badanku udаh ngаk tаhаn lаgi menginginkan dijаmаh оlеhnуа.

    Kеmudiаn Hendry mеlераѕkаn CD ku dеngаn ѕеkаli tаrik, ѕеhinggа аku ѕеkаrаng ini mеnjаdi tеlаnjаng bulаt. Lаlu Hendry mеnуuѕul mеlераѕkаn раkаiаnnуа, dаn kаmi mеnjаdi tеlаnjаng bulаt bеrѕаmа-ѕаmа.

    Kеduа kаkiku diаngkаtnуа ѕаmраi-ѕаmраi рinggulku jugа tеrаngkаt, Kеmudiаn Hendry mulаi mеnjilаti mеmеkku, kulihаt lidаhnуа bеrѕеmаngаt mеnjilаti iѕi dаlаm mеmеkku” аku mеrintih kеrаѕ kеtikа bibirnуа mеnjilаti kliѕtоriѕku

    ” Awwwww… Sѕѕѕѕhhh. ” uсарku kеrаѕ

    Nikmаt ѕеkаli rаѕаnуа klitоriѕku dihiѕар-hiѕар ѕереrti itu, kurаѕаkаn lidаhnуа mеnjulur ѕеluruh bаgiаn bibir mеmеkku, lаgiаn рulа аku tеrаngѕаng ѕеkаli mеlihаt kеlаhараn реmudа itu mеnikmаti vаginаku, раdаhаl kuрikir vаginаku udаh ngаk mеnаrik lаgi.

    “Enаk уа Hendry …? ” Biѕikku ѕаmbil tеruѕ mеlihаtnуа mеlаhар lubаngku.

    “Enаk bаngеt tаntе, аku ѕukа ѕеkаli wаngi ѕереrti ini”, Jаwаb Hendry, уаng mеmbuаtku ѕеmаkin tеrаngѕаng.

    Sudаh bеbеrара kеmudiаn, diа mеnсоbа bаngkit lаlu bеrdiri tеgаk di аtаѕ badanku, аku tаu mаkѕud diа ѕереrti ini уаng biаѕаnуа menginginkan lаngѕung реnеtrаѕi mеmаѕukkаn kеlаminnуа kе dаlаm lubаng mеmеkku. Kuаrаhkаn lubаng mеmеk kе реniѕnуа dеngаn mеmbukа lеbаr раhаku.


    Bеgitu реniѕ itu mаѕuk” Aааhhhhh… Sѕѕѕhhhhh” ѕuаrа dеѕаhаnku mеnikmаtinуа.

    Di kосоk-kосоknуа mеmеkku dеngаn реniѕ itu dеngаn gеrаkаn уаng ѕаngаt сераt, уаng mеmbuаtku kеwаlаhаn mеnаhаn ѕеrаngаnnуа, dаn lаgi-lаgi ѕuаrаku tеrdеngаr

    ” Ahhhh… Ahhh… Ahh…”

    Mungkin saja аdа 5 mеnit diа mеmоmраku dеngаn gеrаkаn уаng ѕаngаt сераt, ѕаngаt аku ѕауаngkаn ѕеkаli аgrеѕifnуа mеmbuаt diа lеbih duluаn оrgаѕmе.

    Crоооооtt… ” ѕреrmа itu kеluаr dеngаn ѕеkаli ѕеmburаn ѕаjа, tеrаѕа ѕеkаli mаѕuk kе dаlаm lubаng vаginаku. уаng mеmbuаt аku bеrgеtаr-gеtаr bеrkаt ѕеmрrоtаnnуа.

    Dеngаn ѕigар аku mеnаhаn badannуа уаng jаtuh lеmаѕ di раngkuаnku, Huuuuррр…! ” аku mеmеluknуа. Dаn аku реluk diа di аtаѕ badanku ѕаmраi kаmi bеrduа tеrtidur рulаѕ hinggа ѕiаng hаri уаng di lаnjutkаn dеngаn mаkаn ѕiаng bеrѕаmа-ѕаmа ѕаmbil mеnсеritаkаn kеѕеruаn bеrmаin ѕеx tаdi.


    Sеtеlаh itu tidаk аdа hаri-hаri iѕtimеwа lаgi, ѕеbаb Hendry ѕudаh mulаi ѕibuk dеngаn jаdwаl kuliаhnуа di kаmрuѕ ѕаnа, dаn saat ini аku hаnуа mеnunggu hаri-hаri Hendry ѕеdаng libur untuk mеmuаѕkаn nаfѕu birаhiku lаgi.

  • Kisah Memek Keponakan Tante Rini HOT

    Kisah Memek Keponakan Tante Rini HOT


    2448 views

    Duniabola99.com – Kenalkan, nama saya Boy, teman-teman biasa memanggilku Mas Boy. Saya seorang pemuda berusia 25 tahun dengan tinggi badan 170 cm dan berat 55 kg. Meski usia saya kini sudah seperempat abad, namun pengetahuan saya dalam dunia percintaan masih sangat minim dan belum punya banyak pengalaman yang layak dibanggakan sebagaimana layaknya anak muda jaman sekarang.


    Sekarang saya sedang bekerja pada sebuah perusahaan swasta yang bergerak di bidang jasa. Sebut saja nama perusahaan itu adalah Sepinggan tours and travel service. Jarak kantor itu sekitar 5 km dari tempat tinggal saya.

    Kini saya tinggal dengan Om saya, saya biasa memanggilnya om Rudy, ia adalah adik kandung dari Ibu saya). Om Rudy sehari-hari bekerja sebagai Kepala sekolah di sebuah SMK Negeri yang cukup terkenal di kota kami, sementara tante saya, sebut saja namanya tante Rini bekerja sebagai perawat di sebuah RS swasta. Kedua anaknya (sepupu saya) tinggal kost di kota lain karna mereka tidak mau kuliah di kota kami (entah karena alasan apa). Sejak kedua anaknya kuliah dan tinggal di kota lain, om dan tante saya hanya tinggal bertiga dengan seorang pembantu.

    Sekitar dua bulan kemudian Om Rudy mengajak saya agar saya tinggal bersama mereka, dengan alasan daripada saya harus kost di luar, lebih baik saya tinggal di rumah om saya saja karena di rumahnya ada kamar yang kosong, kata om Rudy memberi alasan. Sejak saat itu jumlah penghuni rumah bertambah satu orang.

    Sebulan kemudian, tante Rini membawa keponakannya ke rumah, jadi sekarang ada lima orang yang tinggal di rumah itu. Sejak kedatangan keponakan tante Rini, suasana jadi kembali ramai, tidak seperti dulu lagi ketika belum ada keponakan. Nama keponakan tante Rini adalah Endang, usianya 15 tahun, ia sudah duduk di kelas dua SMKK Negeri. Endang adalah seorang gadis yang cantik, cerdas, rajin dan baik hati pada semua orang.

    Suatu ketika, om Rudy dan tante Rini pergi menghadiri acara perpisahan siswa kelas II di sekolah tempat om saya bekerja. Ia sempat mengajak saya, namun saya menolak dengan alasan saya agak lelah, lalu tante Rini mengajak Endang, namun Endang juga menolak dengan alasan Endang lagi ada tugas dari sekolah yang harus diselesaikan malam itu juga karena besok tugas itu sudah harus dikumpulkan.

    Sebelum om dan tante meninggalkan rumah, mereka tidak lupa berpesan agar kami berdua berhati-hati, karena sekarang banyak maling yang pura-pura datang sebagai tamu, namun ternyata sang tamu tiba-tiba merampok setelah melihat situasi yang memungkinkan. Setelah selesai berpesan, om dan tante pun pergi sambil menyuruh saya menutup pintu.


    Sejak kepergian om dan tante saya, rumah jadi hening, kini hanya ada suara TV, namun sengaja saya kecilkan volumenya karena Endang sedang belajar. Saya hanya duduk di ruang depan menonton sebuah sinetron yang ditayangkan salah satu stasiun TV swasta. Saya sempat menyaksikan adegan panas seorang lelaki paruh baya yang sedang asyik berselingkuh dengan seorang gadis yang ternyata teman sekantornya sendiri.

    Karena terlalu asyiknya saya nonton TV, sehingga saya sangat kaget ketika sebuah tangan menepuk pundak saya. Setelah saya lihat ternyata Endang, ia tersenyum manis sambil menarik lenganku dengan manja menuju kamarnya. Saya jadi deg-degan setelah melihat penampilannya, ternyata ia hanya mengenakan celana pendek ketat warna coklat muda dengan kaos orangenya yang super ketat, sehingga lekuk-lekuk tubuhnya tampak begitu jelas.

    Sejenak saya terpana melihat tubuhnya yang nyaris sempurna. Saya amati pinggangnya bagai gitar spanyol dengan paha yang kencang, mulus, dan bersih. Selain itu juga tampak buah dadanya sangat menantang. Sepertinya ukuran BH-nya 34B. Pemandangan itu sempat mengundang pikiran jahat saya. Bagaimana rasanya kalo saya menikmati tubuhnya yang nyaris sempurna itu. Namun saya berusaha menyingkirkan pikiran itu karena saya pikir bahwa dia adalah sepupu ipar saya, tinggal serumah dengan saya dan saya pun menganggapnya sudah seperti adik kandung saya sendiri.

    “Ada apa sih? Kok kamu mengajak saya masuk ke kamar kamu?” kataku agak bingung sambil berusaha melepaskan tangan saya.

    Sebenarnya bukan karena saya menolak tetapi hanya karena grogi saja. Maklum saya belum pernah masuk ke kamar Endang sebelumnya.

    “Kak, Endang mau minta tolong nih!” katanya sambil menatapku manja.
    “Kakak mau ngga membantu saya menyelesaikan tugas ini, soalnya besok udah harus dikumpul.” kata dia setengah merengek.
    “Oh, maksudnya kamu mau minta tolong agar saya membantu kamu mengerjakan tugas itu? Okelah. Saya akan membantumu dengan senang hati, saya kan sudah berjanji untuk selalu menolongmu.” kataku mantap.
    “Asyik, makasih ya kak.” kata Endang sambil menciumku.

    Kontan saya merasa tersengat aliran listrik karena meskipun umur sudah 25 tahun, saya belum pernah mendapat ciuman seperti itu dari seorang gadis, apalagi ciuman itu datangnya dari gadis secantik Endang. Saya pun segera membantunya sambil sesekali curi padang padanya, namun sepertinya ia tidak menyadari kalau saya memperhatikanya.

    Setelah kami mengerjakan tugas itu sekitar 30 menit, tiba-tiba Endang berhenti mengerjakan tugas itu. Ia mengeluh sambil memegangi keningnya.

    “Kak, Endang pusing nih, boleh ngga kakak pijitin kepala Endang?” katanya sambil merapatkan badannya ke dada saya.

    Sempat saya merasakan gesekan dari payudaranya yang cukup kencang namun terasa lembut.


    “Emang kenapa kok Endang tiba-tiba pusing?” tanya saya agak heran.
    “Ayo kak, tolong pijatin donk, kepala Endang pening!”
    “Oke, dengan senang hati lagi.” kataku penuh antusias.

    Saya lalu mulai menekan-nekan keningnya dengan tangan kiri saya dan tangan kanan. Saya menahan lehernya agar badannya tidak bergoyang. Sesekali saya juga mengelus pundaknya yang putih bersih.

    “Kak, belakang leher Endang juga kak, soalnya leher Endang agak kaku nih.” katanya sambil menuntun tangan saya pada lehernya.

    Setelah saya memijatnya sekitar lima menit, ia lalu berdiri sambil menarik tangan saya. Katanya,

    “Kak, Endang baring di ranjang aja ya? Biar pijitnya gampang.”
    “Terserah Endang ajalah.” kata saya sambil mengikutinya dari belakang.

    Lagi-lagi saya terkesima melihat pinggulnya yang sungguh aduhai.

    Ia lalu berbaring telungkup di atas ranjang sambil menyuruh saya memijat leher dan punggungnya. Sesekali saya melihat dia menggerakkan tubuhnya, entah karena sakit atau karena geli. Saya tidak tahu pasti, yang jelas saya juga sangat senang memijat punggungnya yang sangat seksi.

    Entah karena gerah atau bagaimana, tiba-tiba saja ia bangun. Katanya,

    “Kak, Endang buka baju saja ya? Sekalian pakai balsem biar cepat sembuh.”
    “Mungkin Endang masuk angin.” katanya sambil melepaskan kaosnya, lalu kembali berbaring di depan saya.

    Saya terkesima melihat kulit tubuhnya yang kuning langsat. Dalam hati saya berpikir alangkah bahagianya saya kalau kelak mempunyai istri secantik Endang. Saya terus memijatnya dengan lembut. Sesekali saya memutar-mutar jari-jari saya di tepi rusuknya. Setiap saya meraba sisi rusuknya, ia kontan menggerakkan pinggulnya ke kiri dan ke kanan. Kadang juga pinggulnya ditarik. Maklum, ia belum terbiasa disentuh laki-laki. Saya juga sudah mulai merasakan penis saya mulai bergerak-gerak dan kini sudah semakin tegang.

    Tiba-tiba ia membalikkan tubuhnya menghadap ke arah saya. Katanya,

    “Kak, Endang buka aja BH-nya ya kak? Soalnya gerah nih.”
    “Terserah Endang lah.” kata saya.

    Kini kami saling berhadap-hadapan, ia berbaring menatap ke arah pandangan saya dan saya berlutut di samping kanannya. Dia hanya tersenyum manja, saya pun membalas senyumanya dengan senyuman yang entah seperti apa modelnya, soalnya saya sudah tidak konsen lagi karena nafas saya sudah mulai tidak menentu. Sepertinya nafas Endang juga sudah mulai tidak terkendali, saya melihat bukitnya yang nampak berdiri kokoh dengan pucuk warna merah jambu kini sudah mulai turun naik.

    Saya sempat grogi dibuatnya, bagaimana tidak, selama ini saya belum pernah melihat pemandangan seindah ini. Di depan saya kini tergeletak seorang gadis yang tubuhnya begitu memabukkan dengan desahan nafas yang membuat batang kejantanan saya sudah berdenyut-denyut. Seakan-akan penis saya mau lompat menerjang tubuh Endang yang terbaring mengeliat-geliat, sungguh darah muda saya mulai berdesir kencang. Kini saya mulai merasakan detak jantung saya sudah tidak beraturan lagi.


    “Kenapa kak?” katanya sambil tersenyum manja.
    “Ngga, ngga papa kok.” kata saya agak grogi.
    “Sudahlah, ayo Kak pijitnya yang agak keras dikit.”
    “Iya, iya” jawab saya.

    Saya lalu mulai mengelus-elus perutnya yang putih bersih itu, tanpa sengaja saya menyenggol gundukan di dadanya.

    “Ahh..” katanya sambil menggeliatkan tubuhnya.

    Saya dengan cepat memindahkan tangan, tetapi ia kembali menariknya.

    “Tidak apa-apa kak, terusin saja.” katanya.

    Wah, benar-benar malam ini adalah malam yang sangat menyenangkan bagi saya karena tidak pernah terlintas di dalam pikiran saya akan mendapat kesempatan seperti ini. Kesempatan untuk mengelus-elus tubuh Endang yang sangat meransang.

    “Saya tidak boleh melewatkan kesempatan sebaik ini,” kata saya dalam hati.

    Kini Endang semakin merasakan rabaan jari-jari saya, saya melihat dari desahan nafasnya dan dari tubuhnya yang sudah mulai hangat. Entah setan apa yang membuat Endang lupa diri, dia tiba-tiba menarik wajah saya, lalu mengusapnya dengan jari-jarinya yang lembut dan mulai mencium dan menggigit bibir saya.

    Saya hanya pasrah dan terus terang saya juga sebenarnya sangat menginginkanya, namun selama ini saya pendam saja karena saya menghargainya dan menganggapnya sebagai adik saya sendiri. Tetapi saat ini pikiran itu telah sirna dari kepala saya yang dialiri oleh gelora darah muda saya yang menggelora. Ia terus mencium saya dan kini ia melepaskan kaos yang saya pakai lalu membuangnya di samping ranjang.

    “Endang, ada apa ini?” tanya saya setengah tidak percaya dengan apa yang sedang ia lakukan.

    Tetapi ia tidak memperdulikan kata-kata saya lagi. Melihat gelagat Endang yang sudah di luar batas kendali itu, saya pun tidak mau tinggal diam. Saya mulai membalas ciumannya, melumat bibirnya dan menghisap lehernya yang putih bersih.

    Saya merasakan penis saya semakin keras dan berdenyut-denyut. Endang terus mencium bibir saya dengan nafas tersengal-sengal. Saya pun tidak mau kalah, saya mulai meremas-remas payudaranya yang masih kencang dan menantang. Kini saya mulai mengisap pucuknya.

    “Achh..” ia menggeliat.

    Saya melihat Endang semakin menikmati perbuatannya. Sesekali ia menggerakkan pinggulnya ke kiri dan ke kanan sambil mendesah nikmat. Endang melihat penis sudah mendongkrak celana pendek saya, ia lalu menyelipkan tangannya ke dalam CD saya dan ia kini sudah menggenggam penis saya yang berdiri tegak dengan otot-otot yang berwarna kebiruan. Ia lalu menarik celana pendek dan CD saya dan kemudian melemparkannya ke lantai.


    Ia kembali menangkap penis saya dan mengocoknya dengan jari-jarinya yang lembut.

    “Aachh.. achh..” benar-benar nikmat rasanya.

    Saya merasakan penis saya semakin tegang dan semakin panjang. Ia terus mempermainkan milik saya yang sudah berdenyut-denyut dan mulai mengeluarkan cairan bening. Saya pun tidak mau ketinggalan. Saya lalu menyelipkan jari-jari saya ke selangkangannya. Saya merasakan lubang kemaluannya sudah hangat dan sudah sangat basah dengan cairan warna bening mengkilat. Rupanya ia sudah benar-benar sangat terangsang dengan permainan kami.

    Dengan nafas yang tersengal-sengal, saya lalu melorotkan celana Endang lalu meremas-remas pahanya yang putih mulus dan masih kencang. Saya tidak sanggup lagi menahan nafsu saya yang sudah naik ke ubun-ubun saya. Dengan sekali tarik, saya berhasil melepaskan CD-nya Endang. Kini ia benar-benar bugil. Saya sejenak terpana menyaksikan tubuhnya yang kini tanpa sehelai benang, dengan kulit kuning langsat, halus, bersih dan bentuk badan yang sangat seksi sungguh nyaris sempurna.

    Saya benar-benar tidak tahan melihat vaginya yang ditumbui rambut tipis dan halus dengan bentuknya yang mungil berwarna coklat agak kemerah-merahan. Kembali penis saya berdenyut-denyut, seakan meronta-ronta ingin menerjang lubang nikmat Endang yang masih terkatup rapat.

    Saya sangat gemas melihat liang kemaluannya dan kini saya mulai mengusap-usap bibirnya dan meremas klitorisnya. Lubang nikmat Endang sudah sangat basah. Saya melihat Endang semakin terlelap dalam nafsunya. Ia hanya mengerang nikmat.

    “Achh.. achh.. ohh.. ohh..”

    Saya terus menjilat klitorisnya. Ia hanya mendesah, “Achh.. achh..” sambil menarik-narik pinggulnya.


    “Kak, ayo masukin kak!” sambil menarik penis saya menuju bibir kemaluannya.
    “Oke sayang,” lalu saya membuka kakinya.

    Kemudian saya melipat kakinya dan menyuruhnya supaya ia membuka pahanya agak lebar. Saya lalu menarik pantat saya dan merapatkannya pada selangkangan Endang. Ia dengan cekatan meraih batang kemaluan saya lalu menempelkannya di bibir kemaluanya yang masih sangat rapat namun sudah basah dengan cairan lendirnya.

    “Pelan-pelan ya kak, Endang belum biasa.”
    “Iya sayang,” kata saya sambil mengecup bibirnya yang merekah basah.

    Saya kemudian mendorongnya pelan-pelan.

    “Achh.. sakit kak.”
    “Tahan sayang.”

    Saya lalu kembali mendorongnya pelan-pelan dan kini batang saya sudah bisa masuk setengahnya. Endang hanya menggeliat dan menggigit bibirnya. Saya terus mendorongnya sambil memeluk tubuhnya. Sesekali saya menyentaknya agak keras.

    “Achhkk.. sakit kak, pelan-pelan donk!” memang kelaminnya masih sangat rapat, maklum ia masih perawan.
    “Tahan ya sayang,” saya mencoba menenangkannya sambil memegang pinggulnya erat-erat.
    “Akk..” Endang meringis keras.

    Ia memukul dada saya dengan keras sambil menarik pantatnya.

    “Sakit kak, sakitt..”

    Saya merasakan batang kejantanan saya menembus sesuatu yang kenyal dalam lubang kenikmatan Endang. Rupanya batang saya telah berhasil menembul selaput daranya. Dari liang sorga Endang tampak mengalir darah segar. Saya terus menggoyang-goyangkan pinggul saya maju mundur sambil menciumi bibirnya dan meremas-remas gunungnya yang sangat menantang itu.

    Sesekali saya melihat dia merapatkan kedua pahanya sambil mengigit bibirnya. Benar-benar milik Endang sungguh nikmat, saya merasakan vaginanya semakin basah dan licin, namun tetap saya merasakan kejantanan saya terjepit dan kadang seperti dihisap oleh vaginanya Endang.

    Kini saya merasakan batang kemaluan saya sudah berdenyut-denyut sepertinya ingin memuntahkan sesuatu, namun saya tetap menahannya dengan mengurangi irama permainan saya.

    “Terus kak, terus..” ia menggeliat.


    Saya melihat kedua kakinya mengejang. Gerakan saya kembali saya pacu, membuat payudaranya agak bergoyang dan sepertinya semakin membesar berwarna kemerah-merahan.

    “Achh.. achh.. Kak cepat kak, cepat kak.” sambil menggeliat.

    Ia merapatkan pahanya. Dia mulai menggerak-gerakkan tangannya mencari pegangan. Akhirnya ia memelukku dengan erat dan mengangkat kedua kakinya. Sambil menggigit bibirnya, ia memejamkan matanya. Saya merasakan kalau kini badannya sudah kaku dan hangat. Akhirnya Endang memelukku erat-erat dan mengangkat pantatnya sambil berteriak.”Achhkk..”

    Saya merasakan badannya bergetar dan sepertinya ada sesuatu yang hangat menyentuh batang kejantanan saya, rupanya Endang sudah orgasme. Saya semakin tidak kuat menahan denyutan dari buah kejantanan saya, akibat kenikmatan yang diberikan Endang sangat luar biasa, batang saya semakin berdenyut-denyut dan kini saya benar-benar tidak sanggup lagi menahannya.

    Lalu saya mempercepat gerakan saya dan mendorong penis saya lebih dalam lagi sambil menarik tubuh Endang dengan erat ke dalam pelukan saya. Saya merasakan kenikmatan yang sangat dahsyat itu. Kini semuanya mengaliri dan menggetarkan seluruh tubuh saya mulai dari ubun-ubun sampai ujung kaki saya.
    Akhirnya,

    “Srett.. srett.. srett..”

    Kejantanan saya mengeluarkan cairan hangat dalam lubang kemaluan Endang. Saya sempat bingung dan takut karena telah menikmati tubuh Endang secara tidak sah. Namun rasa nikmat itu lebih dahsyat sehingga pikiran itu segera sirna. Saya hanya tersenyum lalu mengecup bibir Endang dan mengucapkan terima kasih pada Endang.

    Tampak tubuh Endang basah dengan keringatnya tetapi terlihat wajahnya berseri-seri karena puas. Endang hanya merapatkan kedua tangannya ke sisi tubuhnya. Ketika saya mencabut batang kejantanan saya dari vaginanya ia hanya tersenyum saja. Astaga, saya melihat di sprey Endang terdapat bercak darah. Tetapi segera Endang bangun dan menenangkan saya.

    “Tenang mas, nanti saya cuci, tak akan ada yang mengetahuinya.” katanya sambil meletakkan jarinya di kedua bibir saya.

    Kami berdua lalu menuju ke kamar mandi. Di situ kami masih sempat melakukannya sekali lagi, lalu akhirnya kami kembali mandi dan kembali ke kamarnya Endang. Setelah saya mengambil baju dan celana, saya pun menuju ruang tamu. Tidak lama kemudian keluarlah Endang dari kamarnya lalu mengajak saya makan malam berdua. Katanya, ia sengaja duluan makan karena tidak ingin bertemu dengan om dan tante malam ini. Mungkin Endang malu dan takut kalau perbuatan kami ketahuan. Setelah makan, ia kembali ke kamarnya. Entah ia tidur atau belajar, saya tidak tahu pasti.


    Tidak lama kemudian, om dan tante saya datang. Mereka menceritakan keadaan pesta itu yang katanya cukup ramai dibanding tahun lalu karena tahun ini siswanya lulus 100 persen dengan nilai tertinggi di kota kami. Om saya menanyakan Endang, tetapi saya katakan mungkin ia sudah tidur sebab tadi setelah makan ia sempat mengatakan kepada saya bahwa ia agak lelah. Om saya hanya menggangguk lalu menuju kamarnya, katanya ia juga sudah makan dan kini ia pun ingin istirahat.

    Saya tersenyum puas dan kembali menonton sebentar, lalu masuk kamar saya. Di dalam kamar, saya tidak bisa tidur membayangkan kejadian yang baru saja terjadi beberapa jam yang lalu. Malam ini saya sangat senang karena telah merasakan sesuatu yang tidak pernah saya rasakan sebelumnya dan pengalaman yang sangat manis ini tentu tidak akan pernah saya lupakan sepanjang hidup saya.

  • Kisah Memek Kerasnya Kontol Gede Pacarku

    Kisah Memek Kerasnya Kontol Gede Pacarku


    3443 views

    Duniabola99.com – Aku seorang gadis yang masih berusia belia yakni 18 tahun, tapi aku sudah pernah melakukan adegan seperti dalam cerita seks bersama kekasihku yang kini sudah meninggalkan aku. Dan aku tidak tahu harus bagaimana caraku untuk meminta tanggung jawab darinya. Dia pergi bukan karena kesalahan yang aku perbuat tapi karena dia menemukan gadis lain.


    Hal itulah yang membuatku menjadi taruma untuk menjalin hubungan dengan cowok lain, aku takut mereka semua sama akan tampak baik di awalnya saja namun akhirnya dia akan meninggalkan kita meski tanpa kesalahan sekalipun. Dan aku tidak ingin merasakan hal itu lagi, kalau bisa cukup satu kali saja aku melakukannya dengan mantan pacarku yang kini sudah aku hapus dalam hatiku.

    Namaku Tiara seorang gadis keturunan cina jawa hingga aku memiliki kulit nampak putih bening sedangkan wajah orientalku berpadu dengan ke ayuan wajahku. Tapi sempat berpikir kenapa aku tidak dapat menemukan seorang pasangan yang baik dan setia padaku dengan wajah cantikku ini. Hingga kejadian itu terjadi lagi, aku berhubungan dengan seorang cowok yang lebih parah dari mantanku sebelumnya.

    Sebut namanya Aldi dia seorang mahasisiwa dan merupakan teman satu angkat dengan kakakku. Sebenarnya sejak aku dekat dengan Aldi kakaku sudah mewanti-wanti aku untuk tidak dekat dengan Aldi tapi aku terjebak dengan wajah ganteng dan gayanya yang menurutku keren sekali. Hingga akhirnya kamipun jadian meskipun aku harus bertengkar dengan kakakku yang memarahiku untuk menjauh dari Aldi.

    Awalnya Aldi begitu mencintai dan sering memberi perhatian lebih padaku. Dan diapun tidak maca-macam dengan menyentuhku malah dia bersikap sopan padaku, setiap kami jalan bareng dia selalu memperhatikan aku sehingga aku menjadi begitu cinta dan percaya padanya. Bahkan aku sering membicarakan tentang kebaikan Aldi di depan papa mamaku untuk memberikan nilai plus pada Aldi.


    Karena itu mama mendengarkan aku dari pada kakakku, jadi kami sering jalan bareng meskipun sampai larut malam seklaipun. Karena dari awal kami hanya main ke rumah teman atau menghadiri acara yang di adakan teman di rumahnya, seperti biasa aku mengajak Aldi karena aku merasa aman jika disisinya tanpa harus melakukan adegan layaknya dalam cerita seks.

    Pada suatu hari tepatnya hari minggu aku di ajak main ke rumahnya oleh Aldi. Dan akupun berangkat dari rumah sendirian dengan menggunakan jasa taksi, sampai di sana aku lihat rumahnya sepi tapi aku langsung duduk karena Aldi masih sibuk dengan dirinya sendiri di dalam kamarnya, akhirnya diapun datang dengan membawa segelas minuman dan menghidangkannya padaku.

    Kamipun mengobrol dan aku melihat banyak majalah dewasa yang ada di bawah meja itu, dan ada juga cerita seks yang aku ambil kemudian aku baca meski sekilas sampai akhirnya akupun merasakan ingin segera mencium Aldi, entah aku merasa ingin saja melakukan hal itu semua detak jantung dan aliran darahku seolah mnyerukan untuk melkakukan adegan layaknya dalam cerita seks.


    Begitu Aldi mendekat padaku saat itulah aku langsung mendaratkan bibirku pada pipinya, dia membalas dengan mencium bibirku saat itu juga aku tidak membiarkannya begitu saja dengan penuh gairah aku lumat bibir Aldi. Dan semakin nikmat kurasakan saat Aldi menyentuh setiap lekuk tubuhku yang aku rasakan sangat sensitif kala itu sehingga menambah gairahku.

    Dengan mendesah aku coba menikmati sentuhan tangan Aldi ” OOouuuggggghhh…. eeeeeuuuummmppphhh…. eeeeeuuuummmppphh… Al…. aaaaggggghhh….. aaaaagggghhhh… ” Mataku terpejam apalagi kini Aldi memainkan tetekku dengan cara menghisap putingnya akupun kembali mendesah ” Ooouuggghh… aaaaggghh… aaaaagggghh…. aaaaggghhhh…. aaaggghhh.. ” Aku raba rambutnya.

    Bahkan aku belai dengan lembutnya karena nikmat juga tetek di hisap begini oleh mulutnya ” Oooouuggghhh… sa… yang… aaaaggggghhh… Al.. di… ja… jangan.. yang… itu… aaaaggggghhh.. ” Kataku ketika dia meremas tetekku dengan tangan yang satunya sedangkan yang satu lagi tetap mulutnya yang bermain di atas tetekku yang semakin sensitif saja.


    Semakin menggelinjang tubuhku manakala Aldi begitu mengacungkan kontolnya dan berusaha memasukkan kontolnya pada lubang memekku “Ooouuuuwwww…. oooouuuuuwwwww…. oooouuwww…. aaaagggghhhh…. aaaagggghhhhh…. aaaaggghhhh…. ” Aku tidak menyangka kalau kontol Aldi begitu besar dan panjang jauh lebih besar dari kontol mantanku yang dulu pernah melakukan hal ini padaku.

    Aku mencoba melakukan gerakan yang dapat membuat Aldi bersemangat lagi, akhirnya diapun mengerang ” Oooouuugggghhhh…… oooouuugggghh… aaaagggghhh… sa.. yang… a.. ku… aaaagggghhhh…. ” Saat itu juga tumpah sperma dalam kontol memenuhi lubang memekku terasa hangat rasanya, aku dekap tubuh Aldi diapun mencium wajahku dengan bertubi-tubi rupanya dia telah mencapai puncak klimaks.


    Kamipun sama-sama merasa puas karena itu kami segan untuk melepas pelukan kami.
    Dan sejak saat itu kami sering melakukan adegan seperti dalam cerita seks ini, tapi akhirnya aku di kecewakan oleh Aldi, karena dengan mata kepalaku sendiri aku melihat Aldi sedang bermesraan dengan seorang cewek di kampusnya dan aku memang pergi ke sana tanpa memberitahunya terlebih dahulu.

  • Kisah Memek Kerinduan Untuk Melakukan ITU

    Kisah Memek Kerinduan Untuk Melakukan ITU


    2244 views

    Duniabola99.com – Nama saya Reni (samaran) saat ini usia 28 tahun. Kata orang saya memiliki segalanya kekayaan, kecantikan dan keindahan tubuh yang menjadi idaman setiap wanita. Dengan tinggi 165 cm dan berat 51 menjadikan aku memiliki pesona bagi lelaki mana saja. Apalagi wajahku boleh dibilang cantik dengan kulit kuning langsat dan rambut sebahu. Aku telah menikah setahun lebih.Latar belakang keluargaku adalah dari keluarga Minang yang terpandang. Sedangkan suamiku, sebut saja Ikhsan adalah seorang staf pengajar pada sebuah perguruan tinggi swasta di kota Padang.


    Setelah suamiku menyelesaikan studinya di luar negeri, aku mengusulkan untuk mengajukan pindah ke kota Padang agar dapat berkumpul lagi dengan keluarga. Setelah melalui birokrasi yang cukup memusingkan ditambah sogok sana sogok sini akhirnya aku bisa pindah di kantor pusat di Kota Padang.Sebagai orang baru, aku tentu saja harus bekerja keras untuk menunjukkan kemampuanku. Apalagi tugas baruku di kantor pusat ini adalah sebagai kepala bagian. Aku harus mampu menunjukkan kepada anak buahku bahwa aku memang layak menempati posisi ini. Sebagai konsekuensinya aku harus rela bekerja hingga larut malam menyeleseaikan tugas-tugas yang sangat berbeda saat aku bertugas di kepulauan dahulu. Hal ini membuat aku harus selalu pulang larut malam karena jarak rumah kami dengan kantor yang cukup jauh yang harus kutempuh selama kurang lebih 30 menit dengan mobilku.

    Akibatnya aku jadi jarang sekali bercengkerama dengan suamiku yang juga mulai semakin sibuk sejak karirnya meningkat. Praktis kami hanya bertemu saat menjelang tidur dan saat sarapan pagi.Atas kebijakan pimpinan aku selalu dikawal satpam jika hendak pulang. Sebut saja namanya Pak Marsan, satpam yang kerap mengawalku dengan sepeda motor bututnya yang mengiringi mobilku dari belakang hingga ke depan halaman rumahku untuk memastikan aku aman sampai ke rumah. Dengan demikian aku selalu merasa aman untuk bekerja hingga selarut apapun karena pulangnya selalu di antar. Tak jarang aku memintanya mampir untuk sekedar memberinya secangkir kopi hingga suamiku pun mengenalnya dengan baik. Bahkan suamiku pun kerap kali memberinya beberapa bungkus rokok Gudang Garam kesukaannya.

    Pak Marsan adalah lelaki berusia 40 tahunan. Tubuhnya cukup kekar dengan kulit kehitaman khas orang Jawa. Ia memang asli Jawa dan katanya pernah menjadi preman di Pasar Senen Jakarta. Ia sudah menjadi satpam di bank tempat saya bekerja selama 8 tahun. Ia sudah beristri yang sama-sama berasal dari Jawa. Akupun sudah kenal dengan istrinya, Yu Sarni.

    Suatu hari, saat aku selesai lembur. Aku kaget saat yang mengantarku bukan Pak Marsan, tetapi orang lain yang belum cukup kukenal.

    “Lho Pak Marsan di mana, Bang?” tanyaku pada satpam yang mengantarku.

    “Anu, Bu, Pak Marsan hari ini minta ijin tidak masuk. Katanya istrinya melahirkan,” katanya dengan sopan.

    Akhirnya aku tahu kalau yang mengantarku adalah Pak Sardjo, satpam yang biasanya masuk pagi.

    “Kapan istrinya melahirkan?” tanyaku lagi.

    “Katanya sih hari ini atau mungkin besok, Bu,” jawabnya.

    Akhirnya hari itu aku pulang dengan diiringi Pak Sardjo.

    Awal Perselingkuhan

    Sudah dua hari aku selalu dikawal Pak Sardjo karena Pak Marsan tidak masuk kerja. Hari Minggu aku bersama suamiku memutuskan untuk menjenguk istri Pak Marsan di Rumah Sakit Umum. Akhirnya aku mengetahui kalau Yu Sarni mengalami pendarahan yang cukup parah atau bleeding. Dengan kondisinya itu ia terpaksa menginap di Rumah Sakit untuk waktu yang agak lumayan setelah post partum. Atas saran suamiku aku ikut membantu biaya perawatan istri Pak Marsan, dengan pertimbangan selama ini Pak Marsan telah setia mengawalku setiap pulang kerja.

    Sejak saat itu hubungan keluargaku dengan keluarga Pak Marsan seperti layaknya saudara saja. Kadangkala Yu Sarni mengirimkan pisang hasil panen di kebunnya ke rumahku. Walaupun harganya tidak seberapa, tetapi aku merasa ada nilai lebih dari sekedar harga pisang itu. Ya, rasa persaudaraan! Itulah yang lebih berharga dibanding materi sebanyak apapun. Sering pula aku mengirimi biskuit dan sirup ke rumahnya yang sangat sederhana dan terpencil. Memang rumahnya berada di tengah kebun yang penuh ditanami pisang dan kelapa.

    Karena seringnya aku berkunjung ke rumahnya maka tetangga yang letaknya agak berjauhan sudah menganggapku sebagai bagian dari keluarga Pak Marsan.

    Suatu hari, saat aku pulang lembur seperti biasa aku diantar Pak Marsan. Begitu sampai ke depan rumah tiba-tiba hujan mengguyur dengan derasnya hingga kusuruh Pak Marsan untuk menunggu hujan reda.

    Aku suruh pembantuku, Mbok Rasmi yang sudah tua untuk membuatkan kopi baginya. Sementara Pak Marsan menikmati kopinya aku pun masuk ke kamar mandi untuk mandi. Merupakan kebiasaanku untuk mandi sebelum tidur.

    Hujan tidak kunjung reda hingga aku selesai mandi, kulihat Pak Marsan masih duduk menikmati kopinya dan rokok kesukaannya di teras sambil menerawang hujan. Hanya dengan mengenakan baju tidur babydoll, aku ikut duduk di teras untuk sekedar menemaninya ngobrol. Kebetulan lampu terasku memang lampunya agak remang-remang. Memang sengaja kuatur demikian dengan suamiku agar enak menikmati suasana.

    “Gimana sekarang punya anak, Pak? Bahagia kan?” tanyaku membuka percakapan.

    “Yach.. bahagia sekali, Bu..! Habis dulu istri saya pernah keguguran saat kehamilan pertama, jadi ini benar-benar anugrah yang tak terhingga buat saya, Bu.. Apalagi kami berdua sudah tidak muda lagi…”

    “Memang, Pak… Aku sendiri sebenarnya sudah ingin punya anak, tetapi…” Aku tidak dapat meneruskan kata-kataku karena jengah juga membicarakan kehidupan seksualku di depan orang lain.


    “Tetapi kenapa, Bu… Ibu kan sudah punya segalanya.. Mobil ada… Rumah juga sudah ada… Apa lagi,” timpalnya seolah-olah ikut prihatin.

    “Yach…itu lah pak… dari materi memang kami tidak kekurangan, tetapi dalam hal yang lain mungkin kehidupan Yu Sarni lebih bahagia.”

    “Mmm maksud ibu…” tanyanya terheran-heran.

    “Itu lho pak… Pak Marsan kan tahu kalau saya selalu kerja sampai malam sedangkan Bang Ikhsan juga sering tugas ke luar kota jadi kami jarang bisa berkumpul setiap hari. Sekarang aja Bang Ikhsan sedang tugas ke Jakarta sudah seminggu dan rencananya baru empat hari lagi baru kembali ke Padang.”

    “Yachh.. memang itulah rahasia kehidupan, Bu… Kami yang orang kecil seperti ini selalu kesusahan mikir apa yang hendak dimakan besok pagi… sedangkan keluarga Ibu yang tidak kekurangan materi malah bingung tidak dapat kumpul.”

    Matanya sempat melirikku yang saat itu mengenakan babydoll dari satin berwarna pink. Dalam balutan pakaian itu, pundak dan pahaku yang putih memang terbuka. Aku mengenakan pakaian itu karena memang tadinya niatnya akan langsung tidur. Di samping itu aku sudah merasa dekat dengan Pak Marsan yang selama ini selalu bersikap sopan padaku. Istrinya pun sudah dekat denganku. Demikian pula sebaliknya suamiku dengan Pak Marsan. Jadi aku tak merasa risih berpakaian seperti itu di depan Pak Marsan.

    Baru kusadar sewaktu melihat jakunnya naik turun melihat kemolekan tubuhku. Aku sadar tubuhku yang terbuka telah membuatnya terangsang. Bagaimanapun, ia tetaplah seorang lelaki normal…

    Mungkin karena hujan yang semakin deras dan aku pun jarang dijamah suamiku membuat gairah nakalku bangkit.

    Aku sengaja mengubah posisi dudukku sehingga pakaianku yang sudah mini itu jadi tersingkap. Pahaku yang mulus kini sepenuhnya kelihatan. Hal ini membuat duduknya semakin gelisah. Matanya berkali-kali mencuri pandang ke arah pahaku.

    “Sebentar Pak, saya ambil minuman dulu,” kataku sambil bangkit dan berjalan masuk. Aku sadar bahwa pakaian yang kukenakan saat itu agak tipis sehingga bila aku berjalan ke tempat terang tubuhku akan membayang di balik gaun tipisku.

    “Oh ya, Pak Marsan masuk saja ke dalam soalnya hujan kan… Di luar dingin…”

    “I..iya, Bu..” jawab Pak Marsan agak tergagap karena lamunannya terputus oleh undanganku tadi.

    Jakunnya semakin naik turun dengan cepat. Aku tahu ia tentu sudah lama tidak menyentuh istrinya sejak melahirkan bulan kemarin, karena usia kelahiran bayinya belum genap 40 hari. Suasana sepi di rumahku ditambah dengan dinginnya malam membuat gairahku bergejolak menuntut penuntasan.

    Apa boleh buat aku harus berhasil menggoda Pak Marsan, apapun caranya. Demikian tekad nakalku menari-nari dalam kepalaku.

    Pak Marsan pun masuk dan duduk di sofa ruang tamuku. Mbok Sarmi sudah terlelap di kamarnya di belakang. Aku yang semakin gelisah sibuk mencari-cari akal bagaimana menundukkan Pak Marsan yang tentu saja tidak mungkin berani untuk memulai karena aku adalah bosnya di kantor.

    Setelah mengambil minuman, aku duduk di ruang tamu berhadap-hadapan dengan Pak Marsan. Duduknya semakin gelisah melihat penampilanku yang sangat segar habis mandi tadi. Akhirnya mungkin karena tidak tahan atau karena udara dingin ia minta ijin untuk ke kamar kecil.

    “Eh.. anu, Bu.. Boleh minta ijin ke kamar kecil, Bu.”

    “Silakan, Pak.. Pakai yang di dalam saja.”

    “Ah.. enggak, Bu saya enggak berani.”

    “Enggak apa-apa… Itu, Pak Marsan masuk aja, nanti ada di dekat ruang tengah itu.”

    “Baik, Bu…”

    Sambil berdiri ia membetulkan celana seragam dinasnya yang ketat. Aku melihat ada tonjolan besar yang mengganjal di sela-sela pahanya. Aku membayangkan mungkin isinya sebesar tongkat pentungan yang selalu dibawa-bawanya saat berjaga… atau bahkan mungkin lebih besar lagi.

    Agak ragu-ragu ia melangkah masuk hingga aku berjalan di depannya sebagai pemandu jalan. Akhirnya kutunjukkan kamar kecil yang bisa dipakainya. Begitu ia masuk aku pun pergi ke dapur untuk mencari makanan kecil, sementara di luar hujan semakin lebat diiringi petir yang menyambar-nyambar.

    Aku terkejut saat aku keluar dari dapur tiba-tiba ada tangan kekar yang memelukku dari belakang. Toples kue hampir saja terlepas dari tanganku karena kaget. Rupanya aku salah menduga. Pak Marsan yang kukira tidak mempunyai keberanian ternyata tanpa kumulai sudah mendahului dengan cara mendekapku. Napasnya yang keras menyapu-nyapu kudukku hingga membuatku merinding.

    “Ma..maaf, Bu.. say.. saya sudah tidak tahan…” desisnya diiringi dengus napasnya yang menderu.

    Lidahnya menjilat-jilat tengkukku hingga aku menggeliat sementara tangannya yang kukuh secara menyilang mendekap kedua dadaku. Untuk menjaga wibawaku aku pura-pura marah.

    “Pak Marsan… apa-apaan ini” suaraku agak kukeraskan sementara tanganku mencoba menahan laju tangan Pak Marsan yang semakin liar meremas payudaraku dari luar gaunku.

    “Ma..af, Bu.. say.. saya.. sudah tidak tahan lagi..” diulanginya ucapanya yang tadi tetapi tangannya semakin liar bergerak meremas dan kedua ujung ibu jarinya memutar-mutar kedua puting payudaraku dari luar gaun tipisku.

    Perlawananku semakin melemah karena terkalahkan oleh desakan napsuku yang menuntut pemenuhan. Apalagi tonjolan di balik celana Pak Marsan yang keras menekan kuat di belahan kedua belah buah pantatku. Hal ini semakin membuat nafsuku terbangkit ditambah dinginnya malam dan derasnya hujan di luar sana. Suasana sangat mendukung bagi setan untuk menggoda dan menggelitik nafsuku.

    Tubuhku semakin merinding dan kurasakan seluruh bulu romaku berdiri saat jilatan lidah Pak Marsan yang panas menerpa tulang belakangku. Tubuhku didorong Pak Marsan hingga tengkurap di atas meja makan dekat dapur yang kokoh karena memang terbuat dari kayu jati pilihan. Saat itulah tiba-tiba salah satu tangan Pak Marsan beralih menyingkap gaunku dan meremas kedua buah pantatku.


    Aku semakin terangsang hebat saat tangan Pak Marsan yang kasar menyusup celana dalam nylonku dan meremas pantatku dengan gemas. Sesekali jarinya yang nakal menyentuh lubang anusku.

    Gila..!! Benar-benar lelaki yang kasar dan liar. Tapi aku senang karena suamiku biasanya memperlakukanku bak putri saat bercinta denganku. Ia selalu mencumbuku dengan lembut. Ini sensasi lain..!! Kasar dan liar…apa lagi samar-samar kucium aroma keringat Pak Marsan yang berbau khas lelaki! Tanpa parfum…gila aku jadi terobsesi dengan bau khas seperti ini. Hal ini mengingatkanku pada saat aku bermain gila dengan Pak Sitor di kepulauan dahulu.

    “Akhh..pakk..Marsannhh jangg…anhhhh” desahku antara pura-pura menolak dan meminta.

    Ya, harus kuakui kalau aku benar-benar rindu pada jamahan lelaki kasar macam Pak Marsan. Pak Marsan yang sudah sangat bernafsu sudah tidak mempedulikan apa-apa lagi. Dengan beringas dan agak kasar digigitnya punggungku di sana-sini sehingga membuat aku menggeliat dan menggelepar seperti ikan kekurangan air. Apalagi saat bibirnya yang ditumbuhi kumis tebal seperti kumisnya pak Raden mulai menjilat-jilat pantatku.

    “Akhh..pakk..akhh..jang..akhh”

    Kepura-puraanku akhirnya hilang saat dengan agak kasar mulut Pak Marsan dengan rakusnya menggigiti kedua belah pantatku!! Luar biasa sensasi yang kurasakan saat itu. Pantatku bergoyang-goyang ke kanan dan kiri menahan geli saat digigit Pak Marsan. Mungkin kalau disyuting lebih dahsyat dibanding goyang ngebornya si Inul yang terkenal itu.

    “Emhh..pantat ibu indahh…” kudengar Pak Marsan menggumam mengagumi keindahan pantatku. Lalu tanpa rasa jijik sedikitpun lidahnya menyelusup ke dalam lubang anusku dan jilat sana jilat sini.

    “Ouch…shh…Am..ampunnhhh” aku mendesis karena tidak tahan dengan rangsangan yang diberikan lelaki kasar yang sebenarnya harus menghormati kedudukanku di kantor. Aku benar-benar pasrah total.

    Liang vaginaku sudah berkedut-kedut seolah tak sabar menanti disodok-sodok. Rangsangan semakin hebat kurasakan saat tiba-tiba kepala Pak Marsan menyeruak di sela-sela pahaku dan mulutnya yang rakus mencium dan menyedot-nyedot liang vaginaku dari arah belakang.

    Secara otomatis kakiku melebar untuk memberikan ruang bagi kepalanya agar lebih leluasa menyeruak masuk. Aku sepertinya semakin gila. Karena baru kali ini aku bermain gila di rumahku sendiri. Tapi aku tak peduli yang penting gejolak nafsuku terpenuhi. Titik!

    “Ouch… shh…terushhh.. Ohhh, Pak Marsanhhh…”

    Dari menolak aku menjadi meminta! Benar-benar gila!! Pantatku semakin liar bergoyang saat lidah Pak Marsan menyelusup ke dalam alur sempit di selangkanganku yang sudah sangat basah dan menjilat-jilat kelentitku yang sudah sangat mengembang karena birahi. Aku merasakan ada suatu desakan maha dahsyat yang menggelora, tubuhku seolah mengawang dan ringan sekali seperti terbang ke langit kenikmatan. Tubuhku berkejat-kejat menahan terpaan gelora kenikmatan.

    Pak Marsan semakin liar menjilat dan sesekali menyedot kelentitku dengan bibirnya hingga akhirnya aku tak mampu lagi menahan syahwatku.

    “Akhhh…Pak Marsannnhhh akhhh…”

    Aku mendesis melepas orgasmeku yang pertama sejak seminggu kepergian suamiku ini. Nikmat sekali rasanya. Tubuhku bergerak liar untuk beberapa saat lalu akhirnya terdiam karena lemas. Napasku masih memburu saat Pak Marsan melepaskan bibirnya dari gundukan bukit di selangkanganku. Lalu masih dengan posisi tengkurap di atas meja makan dengan setengah menungging tubuhku kembali ditindih Pak Marsan.

    Kali ini ia rupanya sudah menurunkan celana dinasnya karena aku merasakan ada benda hangat dan keras yang menempel ketat di belahan pantatku. Gila panas sekali benda itu! Aku terlalu lemas untuk bereaksi.

    Beberapa saat kemudian aku merasakan benda itu mengosek-osek belahan kemaluanku yang sudah basah dan licin. Sedikit demi sedikit benda keras itu menerobos kehangatan liang kemaluanku. Sesak sekali rasanya. Mungkin apa yang kubayangkan tadi benar!! Karena selama ini aku belum pernah melihat ukuran, bentuk maupun warnanya! Tapi aku yakin kalau warnanya hitam seperti si empunya!!

    Aku kembali terangsang saat benda hangat itu menyeruak masuk dalam kehangatan bibir kemaluanku.

    “Hkkk…hhh.. shhh.. mem..mekhh Bu.. Ren..ni benar-benar legithhhh…” Gumam Pak Marsan di sela-sela napasnya yang memburu. Didesakkannya batang kemaluan Pak Marsan ke dalam lubang kemaluanku. Ouhhh lagi-lagi sensasi yang luar biasa menerpaku. Di kedinginan malam dan terpaan deru hujan kami berdua justru berkeringat…

    Gila… Pak Marsan menyetubuhiku di ruang makan tempat aku biasanya sarapan pagi bersama suamiku! Gaunku tidak dilepas semuanya, hanya disingkap bagian bawahnya sedangkan celana dalam nylonku sudah terbang entah kemana dilempar Pak Marsan.

    “Ouhh Pak Marsann.. ahhhh….”

    Aku hanya mampu merintih menahan nikmat yang amat sangat saat Pak Marsan mulai memompaku dari belakang! Dengan posisi setengah menungging dan bertumpu pada meja makan, tubuhku disodok-sodok Pak Marsan dengan gairah meluap-luap.

    Tubuhku tersentak ke depan saat Pak Marsan dengan semangat menghunjamkan batang kemaluannya ke dalam jepitan liang kemaluanku! Lalu dengan agak kasar ditekannya punggungku hingga dadaku agak sesak menekan permukaan meja! Tangan kiri Pak Marsan menekan punggungku sedangkan tangan kanannya meremas-remas buah pantatku dengan gemasnya.

    Tanpa kusadari tubuhku ikut bergoyang seolah-olah menyambut dorongan batang kemaluan Pak Marsan. Pantatku bergoyang memutar mengimbangi tusukan-tusukan batang kemaluan Pak Marsan yang menghunjam dalam-dalam.

    Suara benturan pantatku dengan tulang kemaluan Pak Marsan yang terdengar di sela-sela suara gemuruh hujan menambah gairahku kian berkobar. Apalagi bau keringat Pak Marsan semakin tajam tercium hidungku. Oh..inikah surga dunia… Tanpa sadar mulutku bergumam dan menceracau liar.

    “Ouhmmm terushh.. terushh.. yang kerashhh..”

    Aku menceracau dan menggoyang pantatku kian liar saat aku merasakan detik-detik menuju puncak.

    “Putar, Bu…putarrrhh”

    Kudengar pula Pak Marsan menggeram memberiku instruksi untuk memuaskan birahinya sambil meremas pantatku kian keras. Batang kemaluannya semakin keras menyodok liang kemaluanku yang sudah kian licin. Aku merasakan batang kemaluan Pak Marsan mulai berdenyut-denyut dalam jepitan liang kemaluanku. DOMINO QQ

    Aku sendiri merasa semakin dekat mencapai orgasmeku yang kedua. Tubuhku serasa melayang. Mataku membeliak menahan nikmat yang amat sangat. Tubuh kami terus bergoyang dan beradu, sementara gaunku sudah basah oleh keringatku sendiri. Pak Marsan semakin keras dan liar menghunjamkan batang kemaluannya yang terjepit erat liang kemaluanku. Lalu tiba-tiba tubuhnya mengejat-ngejat dan mulutnya menggeram keras.

    “Arghhh… terushhh, Buu… goyangghhhh… arghh…”

    Batang kemaluannya yang terjepit erat dalam liang kemaluanku berdenyut kencang dan akhirnya aku merasakan adanya semprotan hangat di dalam tubuhku…

    Serr.. serr.. serr…

    Beberapa kali air mani Pak Marsan menyirami rahimku seolah menjadi pengobat dahaga liarku. Tubuhnya kian berkejat-kejat liar dan tangannya semakin keras mencengkeram pantatku hingga aku merasa agak sakit dibuatnya. Tapi aku tak peduli. Tubuhku pun seolah terkena aliran listrik yang dahsyat dan pantatku bergerak liar menyongsong hunjaman batang kemaluan Pak Marsan yang masih menyemprotkan sisa-sisa air maninya.


    “Ouch… akhh.. terushh.. Pak Mar..sanhhh…”

    Tanpa malu atau sungkan aku sudah meminta Pak Marsan untuk lebih kuat menggoyang pantatnya untuk menuntaskan dahagaku.

    Akhirnya aku benar-benar terkapar. Tulang-belulangku serasa terlepas semua. Benar-benar lemas aku dibuat oleh Pak Marsan. Kami terdiam beberapa saat menikmati sisa-sisa kenikmatan yang baru saja kami peroleh.

    Batang kemaluan Pak Marsan kurasakan mulai mengkerut dalam jepitan liang kemaluanku. Perlahan namun pasti akhirnya batang kemaluan itu terdorong keluar dan terkulai menempel di depan bibir kemaluanku yang basah oleh cairan kami berdua.

    Gila, banyak sekali Pak Marsan mengeluarkan air maninya! Aku tahu itu karena banyaknya tumpahan air mani yang menetes dari lubang kemaluanku ke lantai ruang makan.

    “Ibu benar-benar hebat… Saya jadi sayang Ibu…” bisik Pak Marsan di telingaku.

    Aku hanya diam antara menyesal telah melakukan kesalahan lagi terhadap suamiku dan terpuaskan hasrat liarku. Ya, aku baru saja disetubuhi oleh seorang laki-laki yang bukan suamiku… Aku hanya bisa termenung memikirkan bahwa sejak hubunganku dengan Pak Sitor, betapa mudahnya kini aku menyerahkan diriku dan melakukan hubungan badan dengan laki-laki lain.

    Aaah…. tiba-tiba aku jadi sangat rindu dengan Pak Sitor… Ia benar-benar tahu cara memperlakukan dan membimbing seorang wanita. Sebagai pelampiasannya, kuremas tangan Pak Marsan yang sedang memeluk tubuh bugilku. Ia tentu tak tahu kalau aku sebetulnya sedang memikirkan lelaki lain. Pak Marsan dengan mesra lalu menciumi tengkuk dan telingaku.

    Memang sejak Pak Sitor membuka mataku, aku jadi sangat menyukai seks… Aku pun mulai sadar bahwa untuk memuaskannya, sekarang aku jadi terbuka untuk melakukannya dengan laki-laki lain selain suamiku… Sangat luar biasa bahwa aku telah diajari untuk bersikap open-minded oleh seorang lelaki tua dari pedalaman yang tak berpendidikan seperti Pak Sitor.

    “Su.. sudah, Pak… Nanti Mbok Sarmi bangun,” kulepas tangan Pak Marsan yang masih memelukku.

    Aku berusaha melepaskan diri dari jepitan tubuh Pak Marsan yang kekar. Lalu aku meninggalkan Pak Marsan yang masih bugil dan lemas begitu saja untuk bergegas ke kamar mandi dan membersihkan tubuhku. Sekali lagi aku mandi di malam yang dingin itu.

    Di bawah pancuran air dingin, aku terdiam memikirkan lagi apa yang sudah terjadi barusan. Ada beban biologis besar yang rasanya terlepas dari dalam diriku. Pak Marsan sudah benar-benar mengeluarkannya dengan cara yang hebat… Di lain pihak, akal sehatku mulai kembali. Aku tahu aku telah kembali mengkhianati suamiku. Belum lagi memikirkan Pak Marsan sebagai bawahanku yang kini telah terlibat hubungan intim denganku… Sejenak aku merasa bingung dengan sikapku sekeluarnya dari kamar mandi nanti… Setelah termenung beberapa lama di bawah pancuran air, akhirnya aku memutuskan untuk bersikap setenang mungkin. Semuanya pasti bisa ditangani….

    Aku keluar dari kamar mandi dengan mengenakan babydollku yang sebetulnya agak kotor kena keringat. Baru kusadari betapa kacaunya ruang makanku! Meja makanku sudah bergeser tak karuan. Sementara kulihat celana dalam nylonku terlempar ke sudut ruangan dekat kulkas. Pak Marsan masih membetulkan celana dinasnya.

    “Bu, saya.. boleh numpang mandi, Bu…”

    “Silakan, Pak.. Handuknya ada di dalam.”

    Aku mengambil kain pel dan membersihkan cairan sisa-sisa persenggamaanku dengan Pak Marsan yang berceceran di lantai. Sementara itu Pak Marsan mandi di kamar mandi yang baru saja kupakai.

    Permainan Kedua

    Aku masih mengepel cairan sisa-sisa perjuangan kami tadi yang masih menempel di lantai. Tanpa kusadari tiba-tiba Pak Marsan yang hanya mengenakan handuk memelukku lagi dari belakang.

    Gila! Orang ini benar-benar bernafsu kuda!! Tubuhku diangkatnya dan hendak dibawa masuk ke kamar mandi.

    “Jangan di situ, Pak…” bisikku. “Aku tidak mau bersetubuh di lantai kamar mandi yang dingin! Bisa-bisa masuk angin nanti!”

    “Ke kamar tidur depan aja, Pak…”

    Aku tahu tak mungkin aku menolak keinginan Pak Marsan! Apalagi aku juga menyukainya. Jadi aku menurut saja saat ia ingin menyetubuhiku lagi…

    Akhirnya tubuhku dibopong ke kamar tidur depan yang memang khusus untuk tamu bila ada yang menginap. Kamar tamuku fasilitasnya komplit sesuai standar rumah berkelas. Kamar tamuku dilengkapi tempat tidur springbed, dan kamar mandi di dalam, serta AC!

    Setelah menutup pintu kamar dengan kakinya, Pak Marsan menurunkan tubuhku di lantai dan bibirnya mulai mencari-cari bibirku.

    Aku diam saja saat bibirnya menyedot-nyedot bibirku. Kumisnya yang tebal terasa geli mengais-ngais hidungku. Aku semakin geli saat lidahnya berusaha menyusup ke dalam mulutku dan mengais-ngasi didalamnya. Tanpa sadar lidahku ikut menyambut lidah Pak Marsan yang mendesak-desak dalam mulutku. Akhirnya kami saling pagut dengan liar dan menggelora.

    Aku sudah tak peduli kalau Pak Marsan itu adalah anak buahku. Yang kutahu adalah nafsuku mulai bangkit lagi. Apalagi tangan Pak Marsan mulai menyingkap gaun baby dollku ke atas dan melepaskannya melalui kepalaku hingga aku telanjang bulat di depannya! Gila aku telah telanjang bulat di depan anak buahku sendiri!! Aku memang belum sempat memakai celana dalam dan BH setelah mandi tadi. Lalu dengan sekali tarik Pak Marsan melepas handuk yang melilit di pinggangnya hingga ia juga telanjang bulat di depanku!


    Benar dugaanku! Ternyata batang kemaluannya berwarna hitam dengan rambut yang sangat lebat. Topi bajanya tampak mengkilat dan mengacung ke atas dengan gagahnya! Mungkin bila dijajarkan dengan pentungan yang biasa dibawanya ukurannya sedikit lebih besar!! Makanya tadi kurasakan betapa sempitnya liang vaginaku menjepit benda itu!! Aku jadi tak merasa rugi menyerahkan tubuhku padanya…

    Aku tidak sempat berlama-lama melihat pemandangan itu, karena sekali lagi Pak Marsan menyergapku. Mulutnya dengan ganas melumat bibirku sementara tangannya memeluk erat tubuh telanjangku. Aku merasa kegelian saat tangannya meremas-remas pantatku yang telanjang. Aku semakin menggelinjang saat bibirnya mulai turun ke leher dan terus ke dua buah dadaku yang padat menjadi sasaran mulutnya yang bergairah!

    Gila.. Liar dan panas! Itulah yang dapat kugambarkan. Betapa tidak! Pak Marsan mencumbuku dengan semangat yang begitu bergelora seolah-oleh harimau lapar menemukan daging! Agak sakit tapi nikmat saat kedua buah dadaku secara bergantian digigit dan disedot dengan liar oleh mulut Pak Marsan.

    Tanganku pun dibimbing Pak Marsan untuk dipegangkan ke batang kemaluannya yang tegak menjulang.

    “Ouch… shhh… enakhhh..”

    Mulutku tak sadar berbicara saat lidah Pak Marsan yang panas dengan liar mempermainkan puting payudaraku yang sudah mengeras. Sambil masih tetap memeluk tubuhku dan menciumi payudaraku, Pak Marsan duduk di pinggir tempat tidur.

    Dilepaskannya mulutnya dari payudaraku dan kembali diciuminya bibirku dengan ganasnya. Aku jadi terjongkok didepan tubuh telanjang Pak Marsan yang sudah duduk di pembaringan, aku jadi berdiri di atas kedua lututku. Payudaraku yang kencang menjepit batang kemaluan Pak Marsan yang hitam dan keras itu!

    “Hhh…sssshh”

    Pak Marsan mendesis saat batang kemaluannya yang besar dan hitam itu terjepit payudaraku. Dipeluknya tubuhku dengan semakin ketat dan ditekankannya hingga payudaraku semakin erat menjepit batang kemaluannya. Aku merasa kegelian saat bulu-bulu kemaluan Pak Marsan yang sangat lebat menggesek-gesek pangkal payudaraku. Apalagi batang kemaluannya yang keras terjepit di tengah belahan kedua buah payudaraku, hal ini menimbulkan sensasi yang lain daripada yang lain.

    Aku tidak sempat berlama-lama merasakan sensasi itu saat tangan Pak Marsan yang kokoh menekan kepalaku ke bawah. Diarahkannya kepalaku ke arah kemaluannya, sementara tangan satunya memegang batang kemaluannya yang berdiri gagah di depan wajahku. Aku tahu ia menginginkan aku untuk mengulum batang kemaluannya.

    Tanpa perasaan malu lagi kubuka mulutku dan kujilati batang kemaluan Pak Marsan yang mengkilat. Gila besar sekali!! Mulutku hampir tidak muat dimasuki benda itu.

    “Arghh..ter..terushhh, Buu…”

    Mulut Pak Marsan mengoceh tak karuan saat kumasukkan batang kemaluannya yang sangat besar itu ke dalam mulutku. Kujilati lubang di ujung kemaluannya hingga ia mendesis-desis seperti orang kepedasan. Sementara itu, kedua tangan Pak Marsan terus memegangi kepalaku seolah takut aku akan menarik kepalaku dari selangkangannya.

    Setelah beberapa lama, dengan halus kubelai tangan Pak Marsan dan kulepaskan cengkeramannya dari kepalaku. Setelah itu, sambil mulut dan tanganku terus bekerja memanjakan penisnya, mataku senantiasa menatap mata Pak Marsan. Sesekali aku pun melempar senyum manisku padanya jika mulutku sedang tak dipenuhi oleh alat vitalnya. Dengan begitu, aku seolah ingin mengatakan padanya.

    “Jangan khawatir. Aku tak akan menjauhkan kepalaku dari selangkanganmu. Aku akan terus memanjakan penismu yang besar dan indah ini dengan mulut dan kedua tanganku….”

    Pak Marsan pun jadi lebih santai dan menikmati pekerjaanku yang kulakukan dengan penuh ketulusan.

    Tidak puas bermain-main dengan batang kemaluannya saja, mulutku lalu bergeser ke bawah menyusuri guratan urat yang memanjang dari ujung kepala kemaluan Pak Marsan hingga ke pangkalnya. Pak Marsan semakin blingsatan menerima layananku! Tubuhnya semakin liar bergerak saat bibirku menyedot kedua biji telor Pak Marsan secara bergantian.

    “Ib.. Ibu.. heb..bathh… ohhh… sssshh.. akhhh…”

    Aku semakin nakal, bibirku tidak hanya menyedot kantung zakarnya melainkan lidahku sesekali mengais-ngais anus Pak Marsan yang ditumbuhi rambut. Pak Marsan semakin membuka kakinya lebar-lebar agar aku lebih leluasa memuaskannya.

    Aku tahu aku telah bertindak sangat gila. Aku yakin telah mengalahkan pelacur yang manapun saat memberikan layanan kepada pelanggannya. Seorang pelacur bahkan dibayar untuk melakukan itu semua. Sedangkan aku memberikannya secara gratis kepada Pak Marsan! Aku yakin Pak Marsan pun belum pernah mendapatkan layanan istimewa ini dari wanita manapun, termasuk dari istrinya… Pastilah ini karena rasa horny yang telah menyelimuti sekujur tubuhku!

    Beberapa saat kemudian tubuhku ditarik Pak Marsan dan dilemparkannya ke tempat tidur.

    Aku masih tengkurap saat tubuh telanjangku ditindih tubuh telanjang Pak Marsan. Kakiku dibentangkannya lebar-lebar dengan kakinya. Otomatis batang kemaluannya kini terjepit antara perutnya sendiri dan pantatku. Ditekannya pantatnya hingga batang kemaluannya semakin ketat menempel di belahan pantatku.

    Tubuhku menggelinjang hebat saat lidahnya kembali menyusuri tulang belakangku dari leher terus turun ke punggung dan turun lagi ke arah pantatku.

    Tanpa rasa jijik sedikitpun, lidah Pak Marsan kini mempermainkan lubang anusku. Aku merasakan kegelian yang amat sangat tetapi aku tidak dapat bergerak karena pantatku ditekannya kuat-kuat. Aku hanya pasrah dan menikmati gairahnya…


    Aku tahu Pak Marsan melakukan itu karena aku pun telah melakukan hal yang sama padanya barusan. Aku sama sekali tak mengharapkan balas budi seperti itu, tapi tentu saja aku sangat berterima kasih pada Pak Marsan karena aku pun kini dapat menikmatinya.

    Seluruh tubuhku dijilatinya tanpa terlewatkan seincipun. Dari lubang anus, lidahnya menjalar ke bawah pahaku terus ke lutut dan akhirnya seluruh ujung jariku dikulumnya. Benar-benar gila!! Rasa geli dan nikmat berbaur menjadi satu.

    Setelah puas melumat seluruh jari kakiku, Pak Marsan membalikkan tubuh telanjangku hingga kini aku terlentang di tempat tidur. Kakiku dibentangkannya lebar-lebar dan ia sekali lagi menindihku. Kali ini posisi kami saling berhadap-hadapan dengan tubuhku ditindih tubuh kekarnya.

    Lidahnya kembali bergerak liar menjilati tubuhku. Sasarannya kali ini adalah daerah sensitif di belakang leherku. Aku menggelinjang kegelian. Bibir Pak Marsan dengan ganasnya menyedot-nyedot daerah itu.

    “Jang..jang..an dimerah ya, Pak…” erangku memohon padanya.

    Tentu saja aku tidak mau disedot sampai merah soalnya besok pasti orang sekantor pada ribut.

    “Tidak.. Bu…. saya cuma gemasss!!” desis Pak Marsan sambil tetap menjilati bagian belakang telingaku.

    “Tapi kalo di sini boleh kan?” katanya nakal sambil tiba-tiba menyedot payudaraku.

    “Aaaauuwwww…..” jeritku terkejut karena gerakannya yang tiba-tiba.

    Rupanya Pak Marsan dengan sengaja meninggalkan cupangan merah yang banyak di seputar kedua payudaraku. Tingkah lakunya seperti ingin menandai bahwa tubuhku sekarang telah jadi miliknya juga… Aku kegelian dan semakin bertambah horny karena aksinya itu. Aku hanya bisa berharap agar semua cupang itu telah hilang saat Bang Ikhsan pulang nanti.

    Sementara itu tangannya terus bergerak liar meremas payudaraku bergantian. Aku semakin mendesis liar saat mulut Pak Marsan dengan liar dan gemas menyedot payudaraku bergantian. Kedua puting payudaraku dipermainkan oleh lidahnya yang panas sementara tangannya bergerak turun ke bawah dan mulai bermain-main di selangkanganku yang sudah basah. Liang vaginaku berdenyut-denyut karena terangsang hebat, saat jari-jari tangan Pak Marsan menguak labia mayoraku dan menggesek-gesekkan jarinya di dinding lubang kemaluanku yang sudah semakin licin.

    Sensasi hebat kembali menderaku saat dengan liar mulut Pak Marsan menggigit-gigit perut bagian bawahku yang masih rata. Perutku memang rata karena aku rajin berlatih kebugaran selain itu aku belum mempunyai anak hingga tubuhku masih sempurna.

    “Akhh.. Pak…ouchh..” Aku mendesis saat bibir Pak Marsan menelusuri gundukan bukit kemaluanku.

    Lidahnya menyapu-nyapu celah di selangkanganku dari atas ke bawah hingga dekat lubang anusku. Lidahnya terus bergerak liar seolah tak ingin melewatkan apa yang ada di sana.

    Tubuhku tersentak saat lidah Pak Marsan yang panas menyusup ke dalam liang kemaluanku dan menyapu-nyapu dinding kemaluanku. Kakiku dibentangkannya lebar-lebar hingga wajah Pak Marsan bebas menempel gundukan kemaluanku. Rasa geli yang tak terhingga menderaku. Apalagi kumisnya yang tebal kadang ikut menggesek dinding lubang kemaluanku membuat aku semakin kelabakan.

    Tubuhku serasa kejang karena kegelian saat wajah Pak Marsan dengan giat menggesek-gesek bukit kemaluanku yang terbuka lebar. Perutku serasa kaku dan mataku terbeliak lebar. Kugigit bibirku sendiri karena menahan nikmat yang amat sangat.

    “Akhhh Pakk…Marsannhh…ak..ku..ohhhh…”

    Aku tak kuasa meneruskan kata kataku karena aku sudah keburu orgasme saat lidah Pak Marsan dengan liar menggesek-gesek kelentitku. Tubuhku seolah terhempas dalam nikmat. Aku tak bisa bergerak karena kedua pahaku ditindih lengan Pak Marsan yang kokoh.

    Tubuhku masih terasa lemas dan seolah tak bertulang saat kedua kakiku ditarik Pak Marsan hingga pantatku berada di tepi tempat tidur dan kedua kakiku menjuntai ke lantai. Pak Marsan lalu menguakkan kedua kakiku dan memposisikan dirinya di tengah-tengahnya.

    Sejenak ia tersenyum menatapku yang masih terengah-engah tak berdaya di bawahnya. Sebuah senyum kemenangan karena ia telah berhasil mengalahkanku satu ronde! Aku pun tentu saja sangat senang diperlakukan seperti itu oleh seorang laki-laki. Maka aku pasrah saja membiarkannya berbuat apa pun yang disukainya untuk melampiaskan nafsunya pada diriku sekarang.

    Kemudian ia mencucukkan batang kemaluannya yang sudah sangat keras ke bibir kemaluanku yang sudah sangat basah karena cairanku sendiri.

    Aku menahan napas saat Pak Marsan mendorong pantatnya hingga ujung kemaluannya mulai menerobos masuk ke dalam jepitan liang kemaluanku. Seinci demi seinci, batang kemaluan Pak Marsan mulai melesak ke dalam jepitan liang kemaluanku. Aku menggoyangkan pantatku untuk membantu memudahkan penetrasinya.

    Rupanya Pak Marsan sangat berpengalaman dalam hal seks. Hal ini terbukti bahwa ia tidak terburu-buru melesakkan seluruh batang kemaluannya tetapi dilakukannya secara bertahap dengan diselingi gesekan-gesekan kecil ditarik sedikit lalu didorong maju lagi hingga tanpa terasa seluruh batang kemaluannya sudah terbenam seluruhnya ke dalam liang kemaluanku.

    Kami terdiam beberapa saat untuk menikmati kebersamaan menyatunya tubuh kami.


    Kami bisa melihat saat-saat yang indah itu secara utuh melalui cermin besar yang ada di kamar tidur tamu. Tiba-tiba aku melihat bahwa kami adalah pasangan yang sangat serasi. Terlihat tubuh Pak Marsan yang bugil memiliki otot-otot yang keras dengan kulit yang berwarna gelap. Tubuhku yang bugil pun terlihat bagus dengan kulit yang putih dan otot-otot yang kencang karena sering berolah raga secara teratur. Kami betul-betul terlihat sangat serasi. Karena itu, kupikir Pak Marsan benar-benar berhak atas tubuhku dan demikian pula sebaliknya.

    Mungkin hanya status sosial dan status pernikahan kami masing-masing yang tak memungkinkan kami untuk menjadi sepasang suami istri. Tapi sepanjang kami dapat menikmati persetubuhan ini dengan leluasa, rasanya tak ada masalah.

    Bibir Pak Marsan memagut bibirku dan akupun membalas tak kalah liarnya. Aku merasakan betapa batang kemaluan Pak Marsan yang terjepit dalam liang kemaluanku mengedut-ngedut.

    Kami saling berpandangan dan tersenyum mesra. Tubuhku tersentak saat tiba-tiba Pak Marsan menarik batang kemaluannya dari jepitan liang kemaluanku.

    “Akhh..” aku menjerit tertahan. Rupanya Pak Marsan nakal juga!!

    “Enak, Bu..?” bisiknya.

    “Kamu nakal Pak Marsanhhh…ohhh…”

    Belum sempat aku menyelesaikan ucapanku, Pak Marsan mendorong kembali pantatnya kuat-kuat hingga seolah-olah ujung kemaluannya menumbuk dinding rahimku di dalam sana.

    Aku tidak diberinya kesempatan untuk bicara. Bibirku kembali dilumatnya sementara kemaluanku digenjot lagi dengan tusukan-tusukan nikmat dari batang kemaluannya yang besar, sangat besar untuk ukuran orang Indonesia.

    Setelah puas melumat bibirku, kini giliran payudaraku yang dijadikan sasaran lumatan bibir Pak Marsan. Kedua puting payudaraku kembali dijadikan bulan-bulanan lidah dan mulut Pak Marsan. Pantas tubuhnya kekar begini habis neteknya sangat bernafsu sampai-sampai mengalahkan anak kecil!!

    Tubuhku mulai mengejang… Gawat, aku hampir orgasme lagi. Kulihat Pak Marsan masih belum apa-apa!! Ini tidak boleh dibiarkan… pikirku. Aku paling suka kalau posisi di atas sehingga saat orgasme bisa full sensation. Lalu tanpa rasa malu lagi kubisikkan sesuatu di telinga Pak Marsan.

    “Giliran aku di atas, Sayang….”

    Gila…! Aku sudah mulai sayang-sayangan dengan satpam di kantorku!

    Pak Marsan meluluskan permintaanku dan menghentikan tusukan-tusukannya. Lalu tanpa melepaskan batang kemaluannya dari jepitan liang kemaluanku, ia menggulingkan tubuhnya ke samping. Kini aku sudah berada di atas tubuhnya.

    Aku sedikit berjongkok dengan kedua kakiku di sisi pinggulnya. Kemudian perlahan-lahan aku mulai menggoyangkan pantatku. Mula-mula gerakanku maju mundur lalu berputar seperti layaknya bermain hula hop. Kulihat mata Pak Marsan mulai membeliak saat batang kemaluannya yang terjepit dalam liang kemaluanku kuputar dan kugoyang. Pantat Pak Marsan pun ikut bergoyang mengikuti iramaku. POKER ONLINE

    “Shhh… oughh… terushh.. Buuu… arghhhh…!”

    Pak Marsan mulai menggeram. Tangannya yang kokoh mencengkeram kedua pantatku dan ikut membantu menggoyangnya.

    Gerakan kami semakin liar. Napas kami pun semakin menderu seolah menyaingi gemuruh hujan yang masih turun di luar sana. Cengkeraman Pak Marsan semakin kuat menekan pantatku hingga aku terduduk di atas kemaluannya. Kelentitku semakin kuat tergesek batang kemaluannya hingga aku tak dapat menahan diri lagi.

    Tubuhku bergerak semakin liar dan kepalaku tersentak ke belakang saat puncak orgasmeku untuk yang kesekian kalinya tercapai. Tubuhku mengejat-ngejat di atas perut Pak Marsan. Ada semacam arus listrik yang menjalar dari ujung kaki hingga ke ubun-ubun.

    “Akhh… ohhh… ter..rushhh, Pakkkkk… ohhh…”

    Aku menjerit melepas orgasmeku meminta Pak Marsan untuk semakin kuat memutar pantatnya. Akhirnya aku benar-benar ambruk di atas perut Pak Marsan. Tulang belulangku seperti dilolosi. Tubuhku lemas tak bertenaga. Napasku ngos-ngosan seperti habis mengangkat beban yang begitu berat.


    Aku hanya pasrah saat Pak Marsan yang belum orgasme mengangkat tubuhku dan membalikkannya. Ia mengganjal perutku dengan beberapa bantal hingga aku seperti tengkurap di atas bantal. Kemudian Pak Marsan menempatkan diri di belakangku. Dicucukkannya batang kemaluannya di belahan kemaluanku dari belakang. Rupanya ia paling menyukai doggy style.

    Setelah tepat sasaran, Pak Marsan mulai menekan pantatnya hingga batang kemaluannya amblas tertelan lubang kemaluanku. Ia diam beberapa saat untuk menikmati sensasi indahnya jepitan liang kemaluanku. Dengan bertumpu pada kedua lututnya, Pak Marsan mulai menggenjot lubang kemaluanku dari arah belakang.

    Kembali terdengar suara tepukan beradunya pantatku dengan tulang kemaluan Pak Marsan yang semakin lama semakin cepat mengayunkan pantatnya maju mundur. Kurang puas dengan jepitan liang kemaluanku, kedua pahaku yang terbuka dikatupkannya hingga kedua kakiku berada diantara kedua paha Pak Marsan.

    Kembali ia mengayunkan pantatnya maju mundur. Aku merasakan betapa jepitan liang kemaluanku kian erat menjepit kemaluannya. Aku bermaksud menggerakkan pantatku mengikuti gerakannya, tetapi tekanan tangannya terlalu kuat untuk kulawan hingga aku pasrah saja.

    Aku benar-benar dibawah penguasaannya secara total. Tempat tidurku ikut bergoyang seiring dengan ayunan batang kemaluan Pak Marsan yang menghunjam ke dalam liang kemaluanku.

    Nafsuku mulai terbangkit lagi. Perlahan-lahan gairahku meningkat saat batang kemaluan Pak Marsan menggesek-gesek kelentitku.

    “Ugh..ugh..uhhh…”

    Terdengar suara Pak Marsan mendengus saat memacu menggerakkan pantatnya menghunjamkan kemaluannya.

    “Terushhh… terushh, Pak… terushhh… ahhh…”

    Kembali tubuhku bergetar melepas orgasmeku.

    Kepalaku terdongak ke belakang, sementara Pak Marsan tetap menggerakkan kemaluannya dalam jepitian liang kemaluanku. Kini tubuhnya sepenuhnya menindihku. Kepalaku yang terdongak ke belakang didekapnya dan dilumatnya bibirku sambil tetap menggoyangkan pantatnya maju mundur. Aku yang sedikit terbebas dari tekanannya ikut memutar pantatku untuk meraih kenikmatan lebih banyak.

    Kami terus bergerak sambil saling berpagutan bibir dan saling mendorong lidah kami. Entah sudah berapa kali aku mencapai orgasme selama bersetubuh dengan Pak Marsan ini. Hebatnya ia baru sekali mengalami ejakulasi saat persetubuhan pertama tadi.

    Tubuhku terasa loyo sekali. Aku sudah tidak mampu bergerak lagi. Pak Marsan melepaskan batang kemaluannya dari jepitan kemaluanku dan mengangkat tubuhku hingga posisi terlentang.

    Aku sudah pasrah. Dibentangkannya kedua pahaku lebar-lebar lalu kembali Pak Marsan menindihku.

    Lubang kemaluanku yang sudah sangat licin disekanya dengan handuk kecil yang ada di tempat tidur. Kemudian ia kembali menusukkan batang kemaluannya ke bibir kemaluanku. Perlahan namun pasti, seperti gayanya tadi dikocoknya batang kemaluannya hingga sedikit demi sedikit kembali terbenam dalam kehangatan liang kemaluanku. Tubuh kami yang sudah basah oleh peluh kembali bergumul.

    “Pak Marsan..hebatthhh..” bisikku.

    “Biasa, Bu.. kalau ronde kedua saya suka susah keluarnya…” demikian kilahnya.

    Namun kami tidak dapat berbicara lagi karena lagi-lagi bibir Pak Marsan sudah melumat bibirku dengan ganasnya. Lidah kami saling dorong-mendorong sementara pantat Pak Marsan kembali menggenjotku sekuat-kuatnya hingga tubuhku timbul tenggelam dalam busa springbed yang kami gunakan.

    Kulihat tonjolan urat di kening Pak Marsan semakin jelas menunjukkan napsunya sudah mulai meningkat. Napas Pak Marsan semakin mendengus seperti kerbau gila. Aku yang sudah lemas tak mampu lagi mengimbangi gerakan Pak Marsan.

    “Ugh… ughh… uhhhh…”

    Dengus napasnya semakin bergemuruh terdengar di telingaku. Bibirnya semakin ketat melumat bibirku. Lalu kedua tangan Pak Marsan menopang pantatku dan menggenjot lubang kemaluanku dengan tusukan-tusukan batang kemaluannya. Aku tahu sebentar lagi ia akan sampai. Aku pun menggerakkan pantatku dengan sisa-sisa tenagaku. Benar saja, tiba-tiba ia menggigit bibirku dan menghunjamkan batang kemaluannya dalam-dalam ke dalam liang kemaluanku.

    Crrt… crrtt.. cratt… crattt.. crrat… Ada lima kali mungkin ia menyemprotkan spermanya ke dalam rahimku. Ia masih bergerak beberapa saat seperti berkelojotan, lalu ambruk di atas perutku. Aku yang sudah kehabisan tenaga tak mampu bergerak lagi.

    Kami tetap berpelukan menuntaskan rasa nikmat yang baru kami raih. Batang kemaluan Pak Marsan yang masih kencang tetap menancap ke dalam liang kemaluanku. Keringat kami melebur menjadi satu. Akhirnya kami tertidur sambil tetap berpelukan dengan batang kemaluan Pak Marsan tetap tertancap dalam liang kemaluanku.

    Paginya kami sempat bersetubuh lagi sebelum Pak Marsan pulang kembali ke kantor.

    Kami sepakat bahwa kami akan berlaku wajar seolah-olah tidak terjadi apa-apa diantara kami.

    Mulai Saling Merindu

    Sudah hampir dua bulan sejak persetubuhanku dengan Pak Marsan kami tidak melakukannya lagi. Hal ini disebabkan karena suamiku selalu ada di rumah. Di samping itu, aku juga sempat dinas luar sehingga tidak ada kesempatan bertemu secara bebas. Lama-lama aku merasa kangen juga dengan tongkat Pak Marsan. Aku sudah merindukan keliarannya, bau keringatnya dan juga kejantanannya.


    Akhirnya kesempatan yang kutunggu-tunggu datang juga. Itulah yang namanya rezeki, tidak perlu dikejar dan tidak dapat pula ditolak. Kalau sudah waktunya pasti akan datang dengan sendirinya.

    Hari itu hari Sabtu jadi kantor libur. Kebetulan pula suamiku sedang seminar di Pekanbaru dan

    pulang Minggu sore. Karena suntuk di rumah, aku mencoba datang ke kantor. Siapa tahu ketemu

    Pak Marsan.

    Sesampai di kantor, ternyata dia tidak ada. Selidik punya selidik ternyata Pak Marsan sedang mengambil cuti tahunan, jadi ia libur selama satu minggu.

    Terdorong kerinduanku, aku memberanikan diri mendatangi rumahnya. Toh aku sudah biasa datang ke sana dan sudah kenal baik dengan istrinya. Setelah membeli biskuit dan gula serta susu buat bayinya, aku meluncur ke rumahnya yang kalau kutempuh dari kantor kira-kira memakan waktu 45 menit. Lumayan jauh.

    Suasana tampak sepi saat mobilku memasuki halaman rumah Pak Marsan yang sudah sangat kukenal. Aku mengenal seluk beluk rumah itu, seluruh penghuninya dan tetangganya karena aku memang sering datang ke situ.

    Setelah memarkir mobilku di samping rumahnya, aku mencoba memanggil-manggil si penghuni rumah.

    “Yu…yu Sarni… ini aku Reni…”

    Berulang-ulang kupanggil nama istri Pak Marsan, namun tidak ada jawaban. Rumah tidak terkunci namun tidak ada orang.

    Aku lalu memutuskan untuk memutar ke belakang rumah siapa tahu mereka berada di kebun belakang rumah. Tetapi tidak ada orang satu pun di kebun belakang rumah.

    Sayup-sayup kudengar suara berkecipak air di kamar mandi yang terletak di sudut belakang rumah Pak Marsan. Jangan berpikiran kalau kamar mandi di perkampungan sama seperti di kota-kota. Kamar mandi milik Pak Marsan hanya dibatasi anyaman bambu tanpa atap, sehingga bila hujan selalu kehujanan dan kalau panas selalu kepanasan. Untungnya lokasinya berada di bawah pohon rambutan sehingga agak terlindung dari panas.

    Kudengar suara parau mendendangkan lagu dangdut yang tidak begitu kukenal. Aku memang tidak suka sama musik dangdut jadi kurang begitu kenal dengan lagu yang dinyanyikan dengan suara fals itu. Itu suara Pak Marsan yang sangat kukenal di telingaku.

    Dengan rasa iseng kuintip Pak Marsan yang sedang mandi lewat celah-celah anyaman bambu yang agak longgar. Kulihat tubuh Pak Marsan yang kekar nampak mengkilat terkena busa sabun. Batang kemaluannya yang besar tampak menggantung dipenuhi busa sabun dan kelihatan lucu, seperti badut. Batang kemaluannya bergoyang-goyang seperti jam dinding kuno seiring dengan gerakan Pak Marsan yang menyabuni tubuhnya.

    Pak Marsan yang hanya berbalut handuk tampak kaget melihatku sudah duduk di bangku panjang yang terletak di beranda belakang rumahnya.

    “Lho… Bu Reni… Sudah lama datangnya?”

    Ia melongo seolah tak percaya dengan kedatanganku.

    “Enggak, baru saja sampai kok. Orang-orang pada kemana, kok sepi?”

    “Em.. anu, Bu Sarni sedang ke Jawa menengok ibunya. Katanya ibunya kangen sama cucunya.”

    “Lho kok enggak bareng sama Pak Marsan?”

    “Enggak, soalnya biar irit ongkosnya, Bu. Silahkan masuk, Bu…”

    Aku pun masuk ke rumah melalui dapur dengan diiringi Pak Marsan. Begitu pintu ditutup, Pak Marsan langsung memeluk tubuhku dari belakang. Diciuminya tengkukku dengan ganas seperti biasanya.

    “Saya.. kangen sama Bu Reni…” bisiknya di telingaku.


    Aku sendiri juga kangen dengan Pak Marsan. Kangen dengan cumbuannya dan kangen dengan tongkatnya, tetapi aku tetap berpura-pura menjaga wibawaku.

    “Ahh… Pak Marsan bisa saja… Kan sudah ada Yu Sarni…”

    “Memang sih… tapi benar saya kangen sama Ibu…”

    Tangannya yang terampil segera melepas blazerku dan melemparkannya ke kursi. Mulutnya tak henti-hentinya menciumi tengkukku hingga membuatku menggerinjal karena geli. Ia tahu benar kelemahanku. Dijilatinya daerah belakang telingaku lalu tangannya melepas kancing baju atasanku satu demi satu dan dilemparkannya ke kursi tempat ia melempar blazerku tadi.

    Begitu punggungku terbuka, dengan serta merta dicumbunya punggungku dengan jilatan-jilatan dan gigitan-gigitannya yang membuatku kangen. Kemudian dengan mulutnya digigitnya kaitan bra ku hingga terlepas. Tangannya yang kekar menyusup ke dalam kutangku dan meremas isinya yang penuh. Jari-jarinya dengan lincah memainkan kedua puting payudaraku.

    Setelah puas, dilepasnya kutangku dan dilemparkannya jadi satu dengan blazerku tadi. Kini aku hanya mengenakan celana panjang sementara tubuh atasku sudah terbuka sama sekali.

    Jilatan lidah Pak Marsan terus merangsek seluruh punggungku dengan ganas. Seolah-olah orang yang sedang kelaparan mendapatkan makanan lezat. Kumisnya yang tebal terasa geli menggesek-gesek kulit punggungku.

    “Jangan di sini, Pak Marsan…hhh…”

    Aku yang sudah mulai terangsang masih mampu menahan diri untuk tidak disetubuhi di ruang tengah yang agak terbuka.

    Tanpa banyak bicara didorongnya tubuhku masuk ke kamar satu-satunya yang ada di rumah itu. Di situ tidak ada tempat tidur seperti di rumahku. Yang ada hanya kasur yang sudah agak kumal yang terhampar di lantai yang dilapisi karpet plastik serta lemari pakaian plastik di dekatnya. Tubuhku didorong hingga punggungku memepet tembok tanpa plester di kamarnya. Kali ini bibirku langsung disosornya dengan ganas. Dilumatnya bibirku dan disisipkannya lidahnya masuk ke dalam mulutku mencari-cari lidahku.

    Aku semakin gelagapan mendapatkan serangan-serangannya. Apalagi kedua payudaraku diremas-remas dengan ganas oleh tangannya yang kasar. Bibirnya mulai merayap turun dari bibirku ke dagu lalu leherku dijilat-jilatnya dengan ganas. Aku semakin menggelinjang. Napasnya yang mendengus-dengus menerpa kulit leherku membuat seluruh bulu romaku berdiri. Dari leher bibirnya terus turun ke bawah dan berhenti di dadaku. Sekarang giliran payudaraku yang dijadikan bulan-bulanan serbuan bibirnya. Kumisnya terasa geli menyentuh dan mengilik-ngilik payudaraku. Aku merasa semakin terangsang dengan ulahnya itu.

    Dengan masih berdiri memepet tembok, celanaku dilucuti oleh tangan terampil Pak Marsan. Aku membantunya melepas celana panjangku dengan mengangkat kaki dan menendang jauh-jauh. Tanganku pun tak tinggal diam, kutarik handuk yang melilit di pinggang Pak Marsan hingga ia telanjang bulat didepanku. Rupanya ia tidak mengenakan celana dalam!! Batang kemaluannya yang panjang, besar dan berwarna hitam gagah nampak tegak berdiri. Benar-benar jantan kelihatannya.

    Tanpa disuruh, tanganku pun segera menggenggam batang kemaluannya dan meremas serta mengurutnya.

    “Oughhh…terushh, Bu…”

    Pak Marsan mendengus keenakan saat kuremas-remas batang kemaluannya yang membuat aku tergila-gila.

    “Akhhh…ouchh….”

    Kini giliranku yang mendesis kenikmatan saat kurasakan tangan Pak Marsan menyusup ke dalam celana dalamku dan meremas-remas gundukan kemaluanku yang sudah basah. Tidak Cuma itu… jarinya mengorek-ngorek ke dalam celah vaginaku dan mempermainkan tonjolan kecil di celah vaginaku. Aku semakin liar bergoyang saat jari-jari Pak Marsan semakin masuk ke dalam liang vaginaku. Rasanya liang vaginaku semakin basah oleh cairan akibat rangsangannya itu.

    Aku agak kecewa saat tiba-tiba ia menghentikan rangsangan di selangkanganku. Tangannya kini bergerak ke belakang dan meremas buah pantatku. Sementara itu mulutnya terus turun ke arah perutku dan lidahnya mengosek-ngosek pusarku membuat aku kembali terangsang hebat. Tiba-tiba Pak Marsan melepaskan tanganku dari batang kemaluannya dan bersimpuh di depanku yang masih berdiri. Serta-merta digigitnya celana dalamku dan ditarik dengan giginya ke bawah hingga teronggok di pergelangan kakiku. Aku membantunya melepaskan satu-satunya penutup tubuhku dan menendangnya jauh-jauh.

    Kini mulut Pak Marsan sibuk menggigit dan menjilat daerah selangkanganku. Dikuakkannya kakiku lebar-lebar hingga ia lebih leluasa menggarap selangkanganku. Dengan bersimpuh Pak Marsan mulai menjilati labia mayoraku sementara tangannya meremas pantatku dan menekannya ke depan hingga wajahnya lebih ketat menyuruk ke bukit kemaluanku.

    “Akhh. Terushhh..ohhh..”

    Aku hanya bisa merintih sat lidah Pak Marsan menyeruak ke dalam liang kemaluanku yang sudah sangat licin. Ditekankannya wajahnya ke selangkanganku hingga lidahnya semakin dalam menyeruak ke dalam liang kemaluanku. Aku semakin menggelinjang saat lidah Pak Marsan dengan nakalnya mempermainkan kelentitku. Sesekali ia menyedot kelentitku dan mengosek-kosek kelentitku dengan lidahnya. Gila… tubuhku mulai mengejang dan perutku seakan-akan diaduk-aduk karena harus menahan kenikmatan.


    Pak Marsan sudah tidak peduli dengan keadaanku yang kepayahan menahan nikmat. Lidahnya bahkan semakin liar mempermainkan tonjolan di ujung atas liang vaginaku. Akhirnya aku tak mampu menahan gempuran badai birahi yang melandaku. Tubuhku berkelojotan. Mataku membeliak menahan nikmat yang amat sangat. Tubuhku melayang…

    “Akhhh….terr..ushhhh…”

    Tubuhku terus berkejat-kejat sampai titik puncaknya dan kurasakan ada sesuatu yang meledak di dalam sana. Tubuhku melemas seolah tak bertenaga. Aku hanya bersandar dengan lemas ke dinding kamar tanpa mampu bergerak lagi.

    Pak Marsan lalu berdiri di hadapanku.

    “Bagaimana, Bu..?” bisiknya di telingaku.

    “Ohh..luar biasa..Pak Marsan hebbb …bathh,” desahku.

    Masih dengan posisi berdiri dengan aku menyandar dinding, Pak Marsan menyergap bibirku lagi. Pak Marsan menempatkan dirinya di antara kedua pahaku yang terbuka lalu dicucukkannya batang kemaluannya ke lubang kemaluanku yang sudah sangat basah. Dengan tangannya Pak Marsan menggosok-gosokkan kepala kemaluannya ke lubang kemaluanku. Tubuhku kembali bergetar. Aku mulai terangsang lagi, saat kepala kemaluan Pak Marsan menggesek-gesek tonjolan kecil di lubang kemaluanku.

    Dengan perlahan Pak Marsan mendorong pantatnya ke depan hingga batang kemaluannya menyeruak ke dalam liang kemaluanku.

    “Hmmhh…”

    Hampir bersamaan kami mendengus saat batang kemaluan Pak Marsan menerobos liang kemaluanku dan menggesek dinding liang vaginaku yang sudah sangat licin. Lidah kami saling bertaut, saling mendorong dan saling melumat. Tubuhku tersentak-sentak mengikuti hentakan dorongan pantat Pak Marsan. Pak Marsan terus menekan dan mendorong pantatnya menghunjamkan batang kemaluannya ke dalam liang kemaluanku dengan posisi berdiri.

    Entah karena kurang leluasa atau kurang nyaman, tiba-tiba Pak Marsan mencabut batang kemaluannya yang terjepit liang kemaluanku. Ia membalikkan tubuhku menghadap dinding dan ia sekarang berdiri di belakangku. Tubuhku sedikit ditunggingkan dengan kedua tangan menopang tembok. Dibentangkannya kedua kakiku lebar-lebar, lalu ditusukkannya batang kemaluannya ke lubang kemaluanku dari belakang. Kali ini gerakanku dan gerakannya agak lebih leluasa.

    Kedua tangan Pak Marsan meremas dan memegang erat pantatku sambil mengayunkan pantatnya maju mundur. Batang kemaluannya semakin lancar keluar masuk liang kemaluanku yang sudah sangat licin.

    “Ughh..ughhh…” Kudengar Pak Marsan mendengus-dengus seperti kereta sedang menanjak.

    Aku pun mengimbangi gerakan ayunan pantat Pak Marsan dengan sedikit memutar pantatku dengan gaya ngebor.


    Napas Pak Marsan semakin menderu saat kulakukan gaya ngeborku. Batang kemaluannya seperti kupilin dalam jepitan liang kemaluanku. Nafsuku yang sudah terbangkit semakin mengelora. Desakan-desakan kuat di dalam tubuh bagian bawahku semakin menekan. Kugoyang pantatku semakin liar menyongsong sodokan batang kemaluan Pak Marsan.

    “Terusss.. Buu…terusshhh” Pak Marsan mendesis-desis dan tangannya semakin kuat mencengkeram pantatku membantuku bergoyang semakin kencang.

    “Arghh..arghhh.. akhhh.. say..saya… keluarhhh, Buuu…”

    Kudengar Pak Marsan menggeram saat batang kemaluannya mengedut-ngedut dalam jepitan liang kemaluanku. Aku pun merasa sudah di ambang puncak kenikmatanku. Kugoyangkan pantatku semakin liar dan akhirnya kuayunkan pantatku ke belakang menyongsong tusukan Pak Marsan hingga batang kemaluannya melesak sedalam-dalamnya seolah-olah menumbuk mulut rahimku. Aku seperti melayang begitu puncak kenikmatan itu datang mengaliri sekujur tubuhku. Baru saja aku menikmati orgasmeku, kurasakan ada semburan cairan hangat dari batang kemaluan Pak Marsan di dalam liang vaginaku.

    Crat…crrtt..crutt…crttt..crott..!!

    Banyak sekali cairan sperma Pak Marsan yang tersembur menyiram rahimku, hingga sebagian menetes ke karpet kamar tidurnya.

    Kami tetap terdiam sambil mengatur napas. Tangan Pak Marsan memeluk dadaku dan batang kemaluannya masih mengedut-ngedut menyemburkan sisa-sisa air mani ke dalam liang kemaluanku. Akhirnya kami berdua menggelosor ambruk ke kasur kumal yang biasa ditiduri Pak Marsan dan istrinya.

    Kami berbaring dengan Pak Marsan masih memeluk tubuhku dari belakang. Batang kemaluan Pak Marsan yang sudah terkulai menempel di belahan pantatku. Kurasakan ada semacam cairan pekat yang menempel ke pantatku dari batang kemaluan Pak Marsan. Aku tak tahu dengan kain apa Pak Marsan menyeka lubang kemaluanku untuk membersihkan cairan sperma yang menetes dari labia mayoraku. Aku terlalu lemas untuk memperhatikan. Akhirnya aku tertidur kelelahan setelah digempur habis-habisan oleh Pak Marsan.

    Aku tidak tahu berapa lama aku telah tertidur di kasur Pak Marsan. Aku tersadar saat ada sesuatu benda lunak yang memukul-mukul bibirku. Saat kulirik aku terkejut ternyata benda yang memukul-mukul bibirku tadi adalah batang kemaluan Pak Marsan yang sudah setengah ereksi.

    Ternyata ia sedang berjongkok dengan mengangkangi mukaku. Tangannya memegangi batang kemaluannya sambil dipukul-pukulkannya pelan-pelan ke bibirku. Begitu melihat aku terbangun, serta-merta Pak Marsan memegang bagian belakang kepalaku dan mencoba memasukkan batang kemaluannya ke dalam mulutku. Aku menjadi gelagapan karena bangun-bangun sudah disodori batang kemaluan laki-laki!! Gila. Aku pun tak mempunyai pilihan lain kecuali menyambutnya dengan mulut terbuka…

    Kurasakan ada sedikit asin-asin yang agak aneh saat bibirku mulai mengulum batang kemaluan Pak Marsan yang disodorkan padaku. Belakangan aku baru tahu bahwa Pak Marsan langsung kencing ke belakang begitu bangun. Sekembalinya ke kamar, ia langsung terangsang melihat diriku yang masih tertidur dalam keadaan bugil.

    Demikianlah selanjutnya, ia membangunkanku dengan memukul-mukulkan penisnya ke mukaku supaya aku bisa segera memuaskan nafsunya kembali. Walaupun sedikit gelagapan, tentu saja aku melakukannya dengan setulus hati. Sedikit demi sedikit batang kemaluan itu semakin mengeras dalam kulumanku.

    Beberapa saat kemudian Pak Marsan membalikkan posisinya. Batang kemaluannya masih kukulum dengan liar kemudian ia menundukkan tubuhnya dan wajahnya kini menghadap selangkanganku.


    Dibentangkannya kedua pahaku kemudian lidahnya mulai bekerja menjilat dan melumat gundukan kemaluanku. Aku semakin gelagapan karena merasa kegelian diselangkanganku sementara mulutku tersumpal batang kemaluan Pak Marsan.

    Aku ikut menyedot batang kemaluannya saat Pak Marsan menyedot kemaluanku. Kami saling menjilat dan menyedot kemaluan kami masing-masing dengan posisi pak wajah Marsan menyeruak ke selangkanganku dan wajahku dikangkangi Pak Marsan.

    Aku semakin menggelinjang liar saat lidah Pak Marsan mengais-ngais lubang anusku dengan menekuk kedua pahaku ke atas. Aku sangat terangsang dengan perlakuannya itu. Apalagi saat lidahnya dimasukkan dalam-dalam ke lubang vaginaku. Aku tak mampu menjerit karena mulutku tersumpal batang kemaluannya.

    Tubuhku bergetar hebat menahan kenikmatan yang menyergapku. Pak Marsan dengan ganas menjilat-jilat tonjolan kecil di lubang kemaluanku dengan kedua tangannya membuka lebar-lebar labia mayoraku ke arah berlawanan. Aku tak mampu bertahan lama atas perlakuannya itu. Tubuhku mengejan dan berkelejat seperti cacing kepanasan. Lalu tubuhku tersentak selama beberapa saat dan akhirnya terdiam. Aku mengalami orgasme lagi dengan cepatnya.

    Pak Marsan masih membiarkan batang kemaluannya menyumpal mulutku sambil sesekali lidahnya menyapu-nyapu dinding vulvaku. Setelah aku mulai dapat mengatur napasku, Pak Marsan menggulingkan tubuhnya ke samping dan menarik tubuhku agar naik ke perutnya. Ia bergeser ke arah dekat dinding dan menumpuk beberapa bantal di belakang punggungnya hingga posisinya kini setengah duduk.

    Tubuhku ditariknya hingga menduduki perutnya lalu diangkatnya pantatku dan dicucukannya batang kemaluannya ke lubang kemaluanku. Dengan pelan aku menurunkan pantatku hingga batang kemaluan Pak Marsan secara perlahan melesak ke dalam jepitan liang kemaluanku. Aku menahan napas menikmati gesekan batang kemaluannya di dinding lubang kemaluanku. Setelah beberapa kocokan yang kulakukan akhirnya amblaslah seluruh batang kemaluan Pak Marsan ke dalam lubang kemaluanku.

    Kini aku duduk di atas perut Pak Marsan yang setengah duduk dengan punggung diganjal bantal. Dengan tangan bertumpu dinding tembok aku mulai bergerak menaik-turunkan pantatku secara perlahan. Sementara itu tangan Pak Marsan mencengkeram pantatku membantu menggerakkan pantatku naik turun, mulutnya sibuk menetek payudaraku.

    Posisi di atas merupakan salah satu posisi favoritku. Karena dengan posisi ini aku dapat mengontrol sentuhan-sentuhan pada daerah sensitifku dengan batang kemaluan laki-laki yang menancap di lubang kemaluanku.

    “Akhh… shhh… terushhh.. Pak Mar..sanhhh”

    Aku mendesis-desis saat Pak Marsan ikut mengimbangi goyanganku sambil kedua tangannya menekan kedua payudaraku hingga kedua putingku masuk ke dalam mulut Pak Marsan. Kedua putingku dijilat-jilat dan disedot secara bersamaan hingga membuat nafsuku meningkat secara cepat. Aku semakin liar menggerakkan pantatku di pangkuan Pak Marsan. Tubuhku kembali mengejat-ngejat dan seperti terhantam aliran listrik.

    “Terusshhh..terusshhh … ouchhh….”

    Aku semakin liar mendesis saat kurasakan sesuatu meledak-ledak. Tubuhku terasa terhempas ke tempat kosong lalu akhirnya aku ambruk di dada Pak Marsan.

    Pak Marsan lalu bangkit dan berganti menindihku dengan tanpa melepaskan batang kemaluannya dari jepitan lubang kemaluanku. Bantal yang tadi mengganjal punggungku ditaruhnya untuk mengganjal pantatku hingga gundukan kemaluanku semakin membukit. Aku yang sudah lemas kembali dijadikan bulan-bulanan genjotan batang kemaluannya.

    Bibirnya tak henti-hentinya melumat bibirku dan pantatnya dengan mantap memompa batang kemaluannya menusuk-nusuk lubang kemaluanku. Kedua tangan Pak Marsan mengganjal bongkahan pantatku hingga tusukannya kurasakan sangat dalam menumbuk perutku.

    “Ughh..ughhh… putarrrhhh… Buu…putarrrhhh… ugghhh…”

    Kudengar Pak Marsan mendengus memerintahku memutar pantatku.

    Aku mematuhi perintahnya memutar pantatku dengan sisa-sisa tenaga yang masih ada.

    “Terushhh.. terushhh ter…oughhhh!!”

    Akhirnya dengan diiringi dengusan panjang tubuh Pak Marsan berkelojotan. Tubuhnya tersentak-sentak dan hunjaman batang kemaluannya serasa menghantam sangat dalam karena didorong sekuat tenaga olehnya. Batang kemaluannya berdenyut-denyut dalam jepitan liang kemaluanku.

    Crottt…crott..crott…

    Batang kemaluannya menyemburkan cairan kenikmatan ke dalam liang kemaluanku. Aku merasa ada desiran hangat menyembur beberapa kali dalam lubang kemaluanku. Nikmat sekali rasanya. Tubuh Pak Marsan masih berkelojotan untuk beberapa saat lalu akhirnya terdiam.

    “Oughh… Bu.. Ren..ni hebattthhhh…” bisiknya di telingaku dengan napas yang masih ngos-ngosan.

    Tubuh kekarnya ambruk menindih tubuh telanjangku. Batang kemaluannya dibiarkannya tertancap erat dalam jepitan liang kemaluanku. Kami berdua sama-sama diam menikmati sisa-sisa kenikmatan yang baru saja kami raih.

    Hari sudah menjelang sore saat aku bangun dari kasur Pak Marsan. Aku kaget saat mau kupakai celana dalamku ternyata sudah basah oleh lendir yang masih menempel. Rupanya tadi Pak Marsan menyeka lubang vaginaku dengan celana dalamku! Sialan juga terpaksa aku tidak memakai celana dalam.

    Dengan memakai celana dan baju atasanku aku keluar ke kamar mandi dan cebok membersihkan lubang kemaluanku dari sisa-sisa lendir sehabis persetubuhan tadi.

    Aku baru saja mau berdiri dan menaikkan celanaku saat tiba-tiba Pak Marsan yang hanya dililit handuk ikut masuk ke kamar mandi. Belum selesai membanahi celanaku lagi-lagi Pak Marsan merangsekku di kamar mandinya yang terbuka.

    Diturunkannya lagi celanaku hingga sebatas lutut lalu didekapnya aku dari belakang. Bibirnya dengan ganas dan rakus menjilat dan mencumbu daerah belakang telingaku hingga gairahku mulai terbangkit lagi.

    Melihat aku sudah dalam genggamannya, dilepasnya lilitan handuknya hingga ia telanjang bulat. Batang kemaluannya yang sudah setengah keras menempel ketat di belahan pantatku. Aku sengaja menekan pantatku mundur hingga menggencet batang kemaluannya semakin terbenam di antara kedua belah buah pantatku. Kugeser-geser pantatku dengan lembut hingga lama-kelamaan batang itu mulai mengeras lagi.

    Setelah keras, dicucukkannya batang kemaluannya ke celah-celah sempit di gundukan bukit kemaluanku lalu dikosek-kosekkannya ujungnya ke alur sempit itu yang sudah mulai basah.

    Sekali lagi kami bersetubuh dengan hanya menurunkan celana panjangku sebatas lutut dan Pak Marsan menggenjotku lagi dengan posisi berdiri. Aku harus bertumpu pada bak mandi yang terbuat dari gentong tanah sambil setengah nungging sementara Pak Marsan menggenjot dari belakang.

    Gila. Pak satpam satu ini memang gila! Bagaimana tidak ia punya dua tongkat satu dapat membuat orang kesakitan sedangkan yang satunya dapat membuat orang merem-melek keenakan! Aku pun jadi ketagihan dibuatnya dan resmilah Pak Marsan menjadi kekasih gelapku.

  • Kisah Memek Ketika Aku Menunggu Di Halte Bus,Terlihat Gadis Cantik

    Kisah Memek Ketika Aku Menunggu Di Halte Bus,Terlihat Gadis Cantik


    3497 views

    Cerita Sex ini berjudul ” Ketika Aku Menunggu Di Halte Bus,Terlihat Gadis Cantik ” Cerita Dewasa,Cerita Hot,Cerita Sex Panas,Cerita Sex Bokep,Kisah Seks,Kisah Mesum,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Janda,Jilbab,Terbaru 2018.

    Duniabola99.com – Aku mengenalnya pertama kali ketika nunggu bus di sebuah sudut Jakarta. Tiba-tiba saja turun hujan. Aku hari itu memang sudah sedia payung lipat karena waktu berngkat dari rumah kulihat langit sudah gelap. Kubuka payungku dan kulihat seorang gadis, masih muda, berlari menembus hujan. Kusambut saja dia dengan payungku dan kami berpayungan bersama. Selama berpayungan bersama kami hanya saling berdiam saja. Akhirnya kami berteduh di bawah emperan toko. Agen Sbobet


    “Iiih, laki-laki kok bawa payung, tumben-tumbennya ada laki-laki takut hujan” katanya.

    “Bukannya berterima kasih, malahan mencela. Coba kalau tadi aku nggak bawa payung kamu udah basah kuyup” kataku tanpa merasa tersinggung. Biarin aja orang mau ngomong apapun, nggak efek bagiku. Tapi aku sendiri heran juga kok tumben memang aku mau bawa payung. Biasanya cuek aja.

    “Mau kemana?” tanyaku.
    “Pulang ke Grogol” jawabnya.

    Kutanya namanya, kudengar dia jawab bahwa namanya Yuli. Akhirnya angkutan yang ditunggunyapun datang. Akupun pulang ke rumah. Beberapa hari kemudian di tempat yang sama kembali aku bertemu dengannya.

    “Hai, masih ingat aku?” tanyaku.
    “Masih. Mana payungnya, kok nggak dibawa?” jawabnya.
    “Ah, hari panas gini kok”.
    “Baru pulang Yul?”
    “Namaku Yuni, bukan Yuli”.
    “Kemarin Yuli, sekarang Yuni besok apa lagi,” olokku.
    “Kamu aja yang budi, dari dulu juga namaku Yuni, kadang juga dipangil Ike”.

    Dari tadi suaranya datar, cenderung ketus. Kuajak Yuni untuk makan Soto Betawi di seberang jalan.

    “Buru-buru Yun? Makan dulu yuk!” ajakku.
    “Boleh, tapi kamu yang traktir”.
    “Jangan kuatir”.

    Akhirnya kami masuk ke dalam warung tenda Soto Betawi. Kupesan dua porsi tapi dia menolak.

    “Aku nggak usah, masih kenyang. Aku minum es teh saja”.
    “Ya sudah. Bang sotonya satu es tehnya dua,” kupesan pada si abang tukang soto.

    Kami duduk berhadapan dipisahkan oleh meja kecil untuk 4 orang. Aku makan dengan cepat dan kemudian mulaiminum es teh tadi. Karena mejanya kecil lutut kami bisa saling beradu. Tiba-tiba Yuni menggoyangkan lututnya agak keras.

    “Kenapa?” tanyaku.
    “Orang di belakangmu dari tadi lihatin aku terus”.
    “Biarin aja, mata dia sendiri aja”

    Kedua lututnya kemudian menjepit salah satu kakiku. Aku agak terkejut juga.

    “Pijitin dong,” kataku.
    “Mau? Jangan di sini,” katanya sambil mengedipkan mata.

    Alamak, apalagi yang terjadi setelah ini?

    “Jadi di mana?” pancingku lagi.
    “Di hotel saja” sahutnya berbisik.

    Kutatap dia, seolah-olah tak percaya dia ngajak check in.


    Aku segera selesaikan makan, bayar dan keluar dari warung. Laki-laki yang dibilangnya tadi ngelihatin terus masih curi-curi pandang ke Yuni. Kami berjalan menuju hotel dekat tempat kami makan tadi. Sambil jalan kubisikkan di telinganya “Pakai kondom?”

    “Terserah aja,” jawabnya.

    Aku hampir tidak pernah pakai kondom, apalagi nawarin teman kencanku untuk pakai kondom dalam bercinta. Entah kenapa, atau mungkin kasihan aja kepada Yuni makanya kutawarkan pakai kondom. Sambil jalan kucoba cari-cari apotik atau toko obat, tapi nggak ada sampai kami tiba di hotel.

    Begitu masuk kamar, aku ke kamar mandi dan membersihkan senjataku. Yuni berbaring di ranjang. Aku keluar dari kamar mandi dan Yuni menatapku. Ia berdiri dan segera melepas pakaiannya sampai ia telanjang bulat. Akupun kemudian melepas pakaianku dan berbaring di sampingnya.

    “Mas ini orang mana sih, kok bulunya banyak sekali?” tanyanya.
    “Jawa asli 100%,” kataku.
    “Ada turunan Arab atau India kali ya?” selidiknya lagi seperti tak percaya dengan jawabanku.
    “Kamu kerja di mana Yun?”
    “Di Pasar Minggu”.
    “Kok mau ke Grogol lewat sini?”
    “Iya, sekaligus mampir tempat bapakku kerja”

    Setelah ngobrol beberapa saat aku tahu ternyata dia berasal dari Riau, umurnya sedikit di bawahku. Pada saat ini aku dapat mengamati dia dengan lebih teliti. Tingginya kutaksir 150 cm, kulitnya kuning kecoklatan, agak kurus. Rambutnya lurus sebahu, matanya kecil dan dadanya cukup besar untuk ukuran dia.

    “Nggak usah mandi ya” kataku.
    “Nggak usah, nanti aja. Nanti aja sekalian” katanya.
    “Oh ya, katanya tadi mau pijitin saya,” kataku menggodanya sambil kuubah posisi tubuhku tengkurap.

    Yuni merapat padaku dan tangannya mulai memijit tubuhku. Keras juga pijitan tangannya. Ia mulai memijit dari kaki, kemudian paha, tangan, kepala dan punggungku.

    “Udahan, sekarang mana lagi yang mau dipijit?” tanyanya menantang.
    “Depan ini belum dipijit,” kataku.

    Aku membalikkan badan dan Yuni segera menerkamku dengan ciuman yang ganas. Aku membalas dengan tak kalah ganas. Kecil-kecil nafsunya besar juga nih anak. Bibirnya bergeser ke bawah dan ia mencium dan menjilat leherku. Aku menggelinjang nikmat.


    Napas kami mulai memburu. Sambil menciumi dan mengecup dadaku, Yuni memelukku erat. Kulihat buah dadanya yang kenyal dan padat dihiasi dengan puting kecil yang berwarna merah muda menantangku untuk segera mengulumnya. Payudara sebelah kanan kusedot dan kukulum, sementara sebelah kirinya kuremas dengan tangan kananku. Tangan kiriku mengusap-usap ppipnya dengan lembut. Yuni mengerang dan merintih ketika putingnya kugigit kecil dan kujilat-jilat.

    “Ououououhh.. Nghgghh, Mas.. Ouuhh.. Mas Anto”

    Payudaranya kukulum habis sampai semuanya masuk ke mulutku. Yuni menjilati telingaku. Akupun terangsang hebat. Meriamku sudah mengeras siap untuk maju dalam pertempuran yang dahsyat.

    Yuni melepaskan diri dari pelukanku dan kini ia menjilati dan menciumi tubuhku. Dari leherku bibirnya kemudian menyusuri dadaku, dan “.. Oukhh, Yuni.. Yachh.. ” aku mengerang ketika mulutnya menjilati putingku. Kutolak tubuhnya karena tak tahan dengan rangsangan yang diberikan pada putingku dan kemudian kugulingkan ke samping.

    Bibirku menyambar bibirnya. Kudorong lidahku menggelitik mulutnya. Lidahku kemudian disedotnya. Tangannya menjelajah ke selangkanganku dan kemudian mengocok meriamku. Meriamku semakin tegang dan besar.

    “Puaskan aku, Mas. Bawa aku dalam lautan kenikmatan.. ” ia memekik.

    Tidak lama kemudian tangannya memegang erat meriamku dan kurasakan pantat dan pinggul Yuni bergerak-gerak menggesek meriamku. Kepala meriamku kemudian masuk ke dalam lubang kenikmatannya. Terasa sempit dan basah.

    “Akhh.. Oukkhh” Yuni mendongakkan kepalanya dan memberikan kesempatan kepadaku untuk menjilati lehernya yang tepat di depanku. Ia memutarkan pantatnya dan dengan tusukan keras akhirnya semua batang meriamku sudah terbenam dalam vaginanya.


    Pinggulku bergerak maju mundur menimba kenikmatan. Kadang gerakanku kuubah menjadi ke kanan ke kiri atau berputar berlawanan dengan arah putaran pantatnya. Sesekali gerakanku agak pelan dan kugantung selangkanganku. Pantatnya naik agak tinggi sehingga kepala meriamku berada di bibir guanya dan kemudian dengan cepat kuturunkan pantatku hingga seluruh batang meriamku tenggelam ke dalam liang nikmatnya

    Punggungnya naik dengan bertopang pada sikunya. Kuisap puting buah dadanya yang sudah mengeras. Gerakanku menjadi semakin liar dan berat. Tangannya kini memeluk punggungku dan dadanya merapat pada dadaku. Tangannya meremas dan menjambak rambutku, mulutnya merintih dan mengerang keras.

    “Anto.. Ouhh Anto, aku mau nyampai, aku mau kelu.. Ar”
    “Sshh.. Shh”

    “Anto sekarang ouhh.. Sekarang” ia memekik. Tubuhnya mengejang rapat diatasku dan kakinya membelit kakiku. Mulutnya mencari-cari mulutku dan kusambar agar ia tidak merintih terlalu keras lagi. Vaginanya berdenyut kuat sekali. Akupun merasakan akan menggapai kenikmatan dan kutekan pantatku ke bawah dengan keras hingga meriamku mentok.

    “Akhkhkh Yuni.. Terimalah tembakanku,” kumuntahkan cairan maniku ke dalam vaginanya. Terasa banyak sekali dan meleleh keluar menetes di sprei.

    Tubuhku melemas di atas badan Yuni. Keringat kami bagaikan diperas, menitik di sekujur tubuh. Kemaluanku yang masih menegang kubiarkan tetap di dalam vaginanya sampai akhirnya mengecil dan terlepas sendiri.

    Akhirnya kami bangun setelah napas kami menjadi teratur. Kami masuk ke dalam kamar mandi dan membersihkan diri. Kami pulang menuju rumah masing-masing. Karena sudah agak malam dan angkutan umum sudah jarang, maka kuberikan ongkos taksi untuk Yuni. Kami janjian untuk ketemu seminggu lagi.

    Seminggu kemudian kami sudah ada di dalam kamar hotel. Kini aku sudah menyiapkan kondom sebelumnya. Begitu masuk ke dalam kamar, Yuni langsung memelukku dan menciumiku dengan ganasnya. Tangannya dengan cekatan mempreteli baju kemudian celana dan sekaligus celana dalamku. Setelah itu kemudian ia membuka pakaiannya sendiri dengan cepat. Tangannya sudah mengembara ke selangkanganku, meremas, mengurut dan mengocoknya. Perlahan namun pasti meriamku semakin membesar dan mengeras. Kami masih berciuman dan memagut leher.

    Kami mulai terangsang dan tubuh kami mulai hangat. Detak jantung mulai cepat dan napas menjadi berat. Kududukan dia di atas meja di dalam kamar. Kini kami lebih leluasa mengeksplorasi tubuh kami. Tangannya masih juga bermain di bawah perutku. Tanganku meremas payudaranya, memilin putingnya. Kutarik pantatnya sedikit ke depan sehingga posisinya berada di bibir meja. Dengan bantuan tangannya kucoba memasukkan penisku ke vaginanya dalam posisi aku berdiri. Ia menggerak-gerakkan pantatnya untuk membantu usahaku. Digesekkan kepala penisku pada bibir vaginanya.


    Setelah cukup pelumasan ia berbisik, “Dorong Mas.. Dorong”.

    Kudorong pantatku dengan pelan dan akhirnya batang meriamku bisa masuk dengan lancar ke dalam guanya. Dalam beberapa saat kami masih bertahan pada posisi berdiri. Kakiku sudah mulai gemetar menahan tubuhku. Kuangkat tubuhnya kemudian kugendong berjalan ke arah ranjang. Uuppss.. Sayang penisku terlepas. Kudorong dia sambil tetap berpelukan dan berciuman ke kamar mandi. Sampai kamar mandi kulepaskan pelukanku dan kami membersihkan milik kami masing-masing terlebih dahulu untuk melanjutkan permainan berikutnya yang lebih panas.

    Kubopong tubuhnya yang mungil dan kuhempaskan ke ranjang. Sebentar kemudian kami kembali bergumul untuk saling memberi dan menerima kenikmatan. Yuni berada di atas tubuhku. Kepala Yuni ke bawah, ke perut dan terus ke bawah. Digigitnya meriamku dengan gigitan kecil di sepanjang batangnya.

    Yuni memandangku dan aku menarik buah zakarku sehingga batang penisku juga tertarik dan berdiri tegak menantang. Aku memberi isyarat ketika kepalanya ada di atas selangkanganku. Kepalanya kemudian bergerak ke bawah. Ia mengisap-isap kepala penisku dan menjilatinya.

    Tiba-tiba tubuhku seperti kena sengatan listrik ketika lidah Yuni menjilat lubang kencingku. Kulihat Yuni dengan asyiknya menjilat, menghisap dan mengulum kepala meriamku. Ia tidak memasukkan seluruh batang penisku ke dalam mulutnya, melainkan hanya kepala penisku saja yang menjadi areal kerjanya.

    Kutarik tubuhnya dan kini kutindih. Yuni memelukku dan menciumi daun telingaku. Aku merinding. Dadanya yang kencang dan padat menekan dadaku. Kucium bibirnya dan kuremas buah dadanya. Judi Bola Terpercaya

    “Ouhh ayo Mas.. Aku.. Masukkan Mass.. Ayo masukkan.. ”

    Aku menurunkan pantatku dan segera penisku sudah tengelam dalam lubangnya.

    “Mass.. Enak sekali Mas Anto, aku.. Oukhh”


    Ia memekik kecil, lalu kutekan kemaluanku sampai amblas. Tangannya mencengkeram punggungku. Tidak terdengar suara apapun dalam kamar selain deritan ranjang dan lenguhan kami.

    Kucabut kemaluanku, kutahan dan kukeraskan ototnya. Pelan-pelan kumasukkan kepalanya saja ke bibir gua yang lembab dan merah.

    Yuni terpejam menikmati permainanku pada bibir kemaluannya.

    “.. Hggk.. “. Dia menjerit tertahan ketika tiba-tiba kusodokkan kemaluanku sampai mentok ke rahimnya.

    Kumaju mundurkan dengan pelan setengah batang sampai tujuh kali kemudian kusodokkan dengan kuat sampai semua batangku amblas. Yuni menggerakkan pinggulnya memutar dan naik turun sehingga kenikmatan yang luar biasa sama-sama kami rasakan. Kejantananku seperti dipelintir rasanya. Kusedot payudaranya dan kumainkan putingnya dengan lidahku.

    Yuni seperti orang yang mau berteriak menahan sesuatu menikmati hubungan ini. Ia memukul-mukul dadaku dengan histeris.

    “Auuhkhh.. Terus.. Teruskan.. Mass Anto.. Enak sekali.. Ooh”

    Kini kakiku menjepit kakinya. Ternyata vaginanya nikmatnya memang luar biasa, meskipun agak becek namun gerakan memutarnya seperti menyedot penisku.


    Aku mulai menggenjot lagi. Yuni seperti seekor singa liaryang tidak terkendali. Keringat membanjiri tubuh kami. Kupacu Yuni mendaki lereng terjal penuh kenikmatan. Kami saling meremas, memagut, dan mencium.

    Kubuka lagi kedua kakinya, kini betisnya melilit di betisku. Matanya merem melek. Aku siap untuk memuntahkan peluruku.

    “Yuni, aku mau keluar.. Sebentar lagi Yun.. Aku mau.. “.
    “Kita sama-sama Mas, Ouououhh.. “. Yuni melenguh panjang.

    Sesaat kemudian.., “Sekarang Yun. Ayo sekarang.. Ouuhh”, aku mengerang ketika peluruku muntah dari ujung rudalku.

    “Mas Anto.. Agghh” kakinya menjepit kakiku dan menarik kakiku sehingga kejantananku tertarik mau keluar.

    Aku menahan agar posisi kemaluanku tetap dalam vaginanya. Matanya terbuka lebar, tangannya mencakar punggungku, mulutnya menggigit dadaku sampai merah. Kemaluan kami saling membalas berdenyut sampai beberapa detik. Setelah beberapa saat kemudian keadaan menjadi sunyi dan tenang. Kami membersihkan diri dan check out dari hotel.

    *****

    Aku menggauli Yuni sampai lima kali dan setelah itu tidak pernah bertemu lagi. Dulu aku pernah minta nomor telepon kantornya tapi dia tidak mau memberikannya. Entah apa alasannya. Sampai sekarang aku tak pernah bertemu lagi dengan dirinya, meskipun kadang-kadang aku masih nongkrong di tempat biasa kami bertemu.

    Kisah Seks,Cerita Sex,Cerita Panas,Cerita Bokep,Cerita Hot,Cerita Mesum,Cerita Dewasa,Cerita Ngentot,Cerita Sex Bergambar,Cerita ABG,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Pasutri.

     



  • Kisah Memek Ketika Bersama Kakak Ipar Istriku Di Kontrakan

    Kisah Memek Ketika Bersama Kakak Ipar Istriku Di Kontrakan


    3322 views

    Duniabola99.com – Nama Aku Yonar, aku adalah seorang lelaki yang sudah menikah, istriku mempunyai seorang kakak laki – laki yang telah beristri, istrinya sebut saja namanya linA, dengan linA dulu ketika kami masih sama2 pacaran, kami pernah dekat dan menjalin hubungan.


    Namun setelah kami sama2 menikah, kami menjauh, bahkan linA sangat menjaga jarak denganku. Jujur aku sendiri masih menyimpan hayal dengannya, tubuhnya memang kurang berisi, payudaranya juga tidak besar, tapi permainan sex nya luar biasa, libido yang besar membuatku sering terbayang dirinya.

    Sering pada suatu saat aku berusaha menggodanya, tapi sulit. lina dan suaminya (kakak istriku) tinggal mengontrak sebuah rumah kontrakan yang kecil tepat di seberang sebelah rumah mertuaku yang juga mertua dia.

    Ketika aku berkunjung k rumah mertua ku otomatis aku juga pasti bertemu dengannya dan suaminya.

    Suatu Ketika aku sedang berkunjung ke rumah mertuaku, tentunya dengan istri dan anakku, karena rumah mertuaku berada di luarkota tempat aku tingal, otomatis biasanya aku menginap. Hari Minggu kami disana, Aku bertemu dengan lina, kami salam dan berbasa basi seperti biasa, aku masih saja terpesona melihatnya, apalgi dia hanya pakai celana pendek dan kaos oblong tipis, aku berusaha berlama-lama bersalaman dengannya, tp dia buru2 melepasnya. Aku berhasrat sekali dengannya tapi segera kubuang jauh2 pikiran itu karena keluarga sedang berkumpul tidak mungkin itu trjadi.

    Esok hari, subuh2 sekali istriku, kakaknya (suaminya lina), dan adik2nya, sudah bersiap2 berangkat acara keluarga sekaligu ziarah ke makam leluhurnya, mereka berangkat dengan Pamannya, Ibu dan seluruh keluarga. Hanya Aku putuskan tidak ikut karena masih cape dan malas. jadi hanya AKu dan Kakak Perempuan ibu mertua yang sudah sangat tua dan sulit berjalan yang tidak bisa ikut, Oh iya lina juga tidak ikut karena dia hari itu tidak libur. Sial sekali pikirku, kukiran pagi ini bisa melihat alin dan ada kesempatan untuk menggodanya.

    Pagi itu keadaan rumah sudah sepi, semua sudah berangkat, kecuali aku dan uwa. tiba2 terdengar alin masuk dari pintu belakang dari arah kontrakannya,

    bertanya pada uwa “wa, saklar di kontrakan rusak wa, jadi air sama lampunya ga bisa nya nyala, mana lina harus kerja lagi, si mas sama yng lain udah berangkat lagi gada yang bisa dimintain tolong”.


    Mendengar itu ingin rasanya aku segera beranjak dari ruang tengah menawarkan bantuan, tapi sebelum aku bicara uwa sdh menimpali

    “Tuh ada ada Yonar, dia ga ikut, minta tolong aj ya”, mendengar itu aku langsung menimpali ” Udah sini Lin aku coba liat sapa tau bisa” ” Ngga usah ngerepotin” jawab lina sambil berbisik ” ntra macem2 lagi”.

    Pikirku tau aja dia kalau aku punya niat macem2, tapi demi jaga gengsi aku bilang “Ada-ada aja, gini aj deh, selagi aku betulin saklar dikontrakan mu, lina disni aja dulu sampe beres, mandi disni aja”

    Dari gerakgeriknya dia hendak menolak namun Uwa buru2 bilang ” ya udah sekarang cepat betulin Yo, Lina disni aja dulu”

    Membawa Peralatn listrik, obeng, gunting dsb, lina menuntunku ke kontrakannya, sekaligus dia membawa perlengkapan mandinya untuk mandi di rumah mertua. Setelah Lina menerangkan masalahnya aku pun segera memperbaiki saklar kontraknya, dimana saklar ini sebagai penghubung listrik induk dengan listrik rumahnya, sementara Lina mandi di rumah mertua.

    Sekitar 15 Menit sudah aku memperbaiki saklar di kontrakannya, Lina Pun belum juga selesai mandi. Sesekali aku bolak balik ke rumah mertua untuk mengambil beberapa keperluan, suatu kali ketika aku bolak balik, aku penasaran, jiwa nakal ku muncul, Hayalku membayangkan Lina yang sedang Bugil, tanpa sehelai benang pun ditubuhnya, terbayang tubuhnya dibasuh sabun, payudara dan vaginanya, pikiranku pun smkn nakal aplg setauku pintu kamar mandi disini tidak bisa tertutup sempurna sehingga ada bnyk celah untuk mengintip.

    .. Uuh.. ku intip Uwa sedang dikamarnya, mungkin tidur, maka hayalku memberanikan untuk Mengintip Lina yang sedang mandi, dari balik celah pintu yang rusak,.

    Perlahan kuintip, wow kulihat lina menyamping, bugil seluruh tubuhnya dipenuhi busa – busa sabun, tangannya yang lentik mengusap perlahan toketnya, oh.. dia meremas2 toketnya sambil memejamkan mata, melihat ini kontolku tak kuasa makin menegang, aplagi kemudian aku dikagetkan dgn adegan berikutnya: Lina Mengusap vaginanya, memasukkan jarinya kedalam vaginanya, ah apakah dia sedang masturbasi? pikrku..

    terus dia mengocok vaginanya sebari mendesah tak karuan, aku semakin tegang melihatnya, kontolku tak kuasa menegang, andai saya aku dapat menyetubuhinya.. . Sedang asik bermain dgn kelamin masing2, terdengar suara dari Dalam Ruang tengah: ” Liinn, kalau sudah mandinya, kesini dulu bentar ya..” lina yang sptnya sedang asik memainkan vagina terkaget lsg menjawab ” Iya Wa..” Begitupun dengan aku buru2 aku beranjak dari intipan ku dan segera kembali ke kontrakan lina meneruskan memperbaiki saklar.

    Fyuhh.. benar2 tontonan yang membuat nafsu memuncak.. Pikiranku tidak bisa konsen memperbaiki saklar, pdhl aku sudah mau selesai. Ah kucoba hilangkan pikiran kotor itu dan kembali ke tugasku semula.


    beberapa saat kemudian lina masuk ke rumah, habis mandi dengan (sayangnya) sudah menggunakan kaos dan celana pendek, padahal harapku dia hanya memakai handuk saja.

    Seketika dia bertanya padaku ” belum selesai juga memperbaikinya? lama bnr” .. Aku jawab ” ya iyalah kan harus hati2, emangnya mau kalo nyetrum dan kebakaran”.. msh terbayang bagaimana adegan tadi kulihat di kamar mandi, maka muncul hasrat ku untuk menggodanya, menyetubuhi, atau bahkan memperkosanya.

    Kulanjutkan tanyaku “udah mandinya Lin?” dgn agak sinis khasnya dia menjawab ” ya udah lah ngapain juga lama2″,

    aku : “udah tuntas ya aktifitasnya di kamarmandi”

    Lina: ” maksudnya? ya udah lah dah tau udh keluar kamar mandi berarti udah donk”

    Aku: “yaa kirain aj ada yang masih nanggung”

    Lina: Apaan sih, ga ngerti, udah ah cepetan benerin listriknya, aku mau ganti baju ni, susah kamarku kan gelap”

    Aku: gelap bukan berarti ga bisa ngapain2 kan.. buktinya jadi tuh anakmu waktu gelap2 kan? hahahaha.. udah tuh dicoba listriknya, coba aj lampu ama airnya ..

    LIna: iya aku coba..

    sebari dia coba satu persatu stopkontak, lina melanjutkan pembicaraan ” iya dulu gelap2an enak si sebelum ada si Tina (anaknya) , sekarang ..uuhh.. dah bosen kali si angga (suaminya – kaka istriku) udah jarang, eh YOnar udah oke nih semua lampunya”

    Aku: ahh kan banyak alternatif.. bisa sendiri atau cari bantuan lah… Syukurlah kalau sudah ok, dicoba juga airnya nyalain trs ganti baju kerja gih, ntr telat”

    Lina: ahh alternatif apaan maksudnya yo… (sebari melirik nakal kearahku), bosennya jg kali kalau sendiri,, dah aku ke kamar mandi cek dulu,

    Lina berlalu menuju kamar mandi diujung belakang kontrakannya, sebari aku mengikutinya dari belakang,

    kalimat terakhir dari mulutnya membuat hasrat ku makin bergetar, “bosen sendiri” dalam hatiku, hayalku trs bermunculan, apakah aku perkosa saja ketika dia di kamarmandi? kubekap dari belakang meremas toketnya, memaksanya .. tapi kalau ketauan gmn? kalau lina berteriak kencang gmn, sedang dinding pemisah antar kontrakan di tempatnya tidak tebal, tak tahan rasanya ingin menjilat lehernya yang lnjang, menikmati langsing tubuhnya..

    Hayalku sejenak terhenti oleh teriakan lina ” aduuhh yoo.. basah kuyup.. dah jalan lagi nih airnya.. tapi nyemprot banget..untung belum pake baju kerja..”

    dengan segera aku menghampirinya ” ya bagus donk,, berarti dah jalan lagi, gada masalah lagi kan, baru disemprot sama air, gmn kalau semprotan yang kental..” goda ku..


    Lina menjawab ” yaa kalau itu enak donk.. ” sebari dia membalikkan badan kea arah ku dan membuat mataku terbelakak,, air yang membasahi kaosnya, membuat lekuk tubuh dan payudaranya tercetak sempurna, dan yang membuatku menelan ludah adalah lina belum memakai bra!! ternyata sejak tadi dia hanya memakai kaos saja.. badanku makin gemetar.. kontolku makin ngaceng tak tertahan dibalik celana tidurku..

    “heh.. melotot aj!! liatin apa ayoo… udah mau ganti baju kerja sekalian, tuh beresin tuh yang dalam celana di kamar mandi” sebari tertwa kecil keluar dari kamar mandi. dengan malu aku masuk kamar mandi segera beresin celana, ku keluarkan kontolku, sudah ngaceng sekali kontolku, tak tahan rasanya, apa aku onani saja pikirku, ah tidak, masa sih aku menyia-nyiakan kesempatan dengan lina, tak ada orang disni.. pikirku mengalir liar, sampai tanpa sadar, ternyata lina memperhatikan aku dari balik lubang pintu kamar mandi yang memang tidak tertutup, ..

    “hayyo kenapa lin.. susah ni mau dituntasin, bantuin donk..” secepat itu aku langsung bicara sebari mengusap2 kontolku, dgn kelagapan lina beranjak pergi sebari bicara ” apaan sih, sendri aja gih, atau minta sama istrimu, udah ah ganti baju dulu ah udah mau kerja nih”

    aku pun mngikutinya berjalan menuju kamar, kulihat dari luar, dikamarnya dia dudukdi ranjangnya spt termenung, dia hendak membuka bajunya tapi terhenti ketika tangannya menyentuh payudaranya sendiri, dia usap2nya, mungkinkah dia juga sebenarnya terangsang dan sedang ingin bercinta tapi dia gengsi untuk jujur padaku..

    aku beranikan maksud ke kamar tidur kecilnya yang hanya cukup untuk satu ranjang dan sedikit ruang itu, dari belakang kubisikkan ditelinganya “aku kangen ih masa-masa kita dulu, aku kangen banget sama kamu, dah lama mendam rasa ini Lin”, dengan nada tinggi dia bilang ” Kamu masuk kamar orang ya ga sopan, ngomongnya ngawur ah, males ah, kita tuh udah sama2 nikah, dah punya anak lagi, inget tuh,..”

    aku: kalau perasaan susah Lin (kupegang bahunya ku balikkan tubuhnya sehingga menghadapku), “aku sayang banget sama kamu lina, sering aku terbayang dirimu yang jadi istriku”..tak kuasa aku memandangnya wajahnya dan memandang kaos basahnya yang setengah terbuka, tercetak jelas payudara mungilnya

    Lina: “inget .. kita udah … ”

    belum selesai dia bicara aku langsung kecup bibirnya, kulumat bibirnya kuat2.. aku berusaha mendekap tubuhnya, sebelum lina mendorongku, duduk menjauh dari aku, berusaha unutk menamparku namun dengan segera ku pegang tangannya, “aku sayang banget lin sama kamu, sekalian lah bantuin aku tuntasin ya..”

    kuberanikan diri mendekatinya lagi tanpa melepas genggaman tanganku padanya, sebelah tanganku membelai rambut lurusnya, kurebahkan kepalaku, mulutku di telinganya, kubisikan “i luv u so much lin, please.. sekali ini aja, aku janji gakan jadi panjang, ..”

    kukecup langsung daun telinganya, kujilat, lina menggelinjang, dia memejamkan mata, tanpa perlawanan, kuanggap itu tanda setuju atas permintaanku. kuciumi kujilati telinganya, kuberanikan menjalarkan lidahku tak hanya di sekitar telinga, menjalar ke pipinya menuju bibirnya, sekali lagi aku kecup bibirnya, kujilati, kusedot, kali ini tanpa perlawanan, meski dia masih tak menggerakan bibirnya, aku terus melumat bibirnya, nafsu sudah membara sejak tadi, kusogokkan lidahku kedalam mulutnya yg masih rapat, kupaksa masuk kedalam mulutnya, tak lama dia menyerah juga, kumainkan lidahku didalam mulutnya, menyentuh lidahnya, menjilati lidahnya, kurasakan dera nafasnya semakin kencang, kucekatkan tubuhnya, kulumat terus bibirnya yang mulai terbuka, sesekali membalas ciumanku perlahan.


    aku mulai melepaskan genggaman tanganku, kupegang kepalanya sebari tetap menciuminya, sementara tanganku yang satu mengusap, menyentuh2 lehernya punggungnya, memainkan telinganya,

    Ciuman itu berlangsung cukup lama, lama kelamaan lina mulai membalas ciumanku, dia mulai memainkan lidahnya, beradu dgn lidahku, mulutnya mulai berani melahapku, ciuman lahap dan kasarnya mulai nampak, desahan desahan nya mulai terasa trdengar ..Hmmm Hhh hsthhh… itu yang aku suka dan aku rindu darinya.. ciuman kami semakin panas, kedua tangannya mulai memelukku, satu tangannta mengacak2 rambutku, tubuhku mulai menempel dgn tubuhnya yang masih terbalut kaos yang basah.

    Tanganku mulai berani menelusup kebalik kaosnya yang basah dan setengah terbuka, kuraih toketnya yang sedari tadi tercetak dibalik kaosnya, kuremas toketnya, AKKHHHHHHHHHH OOKHHHHHHH….OoHHhhhdsthh, erangan keras keluar dari mulutnya ketika ku remas toketnya, ku mainkan putingnya yang sudah mengeras,

    Kubuka kaosnya yang basah, tanpa kesulitan, kutau sejak awal dia sudah tidak memakai bra, kujalarkan lidahku kelehernya, uhh HHsshtstthh.. lina tak hentinya mendesah tak karuan.. kulanjutkan juluran lidahku bibirku menciumi sampai toketnya lina yg masih terduduk di ranjang dan aku yang sudah setengah jojok di lantai, sebelah toketnya kujilati perlahan, sebelah kuremas dengan tanganku.. Hhhhhsthh.. kujilat toketnya perlahan memutar dari pinggir toketnya memuncak ke puting .. kutarik kencang2 putingnya, semua kulakukan bergantian kanan kiri, yang makin membuat lina nafsu nya membesar, kulanjutkan petualangan lidahku keperutnya

    ku perosotkan celana tidurnya, ahhh … darahku serasa makin mendesir melihat langsung pemandangan tanpa CD, langsung kulihat vaginanya, Memeknya yang tadi hanya kulihat dari intipan di kamarmandi, kini didepana mataku dgn lina yang sudah berbugil ria. segera saja petualangan bibirku berlanjut di bibir memeknya lina.

    .OOhhh sedap sekali, aromanya semerbak habis mandi dicampur aroma cairan dari memeknya yang sudah becek sekali.. kulahap habis memeknya, kuciumi sekitarnya, kujulurkan lidahku masuk kedalam liang memeknya yang memang sudah longgar, kusogoh habis2n liang memeknya, lina menjerit kuat ” AHHHH oohhh… ughhh.. dibenamkan nya wajahku sedalam-dalamnya ke liang memeknya, tangannya benar2 mengacak-acak rambutku, mendorong kepala ke memeknya, sesekali mejenggut rambutku.. oohh uhh..


    sedang asik memainkan memek lina, tiba2 tangannya mendorong kepalaku keluar “Lina udah ga tahan banget yon mau orgasme nih, tp gamau sekarang ya ” dia bilang. Aku hanya mengangguk dan berkata “apapun mau kamu sayang”

    Lina mengangkat tubuh yang setengah jongkok untuk duduk disampingnya diranjangnya, “sekarang giliran lina” ucapnya, segera dgn kasarnya dia membuka kaosku, dikecup dan dilumatnya bibirku dgn liar, dipegangnya kepala erat2 dijilatinya pipiku bibirku, seluruh wajahku, telingaku dijilatinya kanan kiri, digitnya,, Akkhhhhhhhh Lin enak banget,, ughh,,,,,,, tanganku pun meraih toketnya meremas2nya, sebari bibir lina menjamahi wajahku, telingaku, leherku nyaris saja di cupangnya, sebelum aku melarangnya khawatir ketauan istriku.

    Lina menjamahi tubuhku dengan liar, dadaku, perut buncitku, dia tarik puting susu ku yang berbulu, tangannya liar menjamahku, membuka celana pendekku, memerosatkannya berikut dgn CD ku, ko0ntolku sudah sangat , menegang kencang dan memerah.. Ahhh senyum liarnya lina sebari menatap liar padaku, dia menjulurkan lidahnya memainkan kepala kontolku. Akhhhh Linnn.. enak banget.. dia mengocok2 kontolku sebari menjilati ujung kontolku, dia berjongkok dilantai, memainkan kontolku, menghisapnya, naik turun, makin kencang makin kencang.. Ohh aku tak tahan lagi.. dijilatinya kontolku..

    Dia kemudian mencabut mulutnya dari kontolku, dia berdiri menghadapku yang masih terduduk, kesempatan ini kupakai unutk menjilat lagi memeknya yang sudah sangat becek, meremas toketnya kuat2.. ahh indah sekali pemandangan ini tubuh lina berdiri dihadapanku, seolah dia sedang stripsis, bergerak menggelinjang karena rangsanganku ke dlm memek dan toketnya..

    baru sebentar kumenikmati itu, lina mendorongku keras, sampai aku terlentang diranjangnya, ranjang tempat biasa dia bersetubuh dgn suaminya.

    ucapnya ” Lina udah ga tahan yon’..

    dia menaiki tubuhku diranjang, diarahkan memeknya kearah kontolku, Bleesss,,, aakhhhh Ugghhhhhhhhhh kami mengerang bersama-sama..


    Lina menindihku.. women on top,, digerak2n tubuhnya… kami berciuman liar.. berulang kali dia berkata “udah gakuat lina ih..” .. aku berusahan membanting tubuhnya, membalik posisi, kali ini dia dibawah.. aku kocokkan kontolku semakin cepat dan kencang.. erangan lina udah tak tertahankan lagi.. “trs.. ayo dong…” ucapnya.. dia trs menggelinjang menggerakan bokongnya.. ” aku juga ga kuat lin” .. ayo dong kit bareng lagi..” tenaga lina begitu kuat mendorong kembali terguling mebalikkan posisi.. dia kembali diatas, kali ini dia duduk berkuda.. menggerak-gerakan pantatnya, tubihku bangun meraih toketnya.. darahku mendesir.. sekecap saja aku sedot toketnya.. meremas toketnya.. lian sudah tak kuasa hendak keluar.. AkhhhhhhhhhhOhhh YESsss……. uughhhhhhhhhhhhhhh ” lina keluar.. Ohhhhhhhhhhhh… Peluk erat 2 yon, gigit puting lina,” suaranya mengacau tak karuan..”‘akhhhhhhhhh… kelellllllllllllllluuaarrrrrrrrr…”””” … lina orgasme” tubuhnya semakin kuat mendekap, memeknya basah…

    “Kamu curang yon… ga bareng” lina berbicara kacau sebari orgasme.. tubuhnya mulai melemas… kesempatanku membalikkan lagi tubuhnya.. kali ini kukocokkan kuat2 kontolku.. akhhhh.. aku keluar lin… “kucabut dan kubasahi tubuhn dan mulutnya…

  • Kisah Memek Ketika Nonton Film Bioskop Bersama

    Kisah Memek Ketika Nonton Film Bioskop Bersama


    2176 views

    Duniabola99.com – Kali ini saya akan menceritakan kisah hubunganku dengan Rina, gadis dari Bukittinggi. Kami ketemu ketika aku nongkrong di salah satu Studio 21 di Jakarta. Setelah lihat poster film yang akan diputar kurasa aku nggak tertarik untuk nonton hari ini. Di sebelahku ada seorang wanita muda yang juga sedang melihat-lihat poster film. Dari raut mukanya kelihatannya dia juga tidak tertarik.


    “Mau nonton Mbak?” tanyaku
    “Rencananya sih, tapi filmnya kurang bagus menurutku, dan yang dua lagi saya udah nonton,” jawabnya.

    Kami berdua duduk di lobby dan mendiskusikan film yang sedang diputar, When a Man Loves a Woman. Boleh juga wawasan dan ulasannya. Karena film sudah diputar dan pintu studio akan ditutup, kami berdua keluar dari studio.

    “Kemana sekarang Mbak?” tanyaku.
    “Jalan-jalan aja, lagi males di rumah,” jawabnya.
    “Boleh dong ikutan. Mbak jangan takut, aku orang baik-baik kok”
    “Nggak pa-pa, malah senang ditemenin dan ada pengawal. Mas ini anggota ya?” tanyanya.

    Memang karena perawakanku yang tegap aku sering disangka sebagai tentara atau polisi. Tapi aku selalu jujur kalau ditanya demikian.

    “Anggota apa? Kalau anggota masyarakat betul, tapi kalau militer bukan kok. Dulu pernah ikut tes tapi nggak lulus”.
    “Habis badannya tegap begitu”.

    Akhirnya kami berputar-putar saja di mall yang ada di dekat situ. Habis berputar-putar kami singgah di sebuah kafe dan minum di sana. Sambil ngobrol kuamati wanita di depanku ini. Badannya OK, sintal dan montok, kulitnya kuning langsat.

    Dalam setiap percakapan selalu kupanggil dia dengan sebutan “Mbak”.

    “Eh, aku bukan orang Jawa, panggil saja namaku, Rina, atau kalau mau panggil Uni Rina,” ia memprotes. Akhirnya kupanggil namanya saja. Panggilan Uni rasanya kurang familiar di lidahku.

    Aku tidak berani memancingnya untuk melakukan hal-hal yang lebih jauh mengingat cerita kota asalnya yang penduduknya terkenal taat. Namun memang kalau lagi rejeki, ada saja jalannya. Waktu dia buka tasnya, mengambil sesuatu tiba-tiba dompetnya terjatuh ke lantai. Dia membungkuk mengambilnya. T-shirt yang dipakainya sedikit membuka tanpa disadarinya. Aku yang memperhatikannya langsung saja seperti terkena aliran listrik. Buah dadanya yang besar dan putih, terbungkus bra dengan model cup yang hanya menutup puting, menggantung seolah minta dipetik. Dia masih belum sadar kalau aku memperhatikan ke balik t-shirtnya sampai dia tegak kembali. Aku masih termangu-mangu menikmati pemandangan yang baru saja kulihat.


    Rina menggoyangkan tangannya di mukaku.

    “Eh, bangun.. Bangun. Ada kebakaran,” katanya mengejutkanku.

    Aku tersentak dari lamunanku. Dia tertawa kecil.

    “Jangan melamun, nanti keterusan,” katanya lagi. Dipegangnya tanganku. Aku semakin panas dingin. Digesernya tempat duduknya ke sampingku. Tak sengaja sikuku menyentuh dadanya yang kenyal. Mukaku agak merah, sementara dia diam saja.
    “Sorry Rin, nggak sengaja,” kataku meminta maaf.
    “Aku tahu kok, kalau sampai sengaja namanya kurang ajar. Tapi kalau mau boleh lagi kok. Lagian daripada ngelamun lebih baik cari pengalaman,” katanya pelan sambil mukanya berpaling ke arah lain. Haah! Aku seakan tak percaya dengan ucapannya. Otakku mulai menganalisa peluang yang bisa kutangkap.
    “Bener nih nggak mau. Kalau mau ayo kita cari tempat yang aman. Jangankan kau senggol, lebih dari itupun ayuk saja,” ia mengerling ke arahku dan lidahnya memainkan bibirnya.
    “Tarik Mangg!!” sorakku dalam hati.

    Tanpa buang waktu lagi kami naik taksi dan menuju sebuah hotel yang cukup bersih. Kami berdua berbaring di atas ranjang. Rina berada di sebelahku, menatapku lalu mendekatkan mukanya ke mukaku dan menciumku. Aku membalas perlahan. Kuremas dadanya dari luar kausnya. Ia naik ke atas tubuhku.

    “Ouw.. Mulai nakal tangannya ya!” bisiknya.

    Rina terus menciumiku sambil melepas t-shirtnya. Kemudian tangannya menarik kaus yang kukenakan dan melepas lewat kepalaku. Ia membelai dadaku dan mengusapkan bibirnya pada bulu dadaku.

    Bibirnya ke bawah dan sudah sampai di leherku. Kuciumi telinganya dan kuhembuskan napasku dekat telinganya. Ia menggelinjang geli sekaligus nikmat. Debaran di dada meningkat. Ia terus menciumi dadaku. Kurasakan buah dadanya yang tadi sempat kuintip menekan dadaku. Kenyal dan padat dibungkus bra hitam. Onde mandeh, indah sekali.

    Tangan kanannya ke bawah, membuka ikat pinggangku, melepas kancing celana dan menarik ritsluiting dan kemudian menariknya ke bawah. Aku mengangkat pantatku untuk membantu memudahkan tangannya membuka celanaku. Kugerakkan kepalaku ke punggungnya dan dengan gigiku kulepas kait branya. Kuciumi punggungnya yang putih mulus. Tanpa dibuka, dengan pergerakan kami berdua akhirnya tidak lama branya sudah terlepas sendiri dan merosot ke ranjang.


    Buah dadanya berukuran besar, mungkin 36, terlihat sangat putih, kencang dan padat dengan bagian ujungnya berwarna kemerahan. Putingnya yang merah kecoklatan tidak sabar menungguku untuk segera mengulumnya. Payudara kiri kuisap dan kujilati, sementara sebelah kanannya kuremas dengan tangan kiriku. Kulakukan demikian berganti-ganti. Tangan kiriku mengusap-usap rambutnya dengan lembut.

    Rina mengerang dan merintih ketika putingnya kugigit.

    “Upps.. Lagi Anto. Ououououhh.. Nghgghh, Anto ayo teruskan lagi.. Ouuhh.. Anto”

    Payudaranya kukulum habis. Rina menggoyangkan kepalanya dan mencium leherku sampai ke dekat tengkuk. Akupun sudah tidak tahan. Senjataku sudah siap untuk masuk dalam pertempuran. Terasa keras dan kepalanya nongol melewati ban pinggang celana dalamku. Tangannya menurunkan celana dalamku sampai ke paha dan dilanjutkan dengan jari kaki ia melepas celana dalamku.

    Mulutnya terus bergerak ke bawah dan kini Rina mengisap-isap buah zakarku dan menjilati batang meriamku. Kupalingkan mukaku ke samping dan kugigit ujung bantal.

    Tiba-tiba secara refleks meriamku mengencang hingga condong mendekati permukaan perutku ketika lidah Rina mulai menjilat kepalanya. Kukencangkan otot perutku sehingga meriamku juga ikut bergerak dan berdenyut-denyut.

    “Hmm.. Tidak terlalu besar, rata-rata saja ukurannya tapi keras dan berdenyut. Pasti luar biasa nikmat,” komentar Rina sambil terus melakukan aktivitasnya. Kuangkat kepalaku dan kulihat Rina sedang asyik menjilat, menghisap dan mengulum meriamku. Kadang-kadang ia melihat ke arahku dan tersenyum.

    Rina melepaskan kepalanya dari selangkanganku dan tangannya dengan cepat melepas celana dalamnya sendiri. Bibirnya menyambar bibirku. Kubalas dengan ganas dan kusapukan lidahku pada bibir dan masuk dalam rongga mulutnya. Lidah kami kemudian saling memilin dan mengisap. Tanganku mengembara ke selangkangannya dan kemudian jari tengahku masuk menerobos liang kenikmatannya sampai menemukan tonjolan kecil di dinding atasnya. Rina meremas dan mengocok meriamku. Meriamku semakin tegang dan keras. Kami saling memberikan stimulasi.


    “Ouououhhkk.. Nikmat.. Puaskan aku,” ia memohon dengan suara tertahan.

    Kemudian tangannya mengurut dan menggenggam erat meriamku. Kurasakan pantat dan pinggul Rina bergoyang menggesek meriamku. Dan tanpa kesulitan kemudian kepala meriamku masuk ke dalam gua kenikmatannya. Terasa lembab dan agak kendor. Kurasakan dinding guanya semakin berair membasahi tonggak pusakaku.

    “Akhh Anto ayo kita sama-sama nikmati.. Oukkhh”.

    Kujilati lehernya dan bahunya. Ia terus menggoyangkan pantatnya sehingga sedikit demi sedikit makin masuk dan akhirnya semua batang meriamku sudah terbenam dalam guanya.

    Rina bergerak naik turun untuk mendapatkan sensasi kenikmatan. Pantatnya bergerak maju mundur. Gerakannya berubah dari perlahan menjadi cepat dan semakin cepat sampai akhirnya dia berhenti karena kelelahan. Ia mengubah gerakannya menjadi ke kanan ke kiri dan berputar-putar. Pantatnya naik agak tinggi sehingga hanya kepala meriamku berada di bibir guanya dan bibir guanya kemudian berkontraksi mengurut kepala meriamku. Tidak terlalu kuat kontraksi otot vaginanya, hanya sedikit terasa meremas batang kemaluanku.

    Kemudian ia menggesek-gesekkan bibir guanya pada kepala meriamku sampai beberapa kali dan kemudian dengan cepat ia menurunkan pantatnya hingga seluruh batang meriamku tenggelam seluruhnya. Ketika batang meriamku terbenam seluruhnya badannya bergetar dan kepalanya bergoyang ke kanan dan kekiri. Napasnya terputus-putus.

    Kuisap putingnya yang sudah keras. Gerakannya semakin liar dan cepat. Tanganku memeluk punggungnya dengan erat sehingga tuuh kami merapat total. Ia juga memeluk diriku rapat-rapat. Kini gerakannya pelan namun sangat terasa. Pantatnya naik ke atas sampai kemaluanku terlepas, dan ia menurunkan lagi dengan cepat dan kusambut dengan gerakan pantatku ke atas. Kembali meriamku menembus guanya. Ia merinding dan menggelepar. Tangannya meremas rambutku dan mencakar punggungku, punggungnya melengkung menahan kenikmatan. Mulutnya merintih dengan kata-kata yang tidak jelas dan mengerang keras.

    “Anto.. Ouhh Anto, aku mau dapat, aku tidak tahan mau kelu.. Ar,” desahnya.
    “Sshh.. Shh”
    “Anto sekarang ouhh.. Sekarang” ia memekik.


    Tubuhnya mengeras, merapat di atasku dan kakinya membelit betisku. Pantatnya ditekan ke bawah dengan keras dan vaginanya menjadi sangat basah hingga terasa licin. Tubuh Rina mulai melemas. Keringatnya menitik di sekujur pori-porinya. Kemaluanku yang masih menegang tetap dibiarkan di dalam vaginanya.

    “Terima kasih jantanku. Kau sungguh hebat sekali. Aku puas dengan permainanmu. Berikan aku istirahat sebentar, lalu..,” ia berbisik di telingaku.

    Kusambar bibirnya dengan bibirku dan kugulingkan ke samping. Penisku yang memang belum menyelesaikan tugasnya tentu saja masih tegang dan penasaran.

    “Sudahlah sayang, biarkan aku istirahat dulu sebentar saja.. ”

    Aku tidak menghiraukannya, kini kugenjot vaginanya sampai berdecak-decak menimbulkan suara yang justru sangat merangsang. Ia hanya pasif dan diam saja saja menerima gempuranku.

    Vaginanya terasa sangat licin dan ditambah lagi kondisi ototnya yang sudah kendor, maka gerakanku tidak memberikan kenikmatan yang maksimal. Kucabut penisku dan kuambil handuk untuk mengelap vaginanya supaya agak kering. Aku naik lagi ke atas tubuhnya. Kembali kuarahkan moncong meriamku ke sasaran. Kudorong pelan, meleset sampai beberapa kali. Kuangkat kedua kakinya dan kurenggangkan pahanya. Dengan tenaga penuh kudorong pantatku. Kini berhasil, dan langsung kugenjot dengan tempo perlahan saja. Lumayan, dalam keadaan dinding vagina kering begini baru bisa terasa nikmat.

    Rina kembali bangkit nafsunya setelah beberapa menit beristirahat. Iapun kemudian mengimbangi permainanku dengan gerakan pinggulnya. Diganjalnya pantatnya dengan bantal sehingga kemaluannya agak naik. Kami berciuman dengan penuh gairah. Kaki kami saling menjepit dengan posisi silang, kakiku menjepit kaki kirinya dan kakinya juga menjepit kaki kiriku. Dalam posisi seperti ini dengan gerakan yang minimal dapat memberikan kenikmatan optimal, sehingga sangat menghemat tenaga.

    Kami makin terbuai dengan gerakan masing-masing. Kini kedua kakinya menjepit kakiku. Ia memutar-mutar pinggul dan membuat gerakan naik turun. Aku meremas, memilin serta mengisap payudaranya. Kami bisa saling memberikan kenikmatan.

    “Ouh.. Achch.. Mmmhh.. Ngngngnhhk” Rina mendesah tertahan.


    Kugenjot pinggulku naik turun dengan irama tertentu. Kadang cepat kadang sangat lambat. Setiap gerakanku kubuat pinggulku naik agak tinggi sehingga penisku terlepas dari vaginanya, lalu kutekan lagi. Setiap penisku dalam posisi masuk, menggesek bibir vaginanya ia terpekik kecil. Kakinya bergerak dan kedua kakinya kujepit dengan kedua kakiku. Dalam posisi begini aku hanya menarik penisku setengah batang saja saja karena kalau sampai tercabut keluar susah untuk memasukkannya lagi. Namun keuntungannya jepitan vaginanya jadi sangat terasa.

    Kami mengubah posisi lagi, kembali dalam posisi konvensional. Kedua kakinya kuangkat ke atas bahuku, lututnya menempel pada perutnya. Dengan bertumpu pada tangan kubiarkan tubuhku melayang tanpa menempel pada tubuhnya. Sepintas seperti gerakan orang sedang melakukan push-up.

    “Rina.. Ouhh nikmat sekali, hebat sekali permainanmu.. ”

    Kuperkirakan sudah setengah jam kami bercinta, tenaga sudah mulai berkurang sehingga kuputuskan untuk segera mencapai puncak. Kupercepat gerakanku dan gerakannya juga semakin liar.

    “Ke atas sedikit yang.. Oooh,” pintanya. Kuturuti permintaannya. Aku menggeser tubuhku, sehingga penisku menggesek bagian atas vaginanya. Gesekan kulit penisku dengan klitorisnya terasa sangat nikmat.

    Bunyi deritan ranjang, erangan, bunyi selangkangan dan paha beradu seakan-akan berlomba. Tubuh kami sudah basah oleh keringat yang membanjir. Dinginnya udara kamar tak terasa lagi. Kurasakan ada aliran yang menjalar dalam penisku. Inilah saatnya akan kuakhiri permainan ini. Rina terengah-engah menikmati kenikmatan yang dirasakannya.

    “Rina.. Rin sebentar lagi aku mau keluar.. ”

    Gerakanku semakin cepat hingga seakan-akan tubuhku melayang. Lututku mulai sakit.

    “Ayolah Anto aku juga mmau kkel.. Uar. Kita sama-sama sampai”.

    Ketika kurasakan aliran pada penisku tak tertahankan lagi maka kurapatkan tubuhku ke tubuhnya dan kulepaskan kakinya dari atas bahuku. Kakinya mengangkang lebar. Kuhunjamkan pinggulku dalam-dalam sambil memekik tertahan.

    “Rina.. Ouh .. Sekarang.. Sekarang”.
    “Ouh Anto aku.. Juga.. Keluar”.


    Kakinya membelit kakiku, kepalanya mendongak dan pantatnya diangkat. Kurasakan denyutan dalam vaginanya sangat kuat. Kutembakkan laharku sampai beberapa kali. Giginya dibenamkan dalam di dadaku sampai terasa pedih. Napas kami masih tersengal-sengal, kucabut penisku dan menggelosor di sampingnya. Tangannya memeluk lenganku dan jarinya meremas jariku.

    “Anto aku masih mau lagi, kita habiskan malam ini bersama-sama. Ayolah, kumohon.. Pleasse!” ia memintaku.

    “Sorry Rin, jangan malam ini. Bukannya aku tidak mau, tapi besok pagi-pagi aku akan keluar kota selama beberapa hari. Nanti aku akan memuaskanmu setibanya dari luar kota,” aku mengelak.

    Rasanya badanku sangat lelah sehingga jika kuturuti permintaannya aku merasa tidak mampu lagi menandinginya. Rina kelihatan agak kecewa namun dia bisa menerima alasanku. Kami masuk kamar mandi, berpelukan dan berendam air hangat bersama-sama di bath tub sampai rasanya mau tertidur. Kemudian kami saling membersihkan tubuh masing-masing. Setelah berpakaian kukecup bibirnya, dia membalasnya dengan bernafsu, tapi kudorong tubuhnya dengan halus.

    “Sudahlah Rin, nanti saja kita habiskan waktu kita bersama-sama sepanjang hari,” rayuku.

    *****


    Kami keluar dari hotel dan berpisah di jalan dengan janji untuk bercumbu lagi setelah kembali dari luar kota.

  • Kisah Memek Kewalahan Menikmati Memek Hangat

    Kisah Memek Kewalahan Menikmati Memek Hangat


    2946 views

    Duniabola99.com – Jika memang rezeki, susah di rekayasa. Itulah kejadiannya. Aku mendapat tempat duduk berdampingan dengan seorang wanita yang kutaksir umurnya sekitar 25 tahun. Aku duduk di dekat jendela, sedang dia duduk di bagian gang. Bus yang kami tumpangi, Pahala Kencana akan membawa penumpangnya sampai ke kota tujuan akhir adalah Bojonegoro. Dari Terminal Lebak Bulus, Jakarta, bus berangkat pukul 16.30 tepat. Berkali-kali aku lirik, lumayan juga, kulitnya putih dan dadanya cukup membusung. Sambil melirik aku amati dadanya, sepertinya daging atau lemak di buah dadanya meluap dari BH. Bentuk itu tercetak jelas dibalik kaus pink. Tampaknya dia bepergian dengan seorang gadis kecil yang duduk di seberangnya., “Anaknyakah ?” batinku. Menilik dari usia cewek di sebelahku rasanya dia masih terlalu muda untuk mempunyai anak seusia yang kutaksir 12 tahunan. Agen Nova88 Terbesar


    Aku sedang berpikir keras bagaimana ya membuka omongan dengan cewek di sebelahku ini. Kayaknya kalau nggak ngomongan kok aneh ya, karena perjalanan ini bakal lebih dari 12 jam. Belum sempat aku menemukan kata pembuka, eh dia malah menegur duluan. “ Mau kemana mas.” tanyanya.
    “Eh mau ke Bojonegoro, mbak mau kemana, “ tanyaku kembali.
    “Saya ke Rembang, nih mulangin anak bandel ini ke orang tuanya,” katanya .
    “Rumah orang tuanya di Rembang ya,” tanyaku lebih lanjut. Judi Online Nova88
    “ Bukan sih masih jauh di desa, ke Randublatung,” katanya.
    Aku tidak tahu dimana Randublatung tapi seingatku ketika melihat peta, desa itu letaknya jauh dari Rembang.

    Akhirnya kami akrab ngobrol dan dia mengaku bernama Rianti dan di Jakarta bekerja sebagai SPG. Dari gayanya sepertinya Rianti agak gampang di goyang. Suasana makin redup dan akhirnya bus berhenti di wilayah Sukamandi Jabar, kami mendapat makan malam gratis. Ketika aku tinjau, menunya hanya sepotomg bandeng, sambel dan lalapan. Mereka berdua aku tawari traktir makan yang lebih enak di bagian lain restoran. Mulanya Rianti agak canggung, tetapi Ninik, gadis kecil itu langsung setuju. Maka kami makan dengan hidangan yang lebih baik.
    Setelah makan kami kembali duduk di bus, dan obrolan kami makin akrab. Seperti biasanya, bus ini sesampai di Rembang masih gelap mungkin sekitar pukul 3 pagi.

    Menurut Rianti mereka mau menunggu di warung tempat pemberhentian bus sampai hari agak terang. Setelah itu baru melanjutkan perjalanan ke Desa.

    Trenyuh juga mendengar cerita mereka, sehingga aku menawarkan untuk menginap saja di hotel, sampai hari mulai terang, setelah itu baru jalan ke kampung. “ Saya gak punya duit mas, lha wong ini aja uangnya ngepas banget,” kata Rianti. Nova88 Deposit Pulsa

    Aku lalu menawarkan biar aku saja yang bayar, dan aku juga akan ikut turun di Rembang.

    Sejak naik dari rumah makan tadi, Rianti makin akrab saja, dia memeluk tanganku. Katanya dia merasa dingin. Aku merasakan tekanan dari susunya ke bagian lenganku. Perlakuan ini membuat voltase di tubuhku meningkat. Aku lantas berpikir, buat apa turun di Rembang kalau memang tujuannya untuk menginap. Aku menawarkan untuk menginap saja di Semarang. Tanpa pertanyaan sedikit pun Rianti langsung menyetujui. Dia makin erat memelukku, seperti kami sudah lama berkenalan.

    Sementara rangsangan makin tinggi, aku belum menemukan jalan, bagaimana cara mengeksekusi Rianti, kalau ada keponakannya. Tidak ada titik terang, sementara bus sudah mulai memasuki Kendal, yang berarti tidak lama lagi akan sampai Semarang.

    Sesampainya di Semarang kami turun dari bus dan langsung berpindah ke taksi. Aku memilih hotel Ciputra di Simpang lima Semarang.

    Rianti dan Ninik seperti terheran-heran melihat hotel pilihanku. “ Oom bagus banget hotelnya, kan mahal nginep di sini,” kata Ninik.

    Aku mendapat kamar double bed. “ Mas sayang-sayang kalau cuma nginep sebentar di sini, kamarnya enak banget,” kata Rianti sambil melihat sekeliling.

    Ninik mencoba tempat tidur yang memang empuk dia duduk sambil menggenjot-genjot kasur.

    Setelah mengemas barang, yang hanya sebuah ransel, aku pamit mau menyegarkan badan. Sambil menggosok gigi aku mengisi bak dengan air hangat. Rasanya nikmat sekali berendam berlama-lama dalam bak mandi. Kontolku dari tadi sudah menegang, jadi semakin keras ketika terendam air hangat.


    Aku dikejutkan oleh pintu kamar mandi yang tiba-tiba terbuka. Rianti sambil cengar-cengir mengatakan tidak tahan, kebelet pipis. Setelah memelorotkan celana dalamnya dia langsung duduk di closet. Terdengar desiran air kencingnya cukup lama juga.

    Aku tidak bisa berlindung, karena sedang telentang dan full telanjang. Rianti mencoba merasakan hangatnya air. “ Enak ya mas,” tanyanya.

    “Seger banget, “ kataku.

    “Aku ikutan ah berendam, badan ku yo terasa lengket, karena tadi mau berangkat gak sempet mandi.

    Setelah membersihkan kemaluannya dengan semprotan air. Tanpa ragu Rianti mulai membuka bajunya satu persatu. Aku memperhatikan, bodynya cukup menggiurkan, Susunya tegak menantang dengan pentil yang masih kecil. Itu menandakan dia belum pernah hamil. Yang luar biasa bulu di bawah sana hitam lebat. Warnanya kontras sekali dengan kulitnya yang putih. Rianti tanpa ragu langsung melangkah masuk ke dalam bath tub. Rianti mengambil posisi membelakangiku. Tanpa komando tanganku langsung mencengkram kedua bongkahan susunya. Penisku makin mengeras dan menerjang bagian belakang Rianti. Agen Nova88 Terpercaya

    Merasa penisku menrjang badannya Rianti berbalik posisi dan langsung meraih penisku. Digenggam-genggamnya. Nikmat yang luar biasa membuat aku makin menyelonjorkan tubuhku sehingga posisiku jadi telentang terendam air hangat.

    Rianti menyelam dan mulutnya langsung melahap penisku. Aku tidak menduga dia secepat ini melakukan itu, Sehingga aku agak berjingkat ketika bibirnya menyentuh kepala penisku.

    Dia tidak bisa berlama-lama karena sesak nafas di dalam air. Tanpa kuminta, Rianti menduduki penisku dan penisku dipegangnya lalu dibimbingnya memasuki lubang vaginanya.

    Memasukkan penis ke vagina di dalam air, terasa agak sulit, karena lubang memek Rianti terasa kesat. Namun rianti tidak putus asa, dia mencoba terus sampai akhirnya terbenam juga seluruh batangku di dalam memeknya.

    Nikmat sekali rasanya, memek Rianti terasa sempit sekali. Mungkin karena pengaruh berendam di dalam air, atau memang aslinya sempit begini. Aku tidak ambil pusing, karena pikiranku terfokus menikmati genjotan Rianti.

    Pintu kamar mandi terbuka tiba-tiba. Muncul si kecil Ninik. Dia terkejut dan melakukan gerakan menutup mulutnya dengan tangan. Posisi kami tidak bisa disembunyikan lagi, karena Rianti yang bugil sedang berada diatas tubuhku yang juga bugil.


    “Ninik kebelet pipis nih, dari tadi ditunggui lama banget.” Kata Ninik.

    Dia seperti juga Rianti tadi langsung memelorotkan celana dan duduk di closet. Desiran air kencingnya terdengar nyaring.

    Sementara dia duduk di closet, Rianti seperti tidak perduli dia terus menggenjotku sampai aitnya tertumpah dari bak.

    Ninik duduk termangu menonton kami berhubungan, meski kencingnya sudah selesai dari tadi.

    Situasi sudah tanggung, Nini kugamit untuk bergabung berendam di bak. Dia kuminta membuka bajunya.

    Tidak terlalu repot, Ninik mengikuti anjuranku. Dia melolosi satu persatu bajunya. Setelah baju luarnya yang terdiri dari celana jins dan kaus putih di lepas, tinggallah celana dalam pink bergambar tokoh kartun dan miniset.Dia melepas minisetnya terlebih dahulu. Teteknya langsung menyembul gempal dengan pentil yang masih kecil sekali. Ukuran tetek Nini seharusnya sudah memerlukan BH, karena minisetnya sudah kelihatan sempit. Setelah menggantungkan minisetnya dia meloloskan celana dalamnya. Aku tidak bisa langsung melihat kemaluannya. Yang tampak hanya bongkahan pantat kecilnya. Sepintas terlihat memeknya yang masih gundul, ketika dia masuk ke dalam bak mandi. Ninik mengambil tempat di bagian kakiku. Bak mandi jadi sesak diisi tiga orang, dua diantaranya sedang beraktifitas.

    Gerakan jadi tidak leluasa lagi sehingga aku menyarankan Rianti keluar dari bak mandi dan meneruskan di luar. Rianti kuatur memunggungiku dengan posisi merunduk bertopang wastafel, Aku menggenjotnya dari belakang. Batangku dengan mudah masuk ke dalam lubang memeknya yang terasa sangat licin. Rianti seperti tidak peduli dengan kehadiran Ninik. Dia mendesah-desah dan merintih sampai akhirnya menjerit dan kakinya dirapatkan. Terasa lubang memeknya berkedut-kedut. Rianti mendapatkan orgasmenya yang pertama. Sementara aku sebetulnya sudah hampir, tetapi terinterupsi karena Rianti menghentikan gerakannya. Di lepasnya batang kontolku dari lubang memeknya sehingga penisku mengacung kedepan tegap.

    Rianti berusaha memuaskanku dengan jongkok sambil mengulum dan menghisap penisku. Namun karena konsetrasiku sudah buyar, aku jadi sulit menikmati, oralnya.

    Bosan mengoralku yang tak juga mencapai ejakulasi, akhirnya Rianti berdiri dan dia lalu membersihkan dirinya dengan meraih shower.

    Aku kembali masuk ke bak mandi yang di situ masih ada Ninik. Aku berhadap-hadapan dengan Ninik. Kuperhatikan teteknya sangat mengkal dengan putting susu yang menajam diujungnya. Ninik kuraih sehingga dia kupeluk dengan posisi membelakangiku. Aku meremas perlahan-lahan tetek mengkalnya. Beda sekali rasa tetek Rianti dengan Ninik. Jika tetek Rianti terasa lembut oleh lemak, tetek Ninik terasa mengkal dan lebih keras.. Puas memainkan teteknya aku menggapai belahan memeknya. Jari tengahku langsung merasa clitorisnya mencuat dan ketika kuraba halus dia sudah mengeras. Aku terus memainkan clitorisnya sampai akhirnya Ninik kelojotan mencapai orgasme.


    Sementara itu Rianti sudah mengeringkan badan dengan berkemben handuk dia meninggalkan kami berdua. Aku mentas dari bak mandi. Ninik juga kuminta keluar. Aku duduk di colset dengan posisi menyandar, sehingga penisku bebas tegak. Ninik kubimbing berada di atasku . Dia menuruti saja kemauanku. Sambil berdiri mengangkangi badanku Niniki mendekatkan lubang memeknya ke kepala penisku yang telah memerah karena sangat tegang. Aku mengoles-ngoles kepala penisku di sekitar lubang memeknya sampai terasa ada cairan lendir keluar dari dalam. Setelah kurasa pelumasan mencukupi, aku berusaha memasukkan kepala penisku ke memek gundul itu. Agak sempit rasanya, tetapi penisku bisa terus menerobos kedalam. Kesanku Ninik sudah jebol perawannya. Meski jepitannya lebih kuat dibanding memek Rianti, tetapi penisku lancar maju-mundur di lubang memeknya. Aku terus mendekapnya sampai akhirnya aku menjelang orgasme kutarik badannya dan begitu lepas, meledaklah ejakulasiku. Lemas sekali badanku. Kami berdua lalu mandi membersihkan diri dengan shower. Selama mandi itu kutanya Ninik soal keperawanannya. Dia mengaku memang sudah pernah berhubungan, dengan pacarnya yang sudah SMA. Karena itulah dia sempat ketahuan selagi asyik main dikamarnya. Akibatnya Ninik dipulangkan ke kampungnya. Sekarang inilah proses pemulangan Ninik ke orang tuanya di kampung. Di Jakarta Ninik tinggal di rumah budenya, yaitu ibunya Rianti. “ Mbak Anti, bebas menerima cowoknya menginap di kamarnya, kenapa aku gak boleh ajak pacarku ke kamarku,” kata Nini dengan muka agak merajuk.

    Aku tidak mau berkomentar, karena rasanya tidak ada gunanya berkomentar pada saat seperti ini. Aku berbalut handuk dan juga Ninik berkemben handuk kami masuk menyelinap ke bawah selimut. Rianti sudah mengorok tidur di sisi kiri, aku memilih posisi ditengah dan Ninik di sisi kananku. Tidak nyaman rasanya tidur berbalut handuk lembab, maka kubuka handukku dan kulempar ke kursi, Handuk Ninik juga kulepas, sehingga kami berdua telanjang di bawah selimut. Sementara itu Rianti yang juga berbalut handuk perlahan-lahan kulepas dan ku lempat juag ke kursi. Kami bertiga tidur bugil di bawah selimut.

    Rasa lelah dan kecapaian ngentot membuat aku cepat tertidur.

    Aku terbangun karena rasa geli di kemaluanku. Kuintip ke bawah, ternyata Ninik sedang menghisap penisku. Mungkin dia berusaha membangunkan penisku. Aku berpura-pura tidur. Kulirik di celah korden sudah masuk cahaya terang matahari. Kulirik jam di meja sudah menunjukkan hamper jam 7 pagi. Kubiarkan Ninik beroperasi sendiri, sementara Rianti masih ngorok disebelahku. Ninik berusaha memasukkan penisku ke lubang memeknya dengan posisi menduduki badanku. Dia berhasil menelan semua batang penisku lalu dia melakukan gerakan naik turun, kadang-kadang maju mundur. Mungkin dia bosan pada posisi itu, dia bangkit berdiri dan membalikkan badannya sehingga memunggungiku. Ninik kembali jongkok dan kembali menggenjot. Dia mencoba merebahkan badannya ke depan sampai hamir mencium kakiku. Penisku terasa dipaksa menghadap kebawah. Ninik kesulitan melakukan gerakan pada posisi itu, karena lubang memeknya seperti kedongkrak oleh batang penisku yang sedang keras sempurna. Ninik berdiri lagi dan dia berbalik arah kembali ke posisi berhadapan denganku . Penisku kembali dimasukkan ke dalam memeknya. Dia menggenjot sebentar lalu merabhkan badannya. Sambil memelukku dia terus mengggerakkan-gerakan pinggulnya. Posisi ini agak sulit, karena berkali-kali penisku lepas dari lubang memeknya. Ninik kembali ke posisi mendudukiku, dia rupanya menemukan posisi nikmatnya sehingga gerakannya makin liar, dan tak lama kemudian berhenti menggenjot dan terasa memeknya berdenyut-denyut.


    Aku jadi dalam posisi nanggung sehingga kusibak selimut dan langsung kuarahkan penisku memasuki memek Rianti. Memeknya terasa berlendir. Berarti dia sudah bangun dari tadi dan sempat melihat permainan kami sehingga di terangsang. Bagitu penisku ambles, dia langsung mengerang. Kugenjot dengan gerakan kasar, Rianti merintih-rintih. Sayangnya memeknya terlalu banjir sehingga kurang mencengkeram. Aku terus berusaha kosentrasi untuk mencapai puncak. Namun setelah sekian lama masih juga belum berhasil, sampai badanku lelah. Kubalikkan posisi dengan tetap mempertahankan kontolku di dalam memek Rianti. Dia mengerti dan kini Rianti memegang kendali. Dia bergerak maju mundur naik turun di atas tubuhku. Menjelang aku orgasme

    Rianti sudah memekik sambil menjepit kontolku. Mendengar teriakan itu aku jadi tak mampu lagi menahan ejakulasiku dan kulepas saja di dalam memeknya. Pada suasana seperti itu, aku tidak memikirkan risiko hamil dan sebagainya, yang penting rasanya nikmat.

    Rianti langsung jatuh berbaring di sampingku.

    Aku tertidur telentang dan agak terengah-engah. Tiba tiba terasa batang penisku dibersihkan dengan seka an handuk hangat. Kulirik kebawah, ternyata Ninik yang melakukan. Aku tidak sempat memperhatikan apa yang dilakukan Ninik tadi ketika aku bertempur dengan Rianti. Setelah dibersihkan , Ninik kembali mengoral penisku. Tanpa rasa malu dia terus berusaha membangunkan penisku. Lama juga penisku tidak bangun-bangun, Aku merasa kasihan karena usaha Nini tidak membawa hasil. Dia kemudian kuminta berbaring dan kakinya dikangkangkan. Aku melakukan oral buat memek kecil ini. Ninik tersenyum dan terus menggelinjang merasakan sapuan lidahku di ujung clitorisnya yang menonjol. Tidak perlu waktu terlalu lama akhirnya memek Ninik cenat-cenut. Setelah dia mencapai orgasme aku memasukkan jari tengah ke dalam memeknya, aku mencari G-spotnya. Teraba ada jaringan halus. Aku memastikan bagian itu G-spotnya karena ketika kusentuh pelan Ninik bereaksi. Aku serang terus sampai beberapa saat kemudian Ninik memekik. Dia mencapai orgasme tertingginya. Dari lubang pipisnya meleleh cairan kental. Jumlahnya tidak banyak, mungkin cuma 3 tetes, tetapi jelas sekali meleleh keluar. Melihat reaksi itu, penisku mulai bangun. Belum terlalu sempurna tetapi cukup keras untuk disodokkan ke memek Ninik. Aku langsung menindih Ninik dan terasa memeknya mencekat dan masih ada sisa cenat-cenutnya. Aku genjot langsung dengan gerakan cepat. Nikmat sekali rasanya. Ninik merintih-rintih, dan dia kembali mendapatkan orgasme berkualitasnya. Aku menengarai itu karena Ninik kembali menjerit seperti tadi. Aku tidak memberi kesempatan dia melampiaskan orgasmenya, aku terus menggenjotnya. “ Oom ampun oom udah om, memekku ngilu. Aku tidak memperdulikannya dan terus menggenjot. Sambil mengiba-iba Ninik juga mendesis-desis seperti menikmati persetubuhan ini. Itulah maka aku tega menggenjot terus dan memang benar Ninik kembali menjerit. Pada saat mencapai orgasme, lubang memek terasa lebih nikmat karena makin ketat mencengkeram dan ada ritme di dalamnya. Kuhentikan sebentar sampai orgasmenya tuntas lalu kugenjot lagi. Memeknya terasa makin sempit sehingga aku merasa nikmat dan mengantarku mencapai puncaknya. Aku sudah seperti lupa daratan sehingga ketika mencapai orgasme kubenamkan dalam-dalam penisku ke memeknya. Ninikpun menjerit, rupanya dia juga sampai kepada puncak tertingginya.

    “Seru banget mainnya, dan berisik,” kata Rianti yang duduk bersila dengan tubuh telanjang menonton pertempuranku.
    “Gila lu Nik kecil-kecil, ngeseknya kuat juga,” kata Rianti mengomentari adik sepupunya.

    Aku istirahat sebentar. Ninik sempat tertidur dan mendengkur halus. Kulihat jam sudah menunjukkan jam 8 pagi lewat 10 menit. Aku menggamit Rianti dan membangunkan Ninik. Kami mandi bertiga di kamar mandi sambil saling menyabuni.


    Pagi itu badanku terasa ringan sekali. Kami bertiga turun ke coffee Shop untuk sarapan pagi. Ninik terkagum-kagum oleh banyaknya ragam sarapan pagi yang tersedia. Mungkin dia belum pernah mengalami hal semacam ini. Sambil menyantap makanan, Ninik mengusulkan agar bisa menginap semalam lagi di hotel ini. Rianti setuju. Kami memang akhirnya menambah satu malam lagi di hotel. Sepanjang siang aku hanya jalan keluar bersama mereka makan di bawah. Mereka mondar-mandir keluar masuk kamar membawa belanjaan. Rianti dan Ninik memeng kubekali uang yang lumayan banyak untuk sekedar belanja membeli pakaian dan sepatu di mall di bawah hotel.

    Hari berikutnya aku menyempatkan ke Bojonegoro membereskan urusanku . Rianti dan Ninik membatalkan pulang kampung. Mereka ikut aku. Dari Bojonegoro aku langsung memboyong mereka ke Surabaya. Di kota Pahlawan itu aku juga memilih hotel yang menyambung dengan Tunjungan Plaza. Mereka senang sekali bebas berkeliaran di mall, sementara aku milih tidur saja dikamar menjaga stamina.

    Melawan Rianti, bagiku tidak berat, tetapi melayani nafsu Ninik kecil aku agak kewalahan juga. Kecil-kecil kemauannya besar sekali.

    Ninik tidak jadi dipulangkan ke kampung, dia ke Jakarta lagi dan kost bersama Rianti. Rianti memilih tempat kost di dekat tempat kerjanya sehingga dia hanya perlu jalan kaki saja. Aku yang membantu membayar sewa kostnya. Dikala sedang suntuk oleh pekerjaan aku melampiaskan kepada dua memekku itu.

  • Kisah Memek Kisah Memek Ibu Mertua yang Kukenal Alim Kepergok Sedang Masturbasi

    Kisah Memek Kisah Memek Ibu Mertua yang Kukenal Alim Kepergok Sedang Masturbasi


    3884 views

    Duniabola99.com – Gw Bram (nama samaran) pria yg sudah beristri, umur gw 35 th sedang istri 28 th… gw berumah tangga dan mempunyai rumah sendiri, letak rumah ibu mertua gw gak jauh dari rumah gw, sekitar 3 km an kurang lebih … tiap hari sabtu gw dan istri selalu bersilahturahmi dengan ibu mertua gw, secara ibu mertua tinggal sendiri dan sudah menjanda 2 th an.

    Perlu agan tau setiap hari sabtu gw dan istri selalu menginap di rumah ibu, tidak ada hal yg istimewa setiap minggu nya pada saat itu, begitu juga dengan minggu minggu sebelumnya. semua berlalu dan berjalan normal-normal saja.


    Gw bekerja di salah satu leasing motor terkenal di kota gw, saat itu hari panas nya luar biasa, akhirnya gw memutuskan untuk mampir ke rumah ibu yg letaknya tak jauh dari klien gw, niat gw saat itu cuma ingin istirahat plus minum air dingin gan ..

    tibalah gw dirumah ibu mertua, saat itu keadaan rumah dengan pintu yang tertutup, benar saja ternyata pintu tersebut tidak dikunci sama ibu mertua gw, langsung kedapur buka kulkas dan minum gan, karena kondisi rumah sepi suara siulan senyap pun gw rasa saat itu pasti terdengar gan,

    saat itu gw denger suara cik cik cik cik .. gw denger lama banget cik cik cik begitu dan begitu, sumber suara tersebut tidak jauh dari dapur dan ternyata di kamar belakang gan, gw memutuskan untuk melihat sumber suara tst, seperti berada dirumah sendiri gw langsung buka pintu tsb yg tidak terkuci ….

    kaget gw bukan main melihat ibu mertua dengan keadaan telanjang sedang ber masturbasi menggunakan tangan nya sendiri, gw kaget luar biasa saat itu gan, begitu juga ibu mertua gw spontan teriak karena kaget jg, gw langsung lari keluar kamar dan duduk di depan rumah gan … dag dig dug perasaan gw saat itu,

    gw gak percaya melihat ibu mertua sedang melakukan masturbasi padahal selama ini gw ngecap dia sebagai wanita yg alim gan, ibadahnya rajin …. serba salah akhirnya gw, tp gw memutuskan untuk kembali ke dalam rumah, tak lama ibu mertua gw pun melintas di depan gw seolah tak ada orang disitu ibu mertua cuekin gw gitu aja,

    mungkin dia malu karena kepergok lg masturbasi sm gw, pikiran gw saat itu mesum banget, entah setan apa yg ngeracuni pikiran gw, yg ada dipikiran gw saat itu cuma pengen ngewe ibu mertua, lama gw tunggu ibu mertua gak kunjung keluar dari kamar gan, hampir sejam gw tunggu tp tetep gak keluar kamar juga, akhirnya gw memberanikan diri mengetuk pintu kamar ibu mertua …

    tok tok tok (gw mengetuk pintu)
    gw : bu.. bu..

    Beberapa kali gw ketuk pintu gak ada sautan juga … akhirnya gw buka pintunya, ternyata ibu mertua sedang nangis tersedu-sedu …

    gw : bu, ibu tidak apa2 kan ? ibu sakit ? (alesan gw membuka pembicaraan gan)
    ibu : bram … (saut ibu) km jangan bilang siapa2 ya perihal ibu masturbasi tadi, ibu malu sekali bram (sesekali sambil menangis)

    ibu : ibu khilaf bram … maafin ibu …
    gw : (saat itu pikiran & niat gw emang mesum gan, gw pikir ini fantasi gw yang jadi kenyataan gan, sesekali liat badan ibu mertua yg tinggi besar, chubby dan montok,

    Gambaran ibu mertua gw, umur 45 th an kulit putih, badan bersih, rambut tebal dan cantik persis kyk istri gw)

    gw : tidak apa2 bu, ibu jangan khawatir, sy tidak akan memceritakan perihal tadi kpd siapapun jg …
    ibu : (tak bisa mengucapkan kata2, gw pikir karena malu, nangis tersedu-sedu)
    gw : (terus melihat badan ibu mertua dari atas ke bawah begitu seterusnya, gw pun memberanikan diri memeluk ibu mertua gw gan, serontak ibu mertua kaget dan melihat


    Gw dengan rasa ketakutan, tp bagusnya ibu mertua gak melepaskan pelukan gw gan, pikiran gw makin mesum saat itu)

    gw : bu, sudah lah jangan ditangisi itu, bram tidak akan bercerita kok bu ….

    sampai akhirnya perbicaraan gw dengan ibu mertua berlangsung lama dan melelehkan suasana menjadi santai … padahal gw udah sange bgt saat itu, tp takut ditambah dag dig dug tak karuan, antara berani dan takut salah jalan .. akhirnya gw memutuskan kembali kedapur untuk mengambil air minum alesan gw kpd ibu mertua, saat itu gw merancang strategi yg bagus pada saat itu,

    akhirnya gw memutuskan sms kepada ibu mertua gw karena gw takut banget klo ngomong langsung gan .. kurang lebih isi sms nya kyk gini : “bu, klo boleh bram kepengen liat ibu kyk tadi dikamar belakang”, terkirimlah pesan pendek tsb, tak lama balesan nyapun datang gan (yesss perasaan gw saat itu),

    “maksud km apa bram, ibu tak mengerti” bales pesan dari ibu mertua, gw bales lagi “jujur bu, pas yadi lihat ibu dikamar dengan keadaan tanpa busana, bram jadi kepengen bu, hehe”, balesan ibu mertua “km kepengen apa bram, ibu makin tidak mengerti”, gw pikir pura2 bego doang itu ibu mertua, gw bales sms tsb to the poin gw gan ..

    “bram kepengen jilat memek ibu”, dag dig dug tunggu balesan dari ibu tak kunjung datang … saat itu gw masih di dapur gan, takut luar biasa karena isi sms mesum gw tadi, 15 menit gw tunggu tp balesan tak kunjung datang, gw pun memberanikan diri kembali menghampiri ibu mertua yg berada di kamar tsb. gw hanya memandang ibu dan ibu pun memandang gw dengan ekspresi wajah yg malu2 dan genit, gw pun duduk disamping ibu …

    gw : bu, kok sms dari bram gak dibales, kenapa bu ??
    ibu : (tersenyum) kamu kok berani sama ibu mertua mu bilang spt itu (tp dengan suara yg manja dan genit)
    gw : boleh gak bu ? bram pengen bgt bu (pembicaraan mesum gw mulai ditanggapi ibu saat itu)


    ibu : jijik bram, masa itu ibu dijilat sih ? km mau memangnya ?
    gw : mau banget bu .. boleh ya buuuu … (saut gw sambil merayu)
    ibu : terserah klo memang km mau bram (perasaan gw yesssss akhirnya gw bakal ngewe sm ibu mertua gw)

    pelan pelan gw merebahkan badan ibu mertua yg sedang duduk, gw buka daster ibu mertua, lalu gw buka selangkangan ibu gan … nafsu gw memuncak disaat lihat memek ibu mertua dengan jelas dan dekat, bulu bulu yg lebat dan terlihat basah, tak ambil lama gw pun langsung ambil posisi oral seks kepada ibu mertua, pelan pelan gw jilatin memek ibu mertua, becek bgt memeknya, bau memek nya tercium saat itu, sampe 5 menit gw jilatin memek ibu mertua …

    ibu : bram cepet masukan aja, ibu sudah tak kuat … (sahut ibu)

    gw langsung buka daster ibu mertua sampe bugil, begitu jg baju dan celana gw, sleb …. kontol gw masuk kedalam memek ibu mertua gw, enaknya luar biasa, badan ibu mertua yg chubby memang enak buat dipakenya gan … persetubuhan ku berlangsung 15 menit sampai akhirnya sperma ku dikeluarkan di dalam memek ibu mertua …


    ibu : aduh bram kenapa dikeluarin di dalem ibu sudah tak pakai KB lagi bram …
    gw : besok ibu pakai KB aja ya, biar bram bisa beginian lagi sm ibu (canda gw)
    ibu : bram … jaga rahasia kt ya, klo kt sudah melakukan perbuatan spt ini …
    gw : iya bu … (sesekali mengecup kening ibu mertua)

    gw pun pulang dengan rasa amat seneng gan saat itu, gw berasa punya istri 2, yg satu anaknya yg satu ibunya, gila banget pengalaman gw hari itu, hampir setiap hari gw mampir dan ngewe sama ibu mertua, ternyata ibu mertua gw memang hyper sex, sampe2 bool nya pun pengen di ewe sm gw, permainan seks nya melebihi dari anak nya, betah yg gw rasain sampe2 tiap hari gw mampir kerumah ibu mertua … yg bikin gw nafsu ibu mertua mempunyai bentuk memek yang tebal dan chubby gan, bulunya banyak dan becek, bau memek nya apalagi bikin gw rela ceraiin istri gw.

    setiap hari gw jilatin memek ibu mertua gan, ngewe dan ngewe setiap hari …. sampai saat ini pun masih berlanjut dan ibu mertua berhenti masturbasi.

  • Kisah Memek Kisah Pembantu Dientot Bule

    Kisah Memek Kisah Pembantu Dientot Bule


    2704 views

    Duniabola99.com – Cerita ini mengisahkan tentang seorang cewek yang berkerja disebuah rumah yang dimiliki oleh pria bule. Cewek ini bekerja sebagai pembantu rumah tangga di pulau bali.


    Kisahku ini berawal dari semasa aku kerja di pulau bali sebagai pembantu rumah tangga, ya sebenarnya kisahku ini sangat menyedihkan sekaligus menyenangkan. singkat cerita aku bekerja di tempat bule asal australia. pada suatu malam setelah aku beres bersih-bersih rumah seperti biasa, keadaan rumahnya sih sangat sepi karena majikan perempuan saya dan anak-anaknya sedang berada di australia hendak mengurusi pendidikan anak mereka yang mau masuk ke bangku junior high school.

    Oh ya, nama saya sri sulastri sebut saja namaku sri aku berasal dari banyumas jawa tengah, ya gara-gara faktor ekonomi aku harus jadi pembantu rumah tangga. kembali ke majikan saya yang tadi, majikan saya yang laki-laki biasanya belum pulang jam segini, tapi kali ini dia tumben jam setengah enam sudah ada di rumah. saya sangat risih sekali tinggal berdua saja dengan majikan saya, gerak geriknya sangat aneh mondar-mandir di depan kamar saya,
    “sri, please come here” terdengar suara majikan saya memanggil, oh ya saya hampir lupa bahwa nama majikan saya ada lah john.
    “ya mister” jawab saya langsung menghampirinya.
    “tolong dong kerokin saya, kayaknya saya lagi masuk angin nih” kata mr john dari dalam kamarnya.

    Sebenarnya sih dia lancar berbahasa indonesia tapi dengan logat bulenya. dengan secara perlahan saya membuka pintu kamarnya, tapi mr john tidak ada di kamarnya. kemena ya mr john gumamku dalam hati. kemudian aku melangkahkan kakiku mencari keberadaan mr john, tiba-tiba terdengar suara pintu ada yang menutup dengan cepatnya.

    Aku berbalik kaget tanpa ku sangka mr john sudah berada di balik pintu dan tanpa mengenakan sehelai kain pun menutupi tubuhnya sementara itu kulihat juga tombak ajaibnya mengacung besar kekar dan panjang pokoknya bukan ukuran orang indonesia deh. aku berbalik menutup mataku, tapi tiba-tiba kurasakan mr john merangkulku dari belakang dan ku rasakan tombak ajaibnya menyerodok bagian belakang bokongku.


    Aku berusaha berontak sekuat tenaga tapi apalah daya perawakan mr john terlalu besar dan secepat kilat aku dibantingkan di atas kasur dan secepat kilat mr john melucuti helai demi helai baju yang aku kenakan seperti orang kesurupan. aku sungguh-sungguh takut dan bercampur malu pada saat itu, aku memejamkan mata sambil berlinang air mata. beberapa saat kemudian suasana menjadi hening tapi sesuatu yang aneh tengah terjadi di selangkanganku yaitu martabakku seperti ada yang menghisap hisap,sungguh aneh sekali rasanya geli-geli tapi bercampur nikmat, sungguh keadaan yang dilematis di satu sisi aku tidak ingin perkosaan ini terjadi tapi di sisi lain aku menikmati perkosaan in.

    Selang beberapa menit kemudian tombak ajaib mr john ditujukan kedalam lubang martabakku yang masih sempit karena masih perawan.
    “jangan mister, jangan” pintaku dengan histeris. tapi mr john tak menghiraukan permintaanku, malahan dengan buasnya dia menancapkan tombak ajaibnya kedalam lubang martabakku sehingga ku rasakan sakit yang teramat sangat dan darah mulai bercucuran melumuri tombak ajaib mr john, sepertinya martabakku sudah mulai sobek. aku menjerit sekuat-sekuatnya menahan rasa sakit itu, tapi mr john masih saja terus memompa tombak ajaibnya keluar masuk dengan garangnya.


    Pertama-tama memang hujaman dan ayunan penis mr john membuat vaginaku teramat sakit, tapi lama-kelamaan ku rasakan suatu hal yang belum pernah ku rasakan seumur hidupku, aku dibuatnya melayang ke angkasa, sepertinya memang benar ada yang bilang bahwa ini adalah sorga dunia. perlahan tapi pasti aku mengimbangi hujaman demi hujaman tombak ajaib mister john dan sepertinya rasa sakit yang ku rasakan kini berganti menjadi kenikmatan tiada tara.

    Kira-kira hampir setengah jam kamu berpacu dengan hujaman, pompaan. dan keringatpun sudah membanjiri tubuh kita masing-masing, bahkan diantara selangkangan kita terdengar suara yang berdecak cplak-cplok. huh sungguh saat-saat yang tak terlupakan. tiba-tiba beberapa saat kemudian tubuhku mulai mengejang keras bagaikan membatu dan kurasakan tubuh mr john mengalami hal yang serupa, “kayaknya aku mau keluar nih sri” kata mr john sambil merem melek. aku tidak tahu apa yang dimaksud mr john yang mau keluar. tiba-tiba tanpa terduga cairan putih muncrat dari ujung tombak mr john yang masih berasa di dalam lubang martabakku, cairan itu terasa hangat sekali membanjiri liang martabakku. kemudian aku juga merasakan hal yang sama, rasanya ada yang mau munycrat dari dalam liang martabakku yang sulit untuk dibendung lagi.


    Dan akhirnya kita berdua mengeluarkan lahar bersama-sama. kemudian dengan secepat kilat mr john terpelanting disampingku dengan tombak ajaibnya yang masih mengacung dan terlentang bebas. sungguh aku tak kuasa menahan kenikmatan yang disuguhkan oleh mr john. dengan secepat kilat aku langsung lari dari kamar mr john entah karena malu atau apa aku juga nggak ngerti. kemudian hari hari berikutnya kami berdua mulai sering-sering melakukan hal tersebut. kayaknya aku mulai kecanduan dan menjadi maniak.

  • Kisah Memek Kocokan Nikmat 2 Pramugari

    Kisah Memek Kocokan Nikmat 2 Pramugari


    2932 views

    Duniabola99.com – Namaku Fer, gue tinggal di pulau seribu pura biasa dibilang Bali, memang aku bukan asli orang Bali, cuma karena pekerjaan yang menempatkan gue disana. tinggi badanku 179cm dengan berat 78kg umurku saat ini hampir 27th, aku memiliki kisah menarik 3th yang lalu.

    Pada suatu siang tanggal 12 Sep 2004, HP ku berdering, gue liat nomernya koq bagus, tp gue gak kenal siapa ini, tp gue angkat juga kupikir ini nomer orang miliki orang gede, alangkah terkejutnya aku ketika kuangkat terdengar suara wanita yang serakserak basah menyapa ku halo ini Fer? gue diam sesaat memory otak ku berpikir, siapa gerangan pemilik suara ini, rasanya aku pernah denger dan gak asing, tp gue lupa siapa, lalu ku jawab, halo, iya betul ini Fer, ini siapa ya? sambil aku berpikir..

    hei.. lupa ya ama gue, ini gue Tina, langsung gue teringat, aku kenal baik cewek ini, dia gak temanku waktu kuliah. dulu waktu kuliah dia cukup jadi primadona di kls. umurnya di bawahku 1 tahun dan memiliki tinggin 164 cm, dengan berat 42kg, dengan ukuran BH 34B, yah gue kenal baik ini ce, tapi udah lama lost kontek, sewaktu aku pindah dari Jakarta.


    Hai Tina, lo sekarang dimana?kataku,
    aku ada di Manado nih jawabnya.
    ohh jauh banget ya.. ngapain disana? balasku,
    ini lagi boarding mau ke Makassar? jawabnya
    wah emang lo tinggal dimana sekarang, enak bener ya jalan2 mulu, emang kerja apaan sekarang?, gue menyelidik,

    eh Fer, entar malem gue mau ke Bali, bisakan ketemu, udah lama nih gak ketemu?jawabnya.

    Otakku berpikir, emang ini orang kerja apa, katanya mau ke Makassar, tapi bilang mau ke Bali, Tin katanya mau ke Makassar, tp malam mau ke Bali, emang gawe apa lo sekarang? tanyaku mengulang pertanyaan ku tadi.. hehehe , fer aku kerja jd pramugari? tina berkata sambil tertawa..

    gue :oh pantesan, emang u stay di Bali malam ini
    tina :iya, bisa ya jemput aku di hotel
    gue :pasti jawabku mantap, eh tp jam berapa?
    tina :kalo gak delay jam 9an
    gue :buset ok deh, ntar kl dah sampe bali telp gue aja

    ya.. keluar dulu dah ke langgananku ku.. lamayan buang waktu dari pada diam seharian dikantor. setelah ngobrol ngarol ngidul, gue lirik HP ku, wah udah jam 4 neh, gue pamit pulang, lumayan dapet orderan walau cuma iseng doang. sambil nyetir mobilku tibatiba HP ku berbunyi kupikir Tina telp, eh taunya pacarku yang telp, minta dijemput di kantornya, yah akhirnya kuputar mobilku menuju kantor cewe ku. kujemput ce ku dan kuantar pulang waktu itu baru jam 5an lebih dikit. setelah sampai eh ada aja halangan, ce minta ditemenin, karena ortunya belum balik dari kantor. dengan berbagai macam alasan, akhirnya gue cabut dari rumahnya

    sampe dikantor langsung gue absen keluar (suatu keharusan di perusahaanku) padahal jabatanku cukup tinggi di kantor cabang di Bali.

    setelah mandi kutunggu jamnya sambil tidur2an, rasanya lamaaaaa sekaliii.

    akhirnya jam 9.45 HP ku berbunyi ini dia.. tepat sekali Tina telp mengatakan sudah sampe.

    langsung kutancap gas mobil ku sedalamdalamnya, akhirnya tiba juga di hotel nya. lalu ku telp tina, dia bilang masih owt kehotel. weleh lama amat udah gak sabaran. 10 menitan aku tunggu akhirnya sebuah mobil tiba. kutunggu di lobi sembari dia mandi.

    tak lama akhirnya muncul gadis dari arah lift dengan kaos ketat agak pendek sehingga terlihat sedikit perutnya yang putih mulus berwarna biru laut dengan setelan celana pendek jeans yang seksi memperlihatkan kakinya yang putih mulus buat ngiler aja hehehehe

    maaf ya nunggu lama? tina berkata mengejutkan diriku yang terkagumkagum melihat kedatangan Tina abis waktu itu Tina tampak sedikit lebih berisi dari waktu kuliah makin cantik aja nih orang.
    hallo fer pakabar kaget ya liat gue, makin cantik kan gue? Tina sambil mengulurkan tangan menjabat tanganku.

    gue masih terpukau melihat kecantikan Tina hehehehe di Bali jarang nemuin ce cantik dengan fase chinese emang sih Tina keturunan Chinesse..

    Halo wah lo makin cantik aja sambil ku ulurkan tanganku.

    tak disangka waktu berjabatan tangan Tina langsung memelukku dan memberikan ciuman di pipi kanan dan kiriku otongku langsung konak deh
    setelah Pelukan sebentar Tina melepaskan pelukanku dan berkata fer mau kemana nih, ..eh tp kita makan dulu ya laper nih

    boleh lo mau makan apa.. berat apa yang ringan?
    gue mau makan udang nih jawabnya
    emmm dimana ya malem2 gini, oke deh kita jalan dulu aja. nanti lo tinggal pilih aja, oke gue berkata sambil merangkul Tina sambil mengajak melangkah menuju mobilku.
    ..eeh tunggu.. tunggu Tina menjawab agak terkejut.
    kenapa.. mau makan jam berapa neh, udah malem, ntar keburu tutup?
    eemmm fer.. bolehkan gue ajak temenku, belum kujawab muncul lah temennya, lemes langsung kaki ini, yah koq ngajak temen.. gue bicara dalam hati.
    ini kenalin temenku tina berkata sambil melepaskan rangkulan tanganku dan berbalik sambil menujukan temannya yang baru muncul dari arah lift.
    kami berjabat tangan, Gue Eva temen kerja nya Tina Eva berkata dengan senyum yg manis.

    .eemm gue Fer temen tina waktu kuliah jawabku mantap sabil mataku melirik toketnya, yang sedikit terbuka, malam itu Eva menggunakan kaos putih dengan kerah berbentuk v yang memperlihatkan belahan dadanya dan dibalut celana jeans ketat, wah terlihat pinggunya cukup besar dan agak nungging ke belakang, dengan fase nya mirip orang indo dan eva lebih tinggi dan lebih berisi dari si Tina..

    setelah makan, kita naik mobil pelan pelan sambil ngobrol, eh tina, mau kemana lagi nih? gue memotong pembicaraan antara Tina dan Eva, yang waktu itu menunjukan pukul 11 lebih..

    terserah deh jawabnya. mau kemana udah malem gini. karoke yuk gue jawab sekenanya.. jawaban tak kuduga maumau jawab si eva 30 menitan setelah kita nyanyi di room, gue keluar beli inex. apa tuh fer tina bertanya waktu aku memasukan inex kemulutku.. inex obat nahan ngantuk jawabku sekenanya..

    mau donkjawab si eva.. ok aku belikan inex 2 butir, tapi mereka hanya makan 1/2 butir saja. ya ku simpan di sakuku (akhirnya gue telen juga tuh inek) gak lama setelah itu kita bertiga on bareng. dengan merangkulkan tangan kiri ku ke bahu Tina, dan tangan kanan kurangkulkan ke bahu eva. mereka asik mengelenggelengkan kepala udah kaya heli aja. kuturunkan tangan kiriku merangkul punggung si tina, kusentuh toket kiri dari luar kutunggu sejenak.. wah ini org diem aja, perlahan kuremas toketnya tina langsung memandang mataku.. ku pikir dia marah, eh ternyata tina langsung mencium bibirku dengan ganasnya, tanpa malu padahal di samping kananku ada eva.. permainan lidahnya dimulai kubalas dengan gigitan lembut sewaktu lidahnya masuk dalam mulutku.

    karena ganasnya serangan lidah dari tina, tangan kananku yang dari tadi merangkul di eva, kulepaskan, langsung ku peluk tina. posisi tina disampingku membuat tangan kiriku tergencet tubuhnya. tanpa habis akal ku angkat tubuh tina ke pangkuanku dan tubuh kita langsung berhadapan. ciuman pun berlangsung lama gue gak sadar lagi kalau di eva masih disampingku.. ku ciumi leher tina dengan ganasnya

    gue dan tina sedang asik2nya bercumbu, tibatiba lampu dinyalakan rupanya si eva kesal karena kita anggap kerupuk garing bgt.. hehehe.. kita berdua sadar dan melepaskan cuiman kita, dan tina memperbaiki duduknya yang selama lampu tadi kita padamkan.

    pulang yuk.. BT nih!! eva ngomel karena dari tadi dia kita cuekin.. karena Tina juga baru kenal dengan eva (pas penerbangan ini mereka baru kenal rupanya).. bahkont*lku udah ngaceng berat orang ini minta pulang sebel bgt rasanya karena gak enak, tina akhirnya mengajak pulang.

    sesampainya di depan kamar hotel tina membisiki ku udah malem ini fer nginep aja di kamar kita (tina dan eva satu kamar) gue jawab emang enak, ada di eva ; lo gak liat muka eva, dia jg nafsu kali mendengar itu adekku dibawah yang tadinya ciut langsung tegang semangat 45 .

    eva langsung menjatuhkan badannya di kasur aku masuk kamarnya, dan tina menutup pintu dan langsung mematikan lampu kita melanjutkan pertarungan yang terhenti (double bed) kita berdua langsung masuk dalam selimut, nafsuku udah ampe ubun2 langsung kuciumi lehernya dan dengan cepat ku kulepas kaos dan BH tina, gak keliatan gelap banget, yang penting kita berdua telanjang dulu, ku buka kaosku dan celana jeansku sampai bugil, gue tendang keluar kaos dan celanaku, tina pun dengan cepet membuka celana pendeknya nya, udah gak nahan kali ampe buruburu bugil, nafsu gue sampe ubunubun udah gak tertahankan, ku arahkan mulutku di toketnya, ku jilatan dan hisapanku membuat tina seperti kuda liar, mendesah desah. oh..aaahhh.ahhhh.. tangan kananku menopang tubuhku biar tina tidak terlalu berat, sedangkan tangan kiriku memilik2 toketnya.. 10 menit ku kerjai toketnya kiri dan kanan kucupang berkalikali toketnya hingga berwarna merah.. jilatanku trus menuruni perut dan akhirnya kutemukan gundukan bukit bulu yang halus, lidahku trus menyusuri liang vaginanya, akan tetapi.


    tina menarik tanganku, jangan.. sayang aku jijik dengan nafas tersenggalsengal kunaikan tubuhku menindih tubuhnya, mulutku mulai mencium leher nya yang putih dan kembali kita berpangutan penuh nafsu, tangannya mulai bergerak menuju terpedoku, dipegangnya lembut sayang koq gede banget ya.tina berkata ditelingaku sambil mendesah tin boleh kan gue masukin.. tanyaku. tina hanya menganggukan kepalanya dengan raut muka yang buat gue nafsu banget, kont*lku kuarahkan ke vaginanya, tina pun membantu menuntun kont*lku menuju miliknya

    dorong sayang. tina berkata sambil mendesah. kudorong kont*lku memasuki mem*knya 1 cm.. 2 cm.. aouww.. sakit pppeelanpelan sayang.
    sakit ya emang u masih perawan? tanyaku tina menggelengkan kepalanya.
    koq masih sakit padahal baru dikitdulu gue pernah ngelakuin ini 1 kali ama mantan co ku, trus setelah itu dia menghilang matanya berkacakaca
    fer udah masukin aja gue nafsu banget Tina berkata sambil membimbing kont*lku

    ku pegang kont*lku dengan tangan kanan sambil membimbing kont*lku menuju mem*knya, 1cm 2 cm.ku lihat tina menggigit bibir bawahnya menahan sakit

    sakit ya tin bisiksu di telinganya
    udah gak apa trusin aja gue gpp

    karena nafsuku udah di ubunubun ku dorong paksa pinggulku perlahan tapi pasti2cm.. 3cm4cm5cm. kepala kont*lku sudah masuk semua, lalu ku dorong sekuat tenaga. bleeess aaaaaccchhhh tina menjerit histeris..

    aduh. sakit sakit ku kecup bibirnya agar teriakan Tina tidak membangunkan si Eva
    kudiamkan kont*lku didalam liang vaginanya beberapa saat terasa mem*knya memerasmeras kont*lku, rasanya seret hangat dan nikmat banget
    setelah kudiamkan sekitar 2 menitan, ku coba menarik kont*lku.. aaahhh.. tunggu sayang, masih sakit Tina mendesah..
    kudiamkan kont*lku didalam mem*knya sambil kita melakukan frech kiss yang dasyat
    pelanpelan ku tarik kont*lkulalu secepatnya ku masukan lagi berkalikali kulakukan cairan cinta Tina mulai keluar dan Tina muali merasa enak. Tina hanya mendesah desah ahhhahh..ahh..ah..ohohh pinggul Tina mulai mengikuti irama genjotanku dan nafasku mulai membara sama seperti Tina yang tak mau kalah mengoyangkan pantatnya mengimbangi tusukan kont*lku pada mem*knya, setelah 10 menitan aku menggenjot mem*knya tibatiba kakinya disilangkan pada pinggulku, sehingga posisi kont*l gue memasuki mem*knya lebih dalam tina pun mengerang ahahhaaahhhhaahhhh.. aaaaaaaaahhhhh gue tau Tina pasti mau keluar, genjotan kont*lku di liang vaginanya ku percepat dan kutusuk mem*knya dalam dalam sehingga terasa mentok dalam bibir rahimnya..


    Tina hanya bisa mendesah aaah..ahhhaaahhh..aahhhaaaahhh. tak lama gue rasakan mem*knya berdenyutdenyut dan. aaaahhhh..aaaaahhhh.aaaaaaaaaaaahhhhhhhh rupanya Tina telah orgasme untuk yang pertama kalinya begitu dasyatnya. membuat tubuh Tina bergetar tak lama kemudian kont*lku terasa hangat tersiram cairan miliknya. ku diamkan kont*lku didalam mem*knya setelah itu tina melemas dan melepaskan lilitan kakinya dan tangannya, sayang. enak banget, gue belum pernah seperti ini, fer lu emang luar biasa..makasih ya Tina berkata sambil mengatur nafasnya, kemudiang Tina mencium bibirku, padahal waktu itu gue belum ngerasa apaapa, mungkin pengaruh dari inex tadi

    kulanjutkan genjotanku, mem*knya licin sekali membuat bunyi yang menambah nafsuku..
    30 menit sudah berlangsung setelah tina orgasme yang pertama pinggulku cape sekali tp gue belum merasakan tandatanda mau keluar.. entah sudah 3 atau 4 kali lagi tina ber orgasme dalam 30 itu
    pada saat tina menunjukan dia mau orgasme kali tibatiba selimut di tarik oleh eva, dan lampu kamar dinyalakan..
    lo ini, ganggu orang tidur suara eva mengagetkan kami. akan tetapi waktu itu tina ingin mengalami orgasme yang enah keberapa kali kakinya dililitkan ke tubuhku dan tangannya memeluk tubuhku sehingga, tubuh kami bersatu dengan kuat, tina mendesah aaaahhhaahhh.aaahhhaaaaaaaaahhhhhh. tanpa mempedulikan lampu yang menyala dengan terang dan selimut telah di buka oleh eva.

    gue merasa malu banget, tp mau dimana kaki dan tangan tina memeluk erat tubuhku.

    setelah Tina mengalami orgasme akhirnya tina melapaskan pelukannya. dan tubuhku berguling kesamping kemudian tina berdiri dengan tubuh telanjang tanpa malu dan ngeloyaor ke kamar mandi sambil berkata eva lo mau nyobain, tuh kont*l fer masih berdiri sambil matanya menatap mataku.. kilirik eva.. rupanya eva sedang terkagumkagum melihat kont*lku masih berdiri.

    fer, lo mandi dulu gih badanmu berkeringat dan itu dicuci juga ya.. emoh aku bekasan tina si eva berkata sambil telunjukan telunjuknya menunjuk kont*lku, Tak ku pedulikan omongan eva, gue langsung masuk kekamar mandi yang disana sdh ada si Tina lagi mandi.

    kont*lku trus berdiri padahal air mandinya dingin banget.
    tina nyeletuk wah hari ini lo hoki bangeet bisa nidurin 2 pramugari dalam semalam. hahahah sambil menyabuni kont*lku dikamar mandi kita mandi berdua kami menyabuni satu dengan yang lain.

    Wah Fer lo gak bener deh. liat toket gue pada merahmerah lo cupang, awas ya.. nanti pasti aku bales Tina berkata sambil menyabuni tetek nya.

    gue cuma tersenyum dan meninggalkan tina dikamar mandi sambil mengeringkan badanku dengan handuk hotel.

    kulihat Eva sedang tiduran di kasur.

    ..buset itu meriam apaan gak loyoloyo padahal udah dimandiin
    hehehehe ini bukan meriam, ini rudal skud gue menjawab sambil menunjuk kan telunjukku ke arah kont*lku yang masih berdiri walaupun terlilit handuk.

    kudekati Eva, yang sedang terbaring di kasur. waktu gue mau cium bibirnya, eva memalingkan wajahnya, menghindari ciumanku

    ini makan permen dulu, biar mulutnya wangi Eva berkata sambil memberikan aku permen rasa mint.

    ku ambil sebatang rokok marlboro kuselipkan di bibirku sambil duduk di pinggir kasur Eva. setelah duduk ku nyalakan rokokku dan ku hisap dalam2 rokok ini, wah nikmat banget tak lama tina keluar dari kamar mandi dengan mengunakan handuk menutupi toketnya, kemudian dia membuka kopernya dan memaik baju tidur didepan kami.


    eh gue bobo dulu ya nanti lo jangan berisik Tina berkata sambil membereskan tempat tidurnya yang berantakan sehabis pertempuran kita.

    gue nikmati rokok ku dan ngobrol dengan eva sembari mnghabisi rokok tangan Eva mulai mengelus pahaku dan menyibakan handuk yang ku pakai, maka nampaklah kont*lku yang masih berdiri, walaupun tidak maksimal.

    Eva mulai melakukan pijitanpijitan lembut di kont*lku kemudian aku geser dudukanku membuka handuk, sehingga gue bugil gue nikmati rokok ku dan ngobrol dengan eva sembari mnghabisi rokok
    tangan Eva mulai mengelus pahaku dan menyibakan handuk yang ku pakai, maka nampaklah kont*lku yang masih berdiri, walaupun tidak maksimal.

    Eva mulai melakukan pijitanpijitan lembut di kont*lku kemudian aku geser dudukanku membuka handuk, sehingga gue bugil

    kumatikan rokok yang sedang kuhisap, rupanya eva sudah mengerti, eva menggerser melepaskan pijatan pada kont*lku dan menggeser posisi tidurnya memberi ruang untuk aku menindih tubuhku. Eva masih berpakaian lengkap. mulai ku cium pipi kirinya dan ciuman ku bergeser ke arah bibirnya sedangkan tangan kiriku mulai memeluk tubuh eva.

    gue cium bibir eva yang sudah menanti bibirku. langsung kuserang dengan uluran lidah kedalam mulut eva. eva pun tak kalah ganasnya beradu lidah dan gigitan lembut eva semakin membuatku bernafsu hanya terdengar nafasnya yang kian memburu.

    5 menit sudah kita beradu lidah.. tangan kananku menopang tubuhku dan tangan kiriku mulai bergerak menuju toket indah milik eva.. gue elus lembut koket kanan eva rupanya eva udah gak sabaran, dia mendorong tubuhku terlepaslah ciuman kita. dengan cepet eva membuka kaosnya, gue pun membantu dia membuka kaos dan BH nya yang berwarna krem.. nampaklah toket eva yang menantang membuat nafsuku kiat meningkat.. lalu langsung ku emut toket eva yang ber ukuran 34 c itu, pentilnya masih kecil banget dan berwarna merah mudah sama seperti warna bibirnya

    kuhisap dan ku jilati pentil toket eva dengan ganasnya eva hanya mengerang keeanakan

    ..uuuuhh.uuuhhhhh.aaaaahhhh.aaaahhhha aahhhh
    say gigit donk.. eva berkata dengan suara yang penuh nafsu..

    tanpa abaaba ke 2 langsung ku gigitgigit toket kanannya. sedangkan tangan kananku mulai berusaha membuka celana jeans eva, eva membantu membuka celana miliknya. dan eva mengangkat pantatnya untuk memudahkan tanganku untuk melepas celana panjangnya. karena kesulitan.. kulepas dulu kuluman mulutku pada toketnya dan melepas celananya sekaligus menarik lepas celana dalamnya yang berwarna krem

    terlihatlah gundukan diselangkangannya ditumbuhi bulubulu tipis yang tersusun rapi wah eva ini memperhatikan juga bagian sensitifnya, pikirku.


    setelah eva telah telanjang tanpa sehelai benang ditubuhnya ku pandangi sejenak tubuh eva yang membuat andrenalinku meningkat.
    Eva pun langsung menutupi daerah sensitifnya dengan tangan sambil berkata ..apaan sih koq liatnya kayak gitu, buat gue takut.

    aku hanya tersenyum dan mulai mencium bibir eva dengan lembut. eva pun membalas ciumanku dan tangan kirinya memeluk tubuhku dan meremas kepalaku, sedang tangan kanannya turun menyusuri tubuhku menuju terpedoku. dan eva mulai mengocokngocok kont*lku dengan lembut gue pun tak mau kalah ciumanku mulai turun ke dagunya. lehernya. sampailah di toketnya, langsung ku terkam toketnya yang menantang gigitan lembut membuat tubuh Eva bergetar sedangkan tangan kiriku mulai bergerilya di toket kanannya ku pilinpilin dengan lembut puting susunya.

    .uuuuhhhh..aaaahhhh..aaaaa.aaaaahhh.. ..uuuhhaaaaaahhh.. desahan Eva mulai tak ber aturan
    nafasku pun sudah naik turun.
    feeerrr gue udah gak tahan lo masukin aja deh

    langan kiriku kuturunkan menuju vaginanya ouw.. mem*knya sudah basah sekali ku belai lembut bulubulu halusnya dan ku gosok pelanpelan bibir vaginanya yang sudah basah jari tengahku mulai ku masukan sedikitsedikit dengan trus ku gesekgesekan di bibir vaginanya

    .aaa.aaaaahhh.aaa..uuuhhhh..aaaahh .aaaaaaaa.erangan eva semakin menjadijadi
    feeeerrrr. masukin donk. pleaseeee.. pintanya sambil memelas.

    aku hanya tersenyum bergeser turun sambil mulai berjongkok berhadapan dengan tubuh eva.
    kuatur posisiku dengan tangan kanan menahan tubuhku dan tangan kiri memegang kont*lku sembari mengarahkan ke mem*knya, tangan kanan eva memegang kont*lku dan membantu menepatkan posisi kont*lku pas dengan liang vaginanya setelah pas kepala kont*lku pas dengan vaginanya kudorong pantatku perlahan

    say.. pelanpelan ya.. sakit kata eva
    iya tenang aja.

    perlahan lahan kont*lku mulai membelah vaginanya.

    sssttttt. eva menahan nafasnya
    ouwww. pelan pelan say.. ujarnya lagi
    iya.. jawab ku sambil mataku melihat kepala kont*lku mulai memasuki mem*k eva.

    sediki demi sedikit kepala kont*lku masuk sedalam mem*k eva karena vagina eva yang masih sempit walaupun sudah tidak perawan lagi, terlihat bibir vaginanya tertekan masuk karena kepala kont*lku memang cukup besar dengan diameter 4 cm.

    ..aaaaddduuhh.. sakit eva mengerang. padahal kepala kont*lku hampir masuk semua..
    kutarik kont*lku keluar dulu gue gosokgosokan kont*lku di bibir vaginanya. eva hanya bisa mendesahdesah aaaa..aaa..aahhhh..aaahhh ku coba kembali memasukan kont*lku tangan eva pun berusaha membantu
    va tahan dikit ya. kataku
    iya tapi sakit sayang lo pelanpelan yaaa.. jawabnya

    ku pegang kont*lu dengan tangan kanan dan kuarahkan kont*lku dipaginanya.
    eva membuka kakinyalebarlebar.. sehingga vaginanya terbuka sedikit.

    setelah kont*lku tepat didepan vaginanya, kudorong kont*lku perlahan.
    eva hanya bisa mendesis menahan sakit sambil menggigit bibir bawahnya.
    1cm 2cm 3 4cm akhirnya kepala kont*lku masuk semua
    ku tahan posisiku dulu, biar mem*k eva melakukan penetrasi terhadap kont*lku
    kilirik muka eva terlihat eva meringis kesakitan kemudian eva memberikan senyuman walau terlihat kesakitan.
    lalu ku cim bibirnya sambil tangan kanan ku menopang tubuhku, agar kont*lku tidak terdorong masuk selama beberapa saat..
    setelah eva sidikit menikmati ciumanku, mulai kudorong kont*lku perlahan setengah batang kont*lku sudah memasuki vaginanya dan blleeeeeess.
    akhirnya kont*lku tertelan masuk dalam mem*knya
    eva langsung memeluk erat tubuhku menahan sakit.aaa..aaaaa.sssstttt..aaaahh. .
    kudiamkan sejenak kont*lku agar eva merasa enakan..

    fer goyang donk pelanpelan yaaa. masih sedikit nyeri

    kutarik perlahan dan kugoyang kan pinggangku setelah 2 menitan.. mulai kugoyang agak cepat.

    masih sakit saytanyaku
    enggak enak koq jawabnya

    ku percepet genjotanku pada mem*knya.. 5 menit sudah kita berpacu, goyangan demi goyangan berlalu mulai eva menunjukan gejala orgasme, pinggangnya mulai cepat mengikuti irama goyanganku.

    fer.. gue mau keluar nih , cepet fer..

    tak lama kemudian eva mengerang .aaaa.aaaahhhaaaahhh.aaaaaaa..a aaaaaaahhhhhhhhhhhhhhh.. sambil tangannya memeluk tubuhku erat.

    sayang. enak banget sambil mengecup bibirku,setelah itu tubuh eva melemas tak berdaya.

    gue merasa belum ada tandatanda mau keluar trus saja aku genjot tubuhnya

    va u diatas donk, cape nih pintaku, eva hanya menggangukan kepala. ku tarik kont*lku dari vagina eva.

    ku balikan tubuhku dan tidur terlentang di kasur, kemudian eva mengangkang diatang tubuhku, setelah tepat eva mengarahkan kont*lku tepat dimem*knya dan langsung menekan tubuhnya, .bleeess kont*lku langsung terbendam dalam mem*knya.

    kemudian eva mulai menggoyangkan tubuhnya.ahhh.aaaaaaaahhh.aaahhhhh aaaa..aaaahhh desahan eva mulai lagi.

    nafasku mulai tak beraturan ..ssssttttt. aaaa. sssstttt.. aaaaahhhh
    setelah 10 menitan eva meminta untuk tukar posisi lagi, fer cape nih goyang trus
    kemudian eva menarik tubuhnya dan terlepaslah kont*lku dari mem*knya.
    kemudian dengan gaya porposional (standart), kutindih tubuhnya, dan kuarahkan kont*lnya kedalam mem*knya
    bblleeeeesss.. kembali kont*lku menyerang mem*knya
    ku goyang kan pantatku dengan cepet baru sekitar 5 menitan. tubuh eva kembali bergetar hebat
    fer aku keluar lagi. aaaaahhhhaaaahhhhh..sssttt.. uhhh. aaa.aaahh .. aaaaaaaaahhhhhhhhh.. erangan eva setelah orgasme yang ke 2
    tubuh eva kembali melemas.

    fer lo masih lama kah? udah cape nih
    ini bentar lagi? sambil aku trus menggenjot tubuhnya
    burungmu kuat banget sih
    udah lo nikmati aja tak kuhentikan kocokanku dalam mem*knya
    fer nanti keluarin di luar aja ya gue takut hamil katanya terlihat sayu

    karena gue mulai ada tandatanda mau keluar tak kuhiraukan tubuh eva yang lemas itu. trus dan trus ke genjot dengan penuh nafsu
    dinginnya ac tak terasa bagi kita tubuh gue dan eva terlihat mengkilap bermandikan keringet
    setelah 10 menit berlalu gue merasakan mau keluar.. ku percepat goyanganku.

    .aaaahhhaaahhhh.aaaaauuuhhhh..a aaahhh. eva pun kembali nafsu
    pantatnya mulai bergoyang mengikuti gerakan ku
    say gu mau keluar nih kataku
    sama gue juga jawabnya

    tak lama kont*lku mulai berdenyutdenyut mau mnyemburkan cairan kepuasan
    kepercepet goyanganku.aaahhh.sssttt..aaaa.ssss aaaaahhhh..


    va aku keluar nih.
    ketika gue mau cabut kont*lku
    tahan. aku jg mau keluar kedua kaki eva dililitkan dibelakang pantatku melarang aku mencabut kont*lku
    .sstttt..aaaahhhh..aaahhhhh..aaaahhhh aaaaahaaaa.aaaaaahhhhhhhh akhirnya karena aku sudah tak bisa menahan lagi muncratlah spermaku didalam rahimnya wah nikmat banget rasanya.
    karena eva mau keluar dia menggoyanggoyangkan pantatnya dan akhirnya

    aaaahhh.aaaaahhh.ssttt..aaaaahhhhh..a aaaaaaaahhhhhhh erangan eva setelah orgasme

    lilitan kaki eva mulai mengendur dan akhirnya terlepas
    kudiamkan sejenak tubuhku, menikmati orgasmeku yang panjang
    kupandang wajah eva yang terlihat lemas sekali.

    fer lo dah keluar.
    aku hanya menggangukan kepalaku..
    hah!!! lo keluarin di dalem ya..?, fer kalo gue hamil gimana nih eva berkata terlihat ketakutan.
    abis gimana, waktu gue mau cabut lo malah tahan badan gue
    ya mao gimana aku juga pas mau keluar sahutnya
    nanti kamu cuci aja yang bersih pake air dingin kataku
    emang ngaruh sambil eva mendorong tubuhku sehingga kont*lku terlepas dari mem*knya

    kemudian eva ngeloyor ke kamar mandi tak lama kudengar suara shower di kamar mandi.
    langsung kususul yang sedang mandi.

    menurut kedokteran sih, sel sperma akan mati bila terkena suhu yang dibawah 32 derajat celsius kataku setiba di kamar mandi/
    masa sih eva menjawab.
    ya suhu badan manusia normal kan 3637,5 derajat celcius, lo sempot aja vagina mu dengan air shower dingin, kalo bisa airnya sampe masuk kedalam vagina eva melakukan apa yang telah ku katakan.

    seusai mandi. kulihat HP ku, udah jam 6 pagi lebih neh, kami membereskan tempat tidur dan gue tiduran disamping eva, jam 7an ku telp bagian HRD dikantorku untuk meminta ijin kalo hari ini gue gak bisa kekantor karena gak enak badan.. hehehehehe gue masih penasaran ama mem*k Tina dan Eva, karenakatanya hari ini mereka libur dan baru besok pagipagi baru berangkat ke Jakarta. masih ada waktu seharian untuk ngentok ama 2 org pramugari ini heheheh.

  • Kisah Memek Kondom Buat Ngentot Pacar

    Kisah Memek Kondom Buat Ngentot Pacar


    2652 views

    Duniabola99.com – Hari terasa semakin larut, sedangkan langit bertambah mendung dan menggelap sebagai tanda akan turunnya hujan. hari ini hatiku agak resah karena mas Arif yg saya tunggu-tunggu belum juga datang menjemputku.

    Nama saya Ririn, saya bekerja disebuah toko milik seorang keturunan yg kaya di kota S, bos saya bernama Tek Kiu, bertubuh gendut tapi kekar, orangnya bermata sipit dan selalu melirik kearah tempat dimana aku duduk menunggu didepan rak barang.


    Arif adalah pria yg sering datang ketoko membeli barang dan selalu menggoda aku, walaupun dia tdk membeli apa-apa, bahkan sesekali dia membeli pembalut wanita dan kemudian memberikannya kepadaku. Akhirnya dia datang juga dibawah hujan rintik tepat pada pukul 21.00, tepat ketika toko mau tutup, dia langsung menuju kearahku, menatap dan berkata kalem,

    “Saya mau beli kondom,” dengan wajah kalem, kemudian dia tertawa kecil melihat wajahku yg memerah.
    “Memangnya buat siapa mas Arif?” jawabku ,
    “Buat kamu dong..” sahutnya langsung.

    Wajahku langsung memerah saat itu juga sambil mencubit tngannya yg berada diatas tanganku. Aku langsung berjalan cepat ke arah meja bosku dan mengambil tas kecilku sambil pamit untuk pulang.

    Aku menarik dan menggandeng tangan Arif, dan mengajaknya ke motor yg dia parkirkan didepan parkiran kami, motornya mas Arif adalah motor laki, Tiger 2000, tempat duduknya licin sekali sehingga kalau Ririn dibonceng selalu saja terpeleset ke bawah.

    Hari ini Arif kelihatan kalem sekali, rambutnya diklimis menarik dan senyumannya yg penuh arti seakan memiliki rencana kejutan, apa lagi hujan grimis yg membasahi wajahnya membuatnya terlihat gagah dan menggairahkan hari ini.

    Arif menyalakan mesin dan aku naik keatasnya, seperti biasanya dalam perjalanan saya selalu memegang ke belakang supaya tdk terpeleset kedepan tapi hari ini entah kenapa saya tdk lagi berpegangan dan membiarkan tubuhku terseret kebawah sehingga pantat kami beradu menjadi satu dan dadaku menempel erat dipunggungnya.


    “Ih… Mas Arif, kapan kapan tempat duduknya digantiin sama yg nggak licin aja, habis Ririn kan cape kalo pegangan kebelakang terus”, seruku rada merengek.
    “Sapa yg suruh pegang ke belakang. Ha..Ah..Ah..” katanya sambil tertawa. Arif memang orangnya periang, dan sering tertawa bahkan terbahak jika mendengar sesuatu yg lucu.

    Akhirnya kuberanikan melingkarkan tanganku di pinggangnya sambil mempererat tekanan didadaku, entah kenapa hari itu saya ingin sekali memeluk mas Arif, terasa hangat disuasana yg gerimis dan dingin itu.

    Aku kos dikota S begitu pula dengan mas Arif, dia juga anak kos, bahkan kesayangan ibu kosnya sehingga tdk direlakan pindah walaupun mas Arif sekarang sudah mapan kerjanya. Hari sudah larut malam, kami tiba di kos pukul 22 malam, maklum mas Arif nyetirnya pelan lagi pula gerimis bikin takut tergelincir.

    “Waduh kosnya mas Arif udah Dikunci nih”, katanya sambil melihat Jam tangan Akhirnya kutawarkan untuk tidur di kosku saja, karena memang ibu kos tdk tinggal di tempat kos kami, sambil menggandeng mas Arif dari parkiran ke dalam kamar kostku.
    “Stt…” bisik ku ketika mas Arif hendak mengucapkan kata
    “Semuanya pada tidur entar tergangu ” kataku kemudian.

    Kubuka kunci dan kami pun berada didalam kamar kosku yg berukuran cukup luas, tdk ada kamar mandi didalamnya akhirnya akupun berjalan dengan tubuh basah kuyub menuju lemari dan mengambil selembar handuk bersih dan melemparkannya ke arah mas Arif kemudian ke ranjang dan merapikannya.

    Betapa kagetnya ketika kurasakan ada dua belah tangan tiba-tiba mendekap pinggangku dari belakang, dan kurasakan wajahnya menempel di leberku dan mengeluarkan nafas hangat yg menyapu sela-sela telingaku. Aku hanya bisa membetulkan pakiaku sambil mendesah

    “Mass….”

    Tanpa kusadari aku menatap ke cermin didepanku kudapatkan memang ternyata badanku telah benar-benar basah kuyub sehingga bentuk tubuhku tercetak melekat pada baju menonjolkan payudaraku yg berukuran 34B dan mancung kedepan.

    Tiba tiba pula dia mengangkat tubuhku sehingga bisa kulihat cahaya matanya yg berkilat dengan butiran2 air yg ada diwajahnya, benar-benar mempesona dan membiusku sehinga aku tdk memberotak sedikitpun ketika dia mulai membawa dan membaringkanku diatas ranjang kamarku.


    Dia berdiri sambil menatapku sedangkan tangannya telah berusaha membuka kancing kemeja yg kugunakan, tangan kirinya membelai pipiku dan sesekali menyingkirkan ranbutku yg sepanjang bahu dari leherku.

    Akhirnya ketakberdayaanku semakin membuat dia berani menurunkan wajahnya dan mengecup lembut bibirku, kemudian menciumi leherku membuat tubuhku mengelinjang pasrah.

    Dan setelah beberapa saat tanpa kusadari dia telah berhasil melepaskan kancing kemejaku dan kemudian terasa tangannya masuk kedalam baju dalamku dari arah pusar membuka keatas baju dalam yg kugunakan sampai keleherku dan kemudian dia meremas-remas kedua payu daraku sambil terus menjelajahi permukaan leherku membuat darahku berdesir kencang dan panas mengalir disekitar kemaluanku.

    “Eh…..hhhh…..”, desahku yg disambut dengan kuluman bibir mas Arif.


    Tak terasa basah sudah seluruh tubuhku menahan gejolak dari rangsangan mas Arif, sedang kakiku sudah tdk tahan saling menggesek-gesekkan untuk menenangkan gejolak pada bagian memekku yg terasa sedikit gatal dan jengah karena tdk disentuh sedikitpun olehnya.

    Sampai akhirnya terasa sebuah tangan kekar menyelusup diantara celana dalamku dan menggesek-gesekkan memekku dengan lembut, sementara dia melepaskan pangutan dibibirku membuat lenguhan ku kini bisa terdengar

    “Oh…..”, teriakku kecil begitu tangan kekar itu berhasil menemukan tonjolan kecil klitorisku.

    Terasa ingin melonjak begitu kemaluanku yg dari tadi dianak tirikan kini akhirnya terjamah juga oleh tangan mas Arif.

    “Mas …. ” bisikku sambil memegang erat tangannya sembil menatap wajahnya,
    “Ouww……”, teriakku begitu dia menggesek keras dibibir memekku, kucubit kecil tangannya sambil menatap wajahnya yg menatap pandangan pasrah wajahku,
    tidak terasa BHku terlah terlepas dan mulutnya sekarang bergantian mengulum kedua payu daraku.

    Terus menerus merangsangnya dengan menggigit-gigit kecil di ujungnya, membuat pinggangku turun naik melengkung menerima rasa geli yg sangat, sampai akhirnya kekagetanku terkuak begitu kurasakan aliran darahku semakin mendesir desir dikepalaku dan lagi kulihat di cermin pemandangan mas Arif sedang mengocok sendiri k0ntolnya sambil terus merangsang memek dan mengulum payu daraku.

    “Aduh massss……..hhhmmm”, aku sudah tdk tahan lagi seakan mau meradang seluruh tubuhku.

    Mataku terbelalak begitu mendadak kurasakan dua buah jari mas Arif masuk keliang memekku dengan cepat, membuat aliran darahku terhenti sejenak menjawab kegelisahanku sedari tadi.

    “Masukiinn Nass …” jawabku pasrah atas pebuatan mas Arif itu,

    Sementara mas Arif menurunkan rok ku dan menurunkan celana dalam sampai lutut, dia bergerak naik keatas ranjang kami, kulihat k0ntol mas Arif sekitar 16 cm dengan dia meter 2 ukuran ibu jari, dia mengarahkan pada memekku yg telah banjir dan memerah itu, sambil memandang kearahku.


    Aku hanya menutupkan mataku sambil merasakan detik-detik benda panjang itu mulai memasuki gerbang kewanitaanku, merangsek maju perlahan memenuhi sekuruh rongga udara dan memompa udara dalam memekku terus menuju kedalah rahimku, sampai….

    “Ohhh… Teruuss mass…”, bisikkku merasakan memekku telah dipenuhi oleh k0ntol mas Arif dan menjadi semakin gerah saja.

    “hhh. ….” suaraku berulang dengan maju mundurnya k0ntol mas Arif, terus meracau sambil menutup kedua mulutku supaya tdk membangunkan tetangga kos.
    “ohh………hhmmmm…….hsss….”, desisan ku tdk kuat dengan hentakan-hentakan k0ntol mas Arif yg semakin cepat sampai akhirnya aku …………
    “aduuuhh …mass…………..oooooohhhhhhh….”,

    Aku bangkit memeluk mas Arif dan kakiku bergerak ingin melingkarkan ke pinggang mas Arif meminta dia menghentikan genjotannya tapi tertahan oleh rok yg memang sampai dilututku, aku menggelinjang kian kemari, kepalaku tak kuasa menahan aliran kenikmatan itu sampai menggeleng tak tentu arah.

    Aku orgasme terlebih dahulu dari mas Arif,
    “Maaf mas”, kataku begitu terlepas dari rasa kecamuk diseluruh tubuhku, seprai ranjangku terlihat basah pada bagian bawah kelaminku mengalir cairan orgasmeku, terasa geli kemaluan mas Arif di memekku.


    Sampai akhirnya aku mengambil inisiatif untuk melepaskannya dari kemaluanku sambil berbisik, mas biar lisa kocokin ya, kataku sambil mengocok keras k0ntol mas Arif, terus sampai dia melenguh tak tertahankan, kutarik mangkuk kecil diatas meja riasku dan kutaruh didepan menyambut semprotan cairan sperma yg keluar berulang- ulang dari k0ntolnya.

    Akhirnya mas Arif dan saya tertidur pulas sambil berpelukan, tentu saja dengan keadaan terakhir kami, rok dan celana dalamkupun masih tetap dilututku sedang baju dalamku telah turun menutupi kembali payu daraku.

    Ini memang bukan ML ku dengan Arif yg pertama, sebelumnya aku pernah ML dengan mantan kekasihku, akan tetapi malam itu adalah peristiwa yg terindah yg saya alami sampai sekarang, dibalik dinginnya gerimis kota dan hentakan-hentakan mas Arif yg perkasa membuaiku sampai ke negeri awan.

    Keesokan harinya terlihat sepreiku bebercak besar air kenikmatan yg kami buat dikemaluanku semalam. Sampai sekarang ini kami melakukan hubungan nafsu kami tanpa diketahui seorang pun.

  • Kisah Memek Kontol Besar Mahasiswa Yang Kunikmati

    Kisah Memek Kontol Besar Mahasiswa Yang Kunikmati


    2541 views

    Duniabola99.com – Sebut saja namaku Atika, seorang wanita yang telah berusia 40 tahun dan telah bersuami. Menurut banyak teman, aku adalah wanita yang cukup cantik dan berkulit putih bersih. Yang luar biasa adalah postur tubuhku yang masih terawat dan indah. Tinggi badanku 167 cm.

    Pantatku cukup bulat dan berisi dengan sepasang betis yang indah. Sepasang payudaraku berukuran 34 juga tampak padat dan serasi dengan bentuk tubuhku. Kata orang tubuhku seperti artis Minarti Atmanegara yang bentuk tubuhnya tetap indah diusia yang telah berkepala 4.

    Aku bekerja sebagai karyawati staff accounting pada sebuah toserba yang cukup besar dikotaku. Sehingga aku banyak mengenal banyak relasi dari para pekerja perusahaan lain yang memasok barang ketempatku bekerja. Aku juga menjadi instruktur senam BL ditempat aku fitness.

    Disinilah kisah yang akan kisah indah aku dan Indra pertama kali terjadi. Sebagai seorang istri, aku merupakan seorang wanita setia pada suami.


    Aku berprinsip, tidak ada laki-laki lain yang menyentuh hati dan tubuhku, kecuali suami yang sangat kucintai. Dan sebelum kisah ini terjadi, aku memang selalu dapat menjaga kesetiaanku. Jangankan disentuh, tertarik dengan lelaki lain merupakan pantangan buatku. Tetapi begitulah, beberapa bulan terakhir suamiku kurang dapat memuaskanku diatas ranjang.

    Kalaupun bisa, dia pasti kelelahan dan langsung istirahat. Mungkin karna usia kami yang terpaut 14 tahun, mau tak mau aku cuma bisa memainkan jari sambil membayangkan suamiku sedang memasukkan batang kejantanannya ke vaginaku. Tapi tak senikmat kenyataan. Sampai akhirnya datang seorang mahasiswa yang ingin PI (Praktek Industri) ditempatku.

    Dan aku ditunjuk sebagai pembimbing mahasiswa tersebut oleh bosku. Mahasiswa itu memperkenalkan dirinya bernama Indra. Kuperhatikan dia dari atas sampai bawah, cukup lumayan penampilannya. Indra berbadan tinggi besar dan atletis, tingginya sekitar 178 cm. Sungguh aku tidak mempunyai pikiran atau perasaan tertarik padanya. Pada awalnya hubungan kami biasa- biasa saja, bahkan cendrung agak kaku. Namun begitu, Indra selalu bersikap baik padaku.

    Kuakui pula, ia pemuda yang simpatik. Ia sangat pandai mengambil hati orang. Sehingga lama-kelamaan kekakuannya berkurang dan kami berdua menjadi akrab. Bahkan aku sering meminta Indra membantuku lembur dikantor. Dan jika begitu biasanya aku bercerita tentang kehidupan rumah tanggaku. Sampai-sampai urusan diatas tempat tidur kuceritakan padanya.

    Karna Indra sangat pandai memancing. Hingga suatu ketika, setelah sebulan Ia PI dikantorku. Sewaktu aku sedang lembur menghitung keuangan bulanan perusahaan, Indra datang menghampiriku. ” Misi Bu, bisa ganggu gak? ” Tegur Indra sopan. ” Ya ada apa Ndra? ” Jawabku. ” Ini.. ada beberapa yang saya gak ngerti bisa dijelaskan gak Bu? ” Indra bertanya lagi.

    ” Ooh bisa.. mana yang kamunya kurang paham ” aku menjawab lalu menyuruhnya untuk duduk disampingku disofa. Lalu aku memberikan penjelasan panjang lebar kepadanya. Katanya sih bahan yang dia minta penjelasan dariku itu akan dimasukkan dalam bahan laporannya. ” Bu, saya mo ngasih hadiah ulang tahun, Bu atika mau nerima gak? ” Tanyanya tiba-tiba. ”

    Boleh, syaratnya hadiahnya harus banyak ya” Jawabku bergurau. ” Saya juga punya syarat Bu, hadiah ini akan saya berikan kalo Bu Atika mau memejamkan mata. Mau gak? ” Tanyanya lagi. ” Serius nih? Oke kalo cuma itu syaratnya Ibu mau ” Kataku sambil memejamkan mata. ” Awas jangan buka mata sampai saya memberikan aba-aba..! ” Kata Indra lagi.

    Sambil terpejam aku penasaran dengan hadiah apa yang akan diberikannya. tetapi, ya ampun, pada saat mataku terpejam, tiba-tiba aku merasakan ada benda yang lunak menyentuh bibirku. Tidak hanya menyentuh, benda itu juga melumat bibirku dengan halus. Rfbet99

    Aku langsung tahu, Indra tengah menciumku. Maka aku langsung membuka mata, wajah Indra sangat dekat dengan wajahku dan tangannya merangkul pinggangku. Tetapi anehnya, setelah itu aku tidak berusaha mengindar. Untuk beberapa lama, Indra masih melumat bibirku. Kalo mau jujur aku juga ikut menikmatinya. Bahkan beberapa saat secara refleks aku juga membalas melumat bibir Indra.

    Sampai kemudian aku tersadar, lalu ku dorong dada Indra hingga ia terjengkang kebelakang. ” Ndra seharusnya ini gak boleh terjadi ” Kataku dengan nada bergetar menahan rasa malu dan sungkan yang menggumpal dihatiku. ” Maaf Bu Atika, mungkin saya terlalu nekat. Seharusnya saya sadar Ibu sudah bersuami. Tapi inilah kenyataannya, Aku sayang sama Bu Atika ” Ujarnya lirih sambil meninggalkanku.

    Seketika itu aku merasa sangat menyesal, aku merasa telah mengkhianati suamiku. Tapi uniknya peristiwa seperti masih terulang beberapa kali. Beberapa kali jika Indra konsultasi denganku, ia selalu memberikan “hadiah” seperti itu. Tentu itu dilakukannya jiak tak ada orang yang melihat. Meskipun pada akhirnya aku menolaknya, tapi anehnya, aku tidak pernah marah dengan perbuatan Indra itu.


    Entahlah, aku sendiri bingung. Aku tidak tahu, apakah ini dikarnakan permasalahanku dengan suami diatas ranjang sehingga menerima begitu saja semua perbuatannya padaku. Ataukah aku telah jatuh cinta pada pada Indra, pemuda yang usianya jauh berbeda namun sangat menarik perhatianku.

    Sekali lagi, aku tidak tahu. bahkan dari hari kehari, aku semakin dekat dan akrab dengan Indra. Hingga pada hari terakhir prakteknya, Indra mengajakku jalan- jalan. Awalnya aku menolaknya, aku khawatir kalau kedekatanku dengannya menjadi penyebab perselingkuahan yang sebenarnya.

    Dengan alasan bahwa itu hari terakhir praktek, Indra terus mendesakku. Akhirnya aku menyetujuinya.Tapi aku memintanya hari minggu. Dengan syarat tidak boleh ada orang kantor yang mengetahuinya. Begitulah, pada hari Minggu, aku dan Indra akhirnya berangkat jalan-jalan. Agar suamiku tidak curiga, aku katakan padanya aku pergi ketempat seorang kawan untuk menyelesaikan lemburan kantor. Ikut juga teman kuliah Indra bersama pacarnya.

    Awalnya aku protes, setelah dijelaskan panjang lebar akhirnya aku mau ikut pergi juga. Oh ya, kami berempat menggunakan mobil milik kawan Indra. Berempat kami jalan- jalan kesuatu lokawisata pegunungan yang cukup jauh dari kotaku. Kami sengaja memilih tempat yang jauh dari kota, agar tidak mengundang kecurigaan tetangga, keluarga dan terutama suamiku.

    Setelah lebih satu jam kami berputar-putar disekitar lokasi wisata, Indra dan kawannya mengajak istirahat disebuah losmen. Kawan Indra tadi dan pacarnya menyewa satu kamar, dan kedua orang itu langsung hilang dibalik pintu yang tertutup. Maklum keduanya baru dimabuk cinta. Aku dan suamiku dulu waktu pacaran juga begitu, jadi aku maklum saja.

    Indra menyewa juga satu kamar disebelahnya. Aku sebenarnya juga berniat menyewa kamar sendiri akan tetapi indra melarangku. ” Ngapain boros-boros? kalau sekedar istirahat satu kamar saja. Tuh bed- nya ada dua ” Ujarnya. Akhirnya aku mengalah, aku numpang dikamar yang disewa Indra. Walaupun sebenarnya aku merasa sangat tidak enak hati.

    Kami mengobrol tertawa cekikikan membicarakan kawan Indra dan pacarnya dikamar sebelah. Apalagi, kawan Indra dan pacarnya sengaja mendesah-desah hingga kedengaran ditelinga kami. Sejujurnya aku deg- degan juga mendengar desahan dari kamar sebelah yang mirip suara orang terengah-engah itu. Entah kenapa dadaku semakin berdegup kencang ketika aku mendengar desahan itu dan membayangkan apa ayng sedang mereka lakukan dikamar sebelah. Untuk beberapa saat, aku dan Indra diam terpaku.

    Tiba-tiba Indra menarik tanganku sehingga aku terduduk dipangkuan Indra yang saat itu sedang duduk ditepi tempat tidur. Tanpa berkata apa-apa dia langsung mencium bibirku. Aku tidak sempat menghindar, bahkan aku juga membiarkan ketika bibir dan kumis halus Indra menempel kebibirku hingga beberapa saat. Dadaku semakin berdegub kencang ketika kurasakan bibir halus Indra melumat mulutku.

    Lidah Indra menelusup kecelah bibirku dan menggelitik hampir semua rongga mulutku. Mendapat serangan mendadak itu darahku seperti berdesir, sementara bulu tengkukku merinding. Namun tiba-tiba timbul kesadaranku. Kudorong dada indra supaya ia melepaskan pelukannya padak diriku. ” Ndra, jangan Ndra, ini enggak pantas kita lakuakan..! ” kataku terbata-bata.

    Indra memang melepas ciumannya dibibirku, tetapi kedua tangannya yangm kekar dan kuat masih tetap memeluk pinggang rampaingku denagn erat. Akujuga masih terduduk dipangkuannya. ” Memang nggak pantas Bu, toh Bu Tika gak puas sama suami Ibu. Aku akan muasin Ibu ” Ujar Indra yang terdengar seperti desahan. Setelah itu Indra kembali mendaratkan ciuman.

    Ia menjilati dan menciumi seluruh wajahku, lalu merambat keleher dan telingaku. Aku memang pasif dan diam, namun perlahan tapi pasti nafsu birahi semakin kuat menguasaiku. Harus kuakui, Indra sangat pandai mengobarkan birahiku. Jilatan demi jilatan lidahnya keleherku benar- benar telah membuatku terbakar dalam kenikmatan. Bahkan dengan suamiku sekalipun belum pernah aku merasakn rangsangan sehebat ini. Indra sendiri tampaknya juga mulai terangsang.

    Aku dapat merasakn napasnya mulai terengah-engah. Sementara aku semakin tak kuat unruk menahan erangan. Maka aku pun mendesis-desis untuk menahan kenikmatan yang mulai membakar kesadaranku. Setelah itu tiba-tiba tangan Indra yang kekar itu membuka kancing bajuku. Tak ayal lagi, buah dadaku yang berwarna putih bersih itu terbuka didepan Indra. Secara refleks aku masih coba berontak. ” Cukup Ndra! Jangan sampai kesitu Ibu takut..” Kataku sambil meronta dari pelukannya. ” Takut dengan siapa Bu? Toh gak ada yang tahu, percaya sama Indra Bu. Aku akan memuaskan Bu Tika ” Jawab Indra dengan napas memburu. Seperti tidak perduli dengan protesku, Indra yang telah melepas bajuku, kini ganti sibuk melepas BH- ku. Meskipun aku berusaha meronta, namun tidak berguna sama sekali.


    Sebab tubuh Indra yang tegap dan kuat itu mendekapku dengan sangat erat. Kini, dipelukan Indra, buah dadaku terbuka tanpa tertutup sehelai kainpun. Aku berusaha menutupi dengan mendekapkan lengan didadaku, tetapi dengan cepat tangan Indra memegangi lenganku dan merentangkannya. Setelah itu Indra mengangkat dan merebahkan tubuhku ditempat tidur.

    Tanpa membuang waktu, bibir Indra melumat salah satu buah dadaku sementara salah satu tangannya juga langsung meremas-remas buah dadaku yang lainnya. Bagaikan seekor singa buas ia menjilati dan meremas buah dada yang kenyal dan putih ini. Kini aku tidak bisa berbuat apa-apa lagi selain megap-megap dan mengerang karena kenikmatan yang mencengkeramku.

    Aku menggeliat- geliat seperti cacing kepanasan karena rasa geliu dan nikmat ketika bibir dan lidah Indra menjilat dan melumat puting susuku. ” Bu.. da.. dadamu putih dan in.. indah sekali. A.. aku makin nggak ta.. tahan.. ,sayang.. , ” Kata Indra terputus-putus karna nafsu birahi yang kian memuncak. Kemudian Indra juga menciumi perut dan pusarku. Dengan lidahnya, ia pandai sekali mengelitik buah dada hingga perutku. Sekali lagi aku hanya mendesis-desis mendapat rangsangan yang menggelora itu.

    Kemudian tanpa kuduga, Dengan cepat Indra melepas celana dan celana dalamku dalam sekali tarikan. Lagi-lagi aku berusaha melawan, tetapi dengan tubuh besar dan tenaga kuat kuat yang dimiliki Indra, dengan mudah ia menaklukkan perlawananku. Sekarang tubuhku yang ramping dan putih itu benar-benar telanjang total dihadapan Indra.

    Sungguh, aku belum pernah sekalipun telanjang dihadapan laki-laki lain, kecuali dihadapn suamiku. Sebelumnya aku juga tak pernah terpikir akan melakukan perbuatan seperti ini. Tetapi kini, Indra berhasil memaksaku. Sementara aku seperti pasrah tanpa daya. ” Ndra, untuk yang satu ini jangan Ndra. Aku tidak ingin merusak keutuhan perkawiananku..! ” Pintaku sambil meringkuk diatas tempat tidur, untuk melindungi buah dada dan vaginaku yang kini tanpa penutup. ”

    Bu.. apa.. kamu.. nggak kasihan padaku sayang.. , aku sudah terlanjur terbakar.. , aku nggak kuat lagi sayang, please aku.. mohon ” Kata Indra masih dengan terbata- bata dan wajah yang memelas. Entah karna tidak tega atau karena aku sendiri juga telah terlanjur terbakar birahi, aku diam saja ketika Indra kembali menggarap tubuhku.

    Bibir dan salah satu tangannya menggarap kedua buah dadaku, semenatar tangan yanga satunya lagi mengusap-usap paha dan selangkangan kakiku. Mataku benar-benar merem-melek merasakan kenikamatan itu. Sementara napasku juga semakin terengah-engah. Tiba-tiba Indra beranjak dan denagn cepat melepas semua pakaian yang menempel ditubuhnya.

    Kini ia sama denganku, telanjang bulat-bulat. ya ampun, aku tidak dpat percaya, kini aku telanjang dalam satu kamar denagn laki-laki yang bukan suamaiku, ohh. Aku melihat tubuh Indra yang memang benar-benar atletis, besar dan kekar terutama otot-otot perutnya. Ia lebih tinggi dan lebih besar dibandingkan dengan suamiku yang berperawakan sedag-sedang saja.

    Tetapi yang membuat dadaku berdegub lebih keras adalah benda diselangkangan Indra. Benda yang besarnya hampir sama denagn lenganku itu berwarna coklat muda dan kinin tegak mengacung. Panjangnya kutaksir tidak kurang dari 22 cm, atau hampir dua kali lipat dibanding milik suamiku, sementara besarnya sekitar 3 sampai 4 kali lipatnya. Sungguh aku tak percaya, laki-laki semuda Indra memiliki penis sebesar dan sepanjang ini.

    Perasaanku bercampur baur antara ngeri, gemes dan penasaran. Kini tubuh telanjang Indra mendekapku. Darahku seperti terkesiap ketika merasakan dada bidang Indra menempel erat dadaku. Ada sensasi hebat yang melandaku, ketika dada yang kekar itu merapat dengan tubuhku. Ohh, baru kali ini kurasakan dekapan lelaki lain selain suamiku. Ia masih meciumi sekujur tubuhku, sementara tangannya juga tidak kenal lelah meremas-remas buah dadaku yang semakin kenyal.

    Sekali lagi, sebelumnya tidak pernah kurasakan sensasi dan rangsangan sedahsyat ini. Aku tersentak ketika kurasakan ada benda yang masuk dan menggelitik lubang vaginaku. Ternyata Indra nekat memasukkan jari tangannya kecelah vaginaku.Ia memutar-mutar telunjuknya didalam lubang vaginaku, sehingga aku benar-benar hampir tidak kuat lagi menahan kenikmatan yang menderaku. Mendapat serangan yang luar biasa nikmat itu, secara refleks aku memutar-muatarkan pantatku.

    Toh, aku masih berusaha menolaknya. ” Ndra, jangan sampai dimasukkan jarinya, cukup diluaran saja..! ” Pintaku. Tetapi lagi-lagi Indra tidak menggubrisku. Selanjutnya ia menelusupkan kepalanya di selangkanganku, lalu bibir dan lidahnya melumat habis vaginaku. Aku tergetar hebat mendapatkan rangsangan ini. Tidak kuat lagi menahan kenimatan itu, tanpa sadar tanganku menjambak rambut Indra yang masih terengah-engah di selangkanganku.

    Kini aku telah benar- benar tenggelam dalam birahi. Ketika kenikmatan birahi benar- benar menguasaiku, dengan tiba-tiba, Indra melepaskanku dan berdiri di tepi tempat tidur. Ia mengocok- ngok batang penisnya yang berukuran luar biasa tersebut. ” Udah hampir setengah jam, dari tadi aku terus yang aktif, capek nih. Sekaran ganti Bu Atika dong yang aktif..! ” Kata Indra denagn manja. ” Ibu nggak bisa Ndra, lagian Ibu masih takut..! ” Jawabku dengan malu-malu. ” oke kalo gitu pegang aja iniku, please, kumohon sayang..” Ujarnya sambil menyodorkan batang penis besar itu kehadapanku. Dengan malu-malu kupegang batang yang besar dan berotot itu. Lagi-lagi berdebar-debar dan darahku berdesir ketika tanganku mulai memegang penis Indra. Sejenak aku sempat membayangkan bagaimana nikmatnya jiak penis yang besar dan keras itu dimasukkan kelubang vagina perempuan, apalagi jika perempuan itu aku. ” Besaran mana sama milik suami Ibu..? ” Goda Indra. Aku tidak menjawab walau dalam hati aku mengakui, penis Indra jauh lebih panjang dan lebih besar dibandingkan milik suamiku. Padahal usia Indra jauh lebih muda. ” Diapakan nih Ndra..? Sumpah Ibu gak bisa apa-apa ” Kataku berbohong sambil memegang penis Indra. ” Oke, biar gampang, dikocok aja sayang. Bisakan..? ” Jawab Indra dengan lembut. Dengan dada berdegub kencang, kukocok perlahan-lahan penis yang besar milik Indra. Ada sensasi tersendiri ketika aku mulai mengocok buah zakar Indra yang sangat besar tersebut. Gila, tanganku hampir tidak cukup memegangnya. Aku berharap dengan kukocok penisnya, sperma Indra cepat muncrat, sehingga ia tidak berbuat lebih jauh kepada diriku. Indra yang kini telentang disampingku memejamkan matanya ketika tanganku mulai naik turun mengocok batang zakarnya. Napasnya mendengus-dengus, tanda kalau nafsunya sudah meningkat lagi. Aku sendiri juga terangsang melihat tubuh tinggi besar dihadapanku seperti tidak berdaya dikuasai rasa nikmat.


    Tiba-tiba ia memutar tubuhnya, sehingga kepalanya kini etapt berada diselangkanganku sebaliknya kepalaku juga tepat menghadap selangkangannya. Indra kembali melumat lubang kemaluanku. Lidahnya menjilat-jilat tanpa henti di rongga vaginaku. Sementara aku masih terus mengocok batang zakar Indra dengan tanganku. Kini kami berdua berkelejotan, sementara napas kami juga saling memburu. Setelah itu Indra beranjak dan dengan cepat ia menindihku. Dari kaca lemari yang terletak disebelah samping tempat tidur, aku bisa melihat tubuh rampingku seperti tenggelam dikasur busa ketika tubuh Indra yang tinggi besar mulai menindihku. Dadaku deg-degan melihat adegan kami melalui kaca lemari itu. Gila batinku, kini aku yang telanjang digumuli oleh lelaki yang juga sedang telanjang, dan laki-laki itu bikan suamiku. Indra kembali melumat bibirku. kali ini teramat lembut. Gilanya lagi, aku tanpa malu lagi membalas ciumannya. Lidahku kujulurkan untuk menggelitik rongga mulut Indra. Indra terpejam merasakan seranganku, sementara tanganku kekarnya masih erat memelukku, seperti tidak akan dilepas lagi.

    Bermenit-menit kami terus berpagutan saling memompa birahi masing-masing. Peluh kami mengucur deras dan berbaur ditubuhku dan tubuh Indra. Dalam posisi itu tiba- tiba kurasakan ada benda yang kenyal mengganjal diatas perutku. Ohh, aku semakin terangsang luar biasa ketika kusadari benda yang mengganjal itu adalah batang kemaluan Indra. Tiba-tiba kurasakan batang zakar itu mengganjal tepat dibibir lubang kemaluanku. Rupanya Indra nekat berusaha memasukkan batang penisnya kevaginaku. Tentu saja aku tersentak. ” Ndra.. jangan dimasukkan..! ” Kataku sambil tersengal-sengal menahan nikmat. Aku tidak tahu apakah permintaan aku itu tulus , sebab disisi hatiku yang lain sejujurnya aku juga ingin merasakan betapa nikmatnya ketika batang kemaluan yang besar itu masuk kelubang vaginaku. ” Oke.. kalau nggak boleh diamasukkan, kugesek-gesekkan dibibirnya saja ya..? ” Jawab Indra juga dengan napas yang terengah-engah. Kemudian Indra kembali memasang ujung penisnya tepat dicelah vaginaku. Sungguh aku deg-degan luar biasa ketika merasakn kepala batang penis itu menyentuh bibir vaginaku. Namun karna batang zakar Indra memang berukuran super besar, Indra sangat sulit memasukkannnya kedalam celah bibir vaginaku. Padahal jika aku bersetubuh denagn suamiku penis suamiku masih terlalu kekecilan untuk ukuran lubang senggamaku. Setelah sedikit dipaksa, akhirnya ujung kemaluan Indra berhasil menerobos bibir vaginaku. Ya ampun, aku menggeliat hebat ketika ujung penis yang besra itu mulai menerobos masuk. Walau pun mulanya sedikit perih, tetapi selanjutnya rasa nikmatnya sungguh tada tiara. Seperti janji Indra, penisnya berukuran jumbo itu hanya hanya digesek-gesekan dibibir vagina saja. Meskipun hanya begitu, kenikamatan yang kurasa betul-betul membuatku hampir teriak histeris. Sungguh batang zakar Indra itu luar biasa nikmatnya.

    Indra terus menerus mamaju- mundurkan batang penis sebatas dibibir vagina. keringat kami berdua semakin deras mengalir, semenatara mulut kami masih terus berpagutan. ” Ayoohh.. ngoommoong saayang, giimaanna raasaanyaa..? ” Kata Indra tersengal-sengal. ” Oohh.. teeruuss.. Ndraa.. teeruss..! ujarku sama-sama tersengal. Entah bagaimana awal mulanya, tiba- tiba kurasakan batang kemaluan yang besar itu telah amblas semua kevaginaku. Bless, perlahan tapi pasti abtang kemaluan yang besar itu melesak kedalam libang kemaluanku. Vaginaku terasa penuh sesak oleh batang penis Indra yang sangat- sangat besar itu. “ Lohh..? Ndraa..! Dimaassuukiin seemmua yah..? ” Tanyaku. ” Taanguung, saayang. Aku nggak tahhan..! ” Ujarnya dengan terus memompa vaginaku secara perlahan. Entahlah,kali ini aku tidak protes. Ketika batang penis itu amblas semua divaginaku, aku hanya dapat terengah-engah dan merasakan kenikmatan yang kini semakin tertahankan. Begitu besarnya penis si Indra, sehingga lubang vaginaku terasa sangat sempit. Sementara karna tubuhnya yang berat, batang penis Indra semakin tertekan kedalam vaginaku dan melesak hingga kedasar rongga vaginaku. Sangat terasa sekali bagaimana rasanya batang zakar menggesek-gesek dinding vaginaku.


    Tanpa sadar aku pun mengimbangi genjotan Indra dengan menggoyang pantatku. Kini tubuh rampingku seperti timbul tenggelam diatas kasur busa ditindih oleh tubuh besar dan kekearnya Indra. Semakin lama, genjotan Indra semakin cepat dan keras, sehingga badanku tersentak- sentak dengan hebat. Clep.. , clep.. , clep.. , cleep.. , begitulah bunyi batang zakar Indra yang terus memompa selangkanganku. ” Teerruss Nndraa..! Aakuu.. nggaak.. kuuaatt..! ” Erangku berulang-ulang. Sungguh ini permainan seks yang paling nikmat yang pernah kurasakan dalam sepuluh tahun ini. Aku sudah tidak berpikir lagi tentang kesetiaan kepada suamiku. Indra benar-benar telah menenggelamkan aku dalam gelombang kenikmatan. Persetan, toh suamiku sendiri sudah tak bisa lagi memberikan aku kepuasan sedahsyat dan kenikmatan seperti ini. Tidak berapa lama kemudian, aku merasakan nikmat yang luar biasa disekujur tubuhku. Badanku mengelepar-gelepar dibawah genjcetan tubuh Indra. Seketika itu seperti tidak sadar, kuciumi lebih berani bibir Indra dan kupeluk erat- erat. ” Nndraa.. aakkuu.. haampiir.. oorrgaassmmee..! ” desahku ketika hampir mencapai puncak kenikamatan. Tahu aku hampir orgasme, Indra semakin kencang menghunjam-hunjamkan batang kejantanannya keselangkanganku. Saat itu tubuhku semakin meronta- ronta dibawah dekapan Indra yang kuat. Akibatnya, tidak lama kemudian aku benar-benar mencapai klimaks. ” Kaalauu.. uudahh.. orrgassme.. ngoommoong.. saayaang.. biaarr.. aakuu.. ikuut.. puuaas.! ” Desah indra. ” ooh.. aauuhh.. aakkuu.. klimaks.. Nndraa..! ” Jawabku. Seketika dengan refleks tangan kananku menjambak rambut Indra, sedangkan tangan kiriku memeluknya erat-erat.

    Pantatku kunaikkan keatas agar batang kemaluan si Indra dapat menancap sedalam- dalamnya. Setelah kenikmatan puncak itu, tubuhku melemas denagn sendirinya. Indra juga menghentikan genjotannya. ” Aku belum keluar sayang.. Tahan sebentar ya.. Aku terusin dulu..! ” Ujarnya lembut sambil mengecup pipiku. Gila aku bisa orgasme walaupun posisiku dibawah. Padahal jika dengan suamiku, untuk orgasme aku harus berposisi diatas dulu. Tentu saja ini semua karna Indra yang ajuh lebih perkasa diabandingkan suamiku. Walau pun usia mereka trerpaut jauh dan Indra jauh lebih muda. Selain itu batan kejantanannya memang sangat luar biasa besar dan nikmat luar biasa buat vagina perempuan. Meskipun kurasakan sedikit ngilu, kubiarkan Indra memompa terus lubang vaginaku. Karena lelah, aku pasif saja saat Indra terus menggumuliku. Tanpa perlawanan, kini badanku yang kecil dan ramping benar-benar tenggelam ditindih tubuh atletis Indra. Clep.. clep.. clep.. clep. Kulirik kebawah untuk melihat vaginaku yang dihajar batang kejantanan Indra. Gila, vaginaku dimasuki penis sebesar itu. Dan yang lebih gila lagi, batang zakar besar seperti itu nikmatnya tiada terkira. Indra semakin lama semakin kencang memompanya penisnya. Sementara mulutnya tidak henti-hentinya menciumi pipi, bibir dan buah dadaku. Mendapat rangsangan tanpa henti seperti itu tiba-tiba nafsuku bangkit kembali.

    Kurasakan kenikmatan mulai merambat lagi dari selangkanganku yang dengan kencang dipompa si Indra. Maka aku balik membalas ciuman Indra, semantara pantatku kembali berputar-putar mengimbangi penis Indra yang masih perkasa menusuk-nusuk lubang vaginaku. ” Iibuu ingiin.. lagii..? ” Tanya Indra. ” Eehh..” Hanya itu jawabku. Kini kami kembali mengelapar-gelepar bersama. Tiba-tiba Indra bergulung, sehingga posisinya kini berbalik, aku diatas, Indra dibawah. ” Ayoohh gaantii..! Iibu seekaarang di ataass..” Kata Indra. Dengan posisi tubuh diatas Indra, pantatku kuputar-putar, maju- mundur, kiri-kanan, untuk mengocok batang penis Indra yang masih mengacung dilubang vaginaku. Dengan masih malu-malu aku juga ganti menjilati leher dan puting Indra. Indra yang telentang dibawahku hanya dapat merem-melek karna kenikmatan yang kuberikan. ” Tuuh.. biisaa kaan..! Kaatanya taa.. dii.. nggak.. bisa.. , ” Kata si Indra sambil membalas menciumku dan meremas-remas buah dadaku. Hanya selang lima menit saat aku diatas tubuh Indra, lagi-lagi kenimatan tak terkira menderaku. Aku semakin kuat menghunjam- hunjamkan vaginaku kebatang penis Indra. Tubuhku yang ramping makin erat mendekap Indra. Aku juga semakin liart membalas ciuman Indra. ” Nddraa.. aakuu.. haampiir.. orgasme.. laaggii.. ssaayaang..! ” Kataku terengah-engah. Tahu kalau aku akan orgasme untuk yang kedua kalinya, Indra langsung bergulung membalikku, sehingga aku kembali dibawah. Dengan napas yang terengah-engah, Indra yang telah berada diatas tubuhku semakin cepat memompa selangkanganku. Tak ayal lagi, rasa nikmat tiada tara terasa disekujur tubuhku.

    Lalu rasa nikmat itu seperti mengalir dan berkumpul ke selangkanganku. Indra kupeluk sekuat tenaga, sementara napasku semakin tak menentu. ” Kalau mau 0rgasmee ngomong sayang, biaar lepaass..! ” Desah indra. Karna tidak kuat lagi menahan nikmat, aku pun mengerang keras. ” Teruss.. , teruss.. , akuu.. orgasmee Ndraa..! ” Desahku, sementara tubuhku masih terus menggelepar- gelepar dalam tindihan tubuh Indra. Belum reda kenikmatan klimaks yang kurasakan, tiba-tiba Indra mendengus-dengus semakin cepat. Tangan kekarnya mendekapku erat- erat seperti ingin meremukkan tulang-tulangku. Ia benar-benar membuatku tak bisa bergerak, dan napasnya terus memburu. Genjotannya di vaginaku semakin cepat dan keras. Kemudian tubuhnya bergetar hebat. ” Buu.. , akuu.. , maauu.. , keluuarr sayang..! ” Erangnya tidak tertahankan lagi. Melihat Indra yang hampir keluar, pantatku kuputar-putar semakin cepat. Aku juga semakin erat memeluknya. Crot.. crot.. crot..! Sperma Indra terasa sangat deras muncrat dilubang vaginaku. Indra memajukan pantatnya sekuat tenaga, sehingga batang kejantanannya benar-benar menancap sedalam-dalamnya di lubang kemaluanku. Aku merasa lubang vaginaku terasa sangat hangat oleh cairan sperma yang mengucur dari kemaluan si Indra. Gila, sperma Indra luar biasa banyaknya, sehingga seluruh lubang vaginaku terasa basah kuyup. Bahkan karna sangking banyaknya, sperma Indra belepotan hingga ke bibir vagina dan pahaku. Berangsur-angsur gelora kenikmatan itu mulai menurun.


    Untuk beberapa saat Indra masih menindihku, keringat kami pun masih bercucuran. setelah itu ia berguling kesampingku. Aku termenung menatap langit-langit kamar. Begitu pun dengan Indra. Ada sesal yang mengendap dihatiku. Kenapa aku harus menodai kesetiaan terhadap perkimpoianku, itulah pertanyaan yang bertalu-talu mengetuk perasaanku. ” Maafkan aku Bu Tika. Aku telah khilaf dan memaksa Ibu melakukan perbuatan ini ” Ujar Indra denagn lirih. Aku tidak menjawab, kami berdua kembali termenung dalam alm pikiran masing-masing. Bermenit-menit kemudian tak ada sepatah kata pun yang keluar dari mulut kami berdua. ” Heei suadah siang lho.. ayo pulang..! ” Teriak kawan Indra disertai ketoak pada pintu. Denagn masih tetap diam, aku dan Indra segera beranjak, berbenah lalu berjalan keluar kamar. Tanpa kata- kata pula Indra mengecup bibirku saat pintu kamar akan dibuka. ” Hayo Ndra, kamu apain Bu Atika sampai pintunya ditutup segala ” Kelakar kawan Indra. ” Ah nggak apa-apa kok, kami cuma ketiduran tadi ” Jawabku degan perasaan malu. Sementara Indra cuma tersenyum.

    Seminggu sejak kejadian itu rasa sesal masih menderaku. Tetapi menginjak minggu kedua muncul rasa rindu pada Indra. Dadaku sering berdebar-debar kalau mengingat kenikamatan luar biasa yang telah diberikan Indra. Aku selalu terbayang keperkasaan Indra diatas ranjang, yang itu semua tidak dimiliki oleh suamiku yang dimakan usia. Sementara aku yang rajin merawat tubuh malah makin ingin merasakan kenikmatan yang lebih. Maka sejak itu aku sering jalan-jalan dengan Indra. Bahkan hampir rutin sebulan 2 sampai 4 kali aku melepas hasrat pada Indra yang selalu melayaniku. Dan dtiap kencan selalu saja ada hal-hal baru yang membuatku semakin terikat oleh keperkasaannya.

  • Kisah Memek Korban Pelampiasan Nafsu Keluargaku

    Kisah Memek Korban Pelampiasan Nafsu Keluargaku


    2534 views

    Duniabola99.com – Saya disebut anak dari keluarga broken home kelihatannya tidak dapat, meskipun bapak serta ibuku bercerai waktu saya barusan di terima di perguruan tinggi. Ada ketidakcocokan dan sebagian pertikaian yang kerapkali berlangsung sangat terpaksa meluluh-lantakkan pernikahan mereka yang waktu itu sudah berumur 18 th. dengan saya jadi putri tunggal mereka.


    Keluargaku waktu itu hidup berkecukupan. Ayahku yang berkedudukan jadi seseorang petinggi teras satu departemen memanglah memberi nafkah yang cukup bagiku serta ibuku, meskipun ia bekerja dengan jujur serta jauh dari korupsi, tidak seperti beberapa petinggi beda biasanya.

    Dari sisi materi, memanglah saya tidak mempunyai problem, demikian halnya dari sisi fisikku. Kuakui, wajahku termasuk cantik, mata indah, hidung bangir, dan dada yang membusung walaupun tidaklah terlalu besar ukurannya. Semuanya ditambah dengan badanku yang tinggi semampai, sedikit lebih tinggi dari rata-rata gadis seusiaku, memanglah membuatku lebih menonjol dibanding yang beda. Bahkan juga saya jadi mahasiswi baru primadona di universitas.

    Walau demikian karna pengawasan orang tuaku yang ketat, di samping pendidikan agamaku yang cukup kuat, saya jadi seperti anak ibu. Tidak seperti remaja-remaja biasanya, saya tidak sempat pergi keluyuran ke luar tempat tinggal tanpa ada ditemani bapak atau ibu.


    Tetapi sesudah perceraian itu berlangsung, serta saya turut ibuku yang menikah sekali lagi dua bulan lalu dengan duda berputra satu, seseorang entrepreneur restoran yang cukup berhasil, saya mulai berani pergi keluar tempat tinggal tanpa ada didampingi satu diantara orang tuaku. Itupun masih tetap tidak sering sekali. Bahkan juga ke diskotik juga saya cuma sempat 1x. Itu juga sesudah dibujuk bujuk oleh seseorang lelaki rekan kuliahku. Kemudian saya kapok. Mungkin saja karna baru pertama kesempatan ini saya pergi ke diskotik, barusan duduk sepuluh menit, saya telah rasakan pusing, tidak tahan dengan nada musik disko yang bising berdentam-dentam, ditambah dengan bau asap rokok yang penuhi ruang diskotik itu.

    “Don, kepala gue pusing. Kita pulang saja yuk. ”
    “Alaa, Mer. Kita kan baru hingga disini. Masa belum juga apa-apa telah ingin pulang. Rugi kan. Lagian kan masih tetap sore. ”
    “Tapi gue telah tidak tahan sekali lagi. ”
    “Gini deh, Mer. Gue kasih elu obat pembasmi pusing. ”
    Rekanku itu memberikanku tablet yang berwarna putih. Saya juga segera menelan obat sakit kepala yang diberikannya.
    “Gimana saat ini rasa-rasanya? Enak kan? ”
    Saya mengangguk. Memanglah rasa-rasanya kepalaku telah mulai tidak sakit sekali lagi. Namun sekonyong-konyong mataku berkunang-kunang. Seperti aliran aneh menjalari sekujur badanku. Pada sadar serta tidak sadar, kulihat rekanku itu tersenyum. Kurasakan ia memapahku keluar diskotik. “Ini cewek sekali lagi mabuk”, tuturnya pada petugas keamanan diskotik yang menanyainya. Lantas ia menggerakkan mobilnya ke satu motel yg tidak demikian jauh dari tempat itu.

    Setiba di motel, rekanku memapahku yang terhuyung-huyung masuk kedalam satu kamar. Ia membaringkan badanku yang terlihat menggeliat-geliat diatas ranjang. Lalu ia menindih badanku yang tergeletak tidak berdaya di kasur. Rekanku dengan gemas mencium bibirku yang merekah mengundang. Ke-2 belah buah dadaku yang ranum serta kenyal merapat pada dadanya. Darah kelaki-lakiannya secara cepat makin tergugah untuk menggagahiku. “Ouuhh.. Don! ” desahku.


    Rekanku mencapai badanku yang ramping. Ia selekasnya mendekapku serta mengulum bibirku yang ranum. Lantas diciuminya sisi telinga serta leherku. Saya mulai menggerinjal-gerinjal. Disamping itu tangannya mulai buka satu persatu kancing blus yang kupakai. Lalu dengan sekali sentakan kasar, ia menarik terlepas tali BH-ku, hingga badan sisi atasku terbuka lebar, siap untuk dijelajahi. Tangannya mulai meraba-raba buah dadaku yang memiliki ukuran cukup besar itu. Merasa satu kesenangan sendiri pada syarafku saat buah dadaku dipermainkan olehnya. “Don.. Ouuhh.. Ouuhh.. ” rintihku waktu tangan rekanku tengah asik menjamah buah dadaku.

    Selang beberapa saat tangannya sesudah senang berpetualang di buah dadaku samping kiri, saat ini beralih ke buah dadaku yang satu sekali lagi, sedang lidahnya masih tetap menggumuli lidahku dalam ciuman-ciumannya yang penuh tekanan nafsu yang makin menjadi-jadi. Lantas ia melepaskan celana panjangku. Tampaklah pahaku yang putih serta mulus itu. Matanya terbelalak memandangnya. Rekanku itu mulai menyelusupkan tangannya ke balik celana dalamku yang berwarna kuning muda. Dia mulai meremas-remas ke-2 belah gumpalan pantatku yang memanglah montok itu.

    “Ouh.. Ouuh.. Janganlah, Don! Janganlah! Ouuhh.. ” jeritku saat jari-jemari rekanku mulai menyentuh bibir kewanitaanku. Tetapi jeritanku itu tidak diindahkannya, demikian sebaliknya ia jadi makin bergairah. Ibu jarinya mengurut-urut klitorisku dari atas ke bawah berkali-kali. Saya makin menggerinjal-gerinjal serta berkali-kali menjerit.


    Kepala rekanku turun ke arah dadaku. Ia menciumi belahan buah dadaku yang laksana lembah diantara dua buah gunung yang menjulang tinggi. Saya yang seperti tersihir, makin menggerinjal-gerinjal serta merintih ketika ia menciumi ujung buah dadaku yang kemerahan. Mendadak saya seperti terperanjat saat lidahnya mulai menjilati ujung puting susuku yang tidaklah terlalu tinggi namun mulai mengeras serta terlihat mengundang selera. Seperti memperoleh kemampuanku kembali, selekasnya kutampar berwajah. Rekanku itu yang kaget terlempar ke lantai. Saya selekasnya kenakan bajuku kembali serta lari ke luar kamar. Ia cuma terpana memandangiku. Mulai sejak waktu itu saya bersumpah akan tidak sempat ingin ke beberapa tempat sesuai sama itu sekali lagi.

    Telah dua th. berlalu saya serta ibuku hidup dengan bapak serta adik tiriku, Rio, yang umurnya tiga th. lebih muda dariku. Kehidupan kami jalan normal layaknya seperti keluarga bahagia. Saya juga yang waktu itu telah di semester enam kuliahku, di terima bekerja jadi teller di satu bank swasta nasional papan atas. Walau saya belum juga usai kuliah, tetapi karena penampilanku yang menarik serta keramah-tamahanku, saya dapat di terima di situ, hingga saya juga memiliki hak kenakan pakaian seragam baju atas berwarna putih agak krem, dengan blazer merah yang sewarna dengan rokku yang ujungnya sedikit diatas lutut.

    Hingga satu waktu, mendadak ibuku terserang serangan jantung. Sesudah diopname sepanjang dua hari, ibuku meninggal dunia meninggalkan saya. Rasa-rasanya seperti langit roboh menimpaku waktu itu. Mulai sejak itu, saya cuma tinggal bertiga dengan bapak tiriku serta Rio.


    Sepeninggal ibuku, sikap Rio serta ayahnya mulai beralih. Mereka berdua sekian kali mulai berlaku kurang ajar terhadapku, terlebih Rio. Bahkan juga satu hari waktu saya ketiduran di sofa karna kecapaian bekerja di kantor, tanpa ada kusadari ia memasukkan tangannya kedalam rok yang kupakai serta meraba paha serta selangkanganku. Saat saya terbangun serta memarahinya, Rio jadi mengancamku. Lalu ia bahkan juga melepas celana dalamku. Namun untung saja, kemudian ia tidak melakukan perbuatan lebih jauh. Ia cuma memandangi kewanitaanku yang belum juga banyak ditumbuhi bulu sembari menelan air liurnya. Lantas ia pergi demikian saja meninggalkanku yang segera saja membereskan bajuku kembali. Diluar itu, Rio seringkali kutangkap basah mengintip badanku yang bugil tengah mandi lewat lubang angin kamar mandi. Saya masih tetap berlapang dada terima semua perlakuan itu. Ketika itu saya barusan pulang kerja dari kantor. Ah, rasa-rasanya hari ini capek sekali. Barusan di kantor sepanjang hari saya repot melayani nasabah-nasabah bank tempatku bekerja yang menarik uang dengan besar-besaran. Tak tahu karna apa, hari ini bank tempatku bekerja terserang rush. Menginginkan rasa-rasanya saya segera mandi. Namun kulihat pintu kamar mandi tertutup serta tengah ada orang yang mandi di dalamnya. Kubatalkan niatku untuk mandi. Kupikir sembari menanti kamar mandi kosong, tambah baik saya berbaring dahulu melepas capek di kamar. Pada akhirnya sesudah melepas sepatu serta melepaskan blazer yang kukenakan, saya juga segera membaringkan badanku tengkurap diatas kasur di kamar tidurnya. Ah, merasa enaknya tidur di kasur yang sekian empuknya. Tidak merasa, karna rasa kantuk yang tidak tertahankan sekali lagi, saya juga tertidur tanpa ada pernah beralih tempat.

    Saya tidak mengerti ada seorang buka pintu kamarku dengan perlahan, nyaris tidak menyebabkan nada. Orang itu lantas dengan mengendap-endap menghampiriku yang masih tetap terlelap. Lalu ia naik ke atas tempat tidur. Mendadak ia menindih badanku yang masih tetap tengkurap, sesaat tangannya meremas-remas belahan pantatku. Saya saat itu juga bangun serta meronta-ronta sekuat tenaga. Tetapi orang itu lebih kuat, ia melepas rok yang kukenakan. Lalu dengan secepat kilat, ia menyisipkan tangannya kedalam celana dalamku. Dengan ganasnya, ia meremas-remas gumpalan pantatku yang montok. Saya makin memberontak pada saat tangan orang itu mulai mempermainkan bibir kewanitaanku dengan ahlinya. Sesekali saya mendelik-delik waktu jari telunjuknya dengan berniat berkali-kali menyentil-nyentil klitorisku.

    “Aahh! Jangaann! Aaahh..! ” saya berteriak-teriak keras saat orang itu menyodokkan jari telunjuk serta jari tengahnya sekalian kedalam kewanitaanku yang masih tetap sempit itu, sesudah celana dalamku ditanggalkannya. Walau demikian ia mengacuhkanku. Tanpa ada memedulikan saya yang selalu meronta-ronta sembari menjerit-jerit kesakitan, jari-jarinya terus-menerus merambahi lubang kenikmatanku itu, makin lama makin tinggi intensitasnya.


    Saya bersukur dalam hati saat orang itu hentikan perbuatan gilanya. Walau demikian nampaknya itu tidak bertahan lama. Dengan hentakan kasar, orang itu membalikkan badanku hingga tertelentang menghadapnya. Saya terkejut sekali ketahui siapa orang itu sesungguhnya.
    “Rio.. Anda.. ” Rio cuma menyeringai buas.
    “Eh, Mer. Saat ini elu bisa berteriak-teriak sepuasnya, tak ada sekali lagi orang yang bakalan membantu elu. Terlebih si nenek tua itu telah dapats! ”
    Astaga Rio mengatakan ibuku, ibu tirinya sendiri, jadi nenek tua. Keparat.

    “Rio! Janganlah, Rio! Janganlah kerjakan ini! Gue kan kakak elu sendiri! Janganlah! ”
    “Kakak? Denger, Mer. Gue tidak sempat nganggap elu kakak gue. Siapa suruh elu jadi kakak gue. Yang gue tau hanya ayah gue kawin sama nenek tua, ibu elu! ”
    “Rio! ”
    “Elu kan cewek, Mer. Ayah telah ngebiayain elu hidup serta kuliah. Kan tak ada kelirunya gue jadi anaknya ngewakilin dia untuk memohon imbalan dari elu. Bales budi dong! ”
    “Iya, Rio. Namun bukanlah begini langkahnya! ”
    “Heh, yang gue butuhin hanya badan molek elu, tidak ingin yang beda. Gue tidak ingin tau, elu ingin kasih apa tidak! ”
    “Errgh.. ”

    Saya tidak bisa melakukan perbuatan apa-apa sekali lagi. Mulut Rio secepat kilat memagut mulutku. Dengan memaksa ia melumat bibirku yang merekah itu, membuatku nyaris tidak dapat bernafas. Saya coba meronta-ronta melepas diri. Namun cekalan tangan Rio tambah lebih kuat, membuatku tidak berdaya. “Akh! ” Rio kesakitan pada saat kugigit lidahnya dengan cukup keras. Namun, “Plak! ” Ia menampar pipiku dengan keras, buat mataku berkunang-kunang. Kugeleng-gelengkan kepalaku yang merasa seperti berputar.


    Tanpa ada ingin menghabiskan waktu sekali lagi, Rio keluarkan sebagian utas tali sepatu dari dalam saku celananya. Lalu ia membentangkan ke-2 tanganku, serta mengikatnya semasing di ujung kiri serta kanan tempat tidur. Demikian pula ke-2 kakiku, tidak luput diikatnya, hingga badanku jadi terpentang tidak berdaya diikat di ke-4 arah. Oleh karna kencangnya ikatannya itu, badanku tertarik cukup kencang, buat dadaku lebih tegak membusung. Lihat panorama yang indah ini buat mata Rio lebih menyalang-nyalang bernafsu.

    Tangan Rio mencengkeram kerah blus yang kukenakan. Satu persatu dibukanya kancing penutup blusku. Sesudah kancing-kancing blusku terbuka semuanya, ditariknya blusku itu ke atas. Lalu dengan sekali sentakan, ditariknya terlepas tali pengikat BH-ku, hingga buah dadaku yang membusung itu terhampar bebas di depannya.

    “Wow! Elu miliki toket bagus gini kok tidak bebrapa katakan, Mer! Auum! ” Rio segera melahap buah dadaku yang ranum itu. Gelitikan-gelitikan lidahnya pada ujung puting susuku membuatku menggerinjal-gerinjal kegelian. Namun saya tidak dapat melakukan perbuatan apa-apa. Makin keras saya meronta-ronta nampaknya ikatan tanganku makin kencang. Sakit sekali rasa-rasanya tanganku ini. Jadi saya cuma membiarkan buah dada serta puting susuku dilumat Rio sebebas yang ia sukai. Saya cuma dapat menengadahkan kepalaku menghadap langit-langit, pikirkan nasibku yang sial ini.


    “Aaarrghh.. Rio! Jangaann..! ” Lamunanku buyar saat merasa sakit di selangkanganku. Nyatanya Rio mulai menghujamkan kemaluannya kedalam kewanitaanku. Lebih lama jadi bertambah cepat, buat badanku tersentak-sentak ke atas. Lihat saya yang telah tergeletak pasrah, memberi rangsangan yang lebih hebat sekali lagi pada Rio. Dengan sekuat tenaga ia menaikkan dorongan kemaluannya masuk-keluar dalam kewanitaanku. Membuatku meronta-ronta tidak karuan.

    “Urrgh.. ” Pada akhirnya Rio telah tidak bisa menahan sekali lagi gejolak nafsu didalam badannya. Kemaluannya menyemprotkan cairan-cairan putih kental didalam kewanitaanku. Beberapa berceceran diatas sprei pada saat ia keluarkan kemaluannya, bercampur dengan darah yang mengalir dari dalam kewanitaanku, mengisyaratkan selaput daraku telah robek olehnya. Karna kelelahan, badan Rio segera tergolek di samping badanku yang bermandikan keringat dengan nafas terengah-engah.

    “Braak! ” Saya serta Rio terperanjat mendengar pintu kamar terbuka ditendang cukup keras. Lega hatiku lihat siapa yang mengerjakannya.
    “Papa! ”
    “Rio! Apa-apa sich anda ini?! Cepat anda lepaskan Merry! ”
    Ah, pada akhirnya neraka jahanam ini selesai juga, fikirku. Rio mematuhi perintah ayahnya. Selekasnya dibukanya semua ikatan di tangan serta kakiku. Saya bangkit serta selekasnya lari menghambur ke arah bapak tiriku.
    “Sudahlah, Mer. Maafin Rio ya. Itu kan telah terjadi”, kata bapak tiriku menentramkan saya yang selalu menangis dalam dekapannya.
    “Tapi, Pa. Bagaimana nasib Meriska? Bagaimana, Pa? Aaahh.. Papaa! ” tangisanku beralih jadi jeritan saat itu juga ketika bapak tiriku mengangkat badanku sedikit ke atas lalu ia menghujamkan kemaluannya yang telah dikeluarkannya dari dalam celananya kedalam kewanitaanku.


    “Aaahh.. Papaa.. Jangaan! ” Saya meronta-ronta keras. Tetapi dekapan bapak tiriku yang demikian kencang buat rontaanku itu tidak bermakna apa-apa untuk dianya. Bapak tiriku makin ganas menyodok-nyodokkan kemaluannya kedalam kewanitaanku. Ah! Bapak serta anak sama juga, fikirku, demikian teganya mereka menyetubuhi anak serta kakak tiri mereka sendiri.

    Saya menjerit panjang kesakitan pada saat Rio yang telah bangkit dari tempat tidur memasukkan kemaluannya kedalam lubang anusku. Saya rasakan rasa sakit yang nyaris tidak tertahankan sekali lagi. Bapak serta kakak tiriku itu keduanya sama menghunjam badanku yang tidak berdaya dari ke-2 arah, depan serta belakang. Karena kelelahan bercampur dengan kesakitan yang tidak terhingga pada akhirnya saya tidak rasakan apa-apa sekali lagi, tidak sadarkan diri. Saya telah tidak ingat sekali lagi apakah Rio serta ayahnya masih tetap mengagahiku atau tidak kemudian.

    Sebagian bulan sudah berlalu. Saya terasa mual serta berulang-kali muntah di kamar mandi. Pada akhirnya saya memeriksakan diriku ke dokter. Nyatanya saya dinyatakan positif hamil. Hasil diagnosis dokter ini seperti gada raksasa yang menghantam wajahku. Saya memiliki kandungan? Kebingungan-kebingungan terus-menerus menyelimuti benakku. Saya tidak paham dengan tentu, siapa bapak dari anak yang saat ini berada di kandunganku ini. Bapak tiriku atau Rio. Cuma mereka berdua yang sempat menyetubuhiku. Saya bingung, apa status anak dalam kandunganku ini. Yang tentu ia yaitu anakku. Lantas apakah ia juga sekalian adikku dengan kata lain anak bapak tiriku? Atau mungkin ia juga sekalian keponakanku sebab ia yaitu anak adik tiriku sendiri?
    Tolongkah saya, wahai pembaca yang budiman!

  • Kisah Memek Ku Ikhlas Kan Keperjakaan Ku

    Kisah Memek Ku Ikhlas Kan Keperjakaan Ku


    2302 views

    Duniabola99.com – kesempatan ini bercerita pengalaman Seks dari seseorang mahasiswa yang melepas perjaka untuk pacar tercintanya. Pacar mahasiswa ini yaitu cucu dari Ibu kos yang dari mahasiswa itu. Saya sangka cukup gambaran dari narasi Seks ini, Segera saja yuk baca serta simak baik baik narasi saat ini.
    Perkenalkan namaku Helmi, usiaku sekarang ini 23 thn, statusku yaitu jadi mahasiswa disalah satu kampus di Bandung. Narasi seks yg juga akan kuceritakan ini berlangsung 1 thn yg kemarin. Telah agak lama memanglah sich, tp pengalaman Seks ku itu senantiasa terniang dibenakku. Pengalaman itu tdk juga akan sempat saya lupakan, karna memanglah itu yaitu pengalaman bercinta pertamaku dengan pacarku Yankg juga mahasiswi bernama Andin. Semula hubunganku bermula dari persahabatanku dengan Andin karna ia yaitu cucu dari ibu kosku. Andin ini datang dari Jawa timur, usianya lebih tua dariku 1 thn, serta dia saat ini tengah kuliah di Bandung namun berlainan Kampus denganku.


    Argumen Andin turut neneknya yaitu, karna Ke 2 orang tuanya sudah pisahlah ranjang sepanjang 2 thn (tp belum juga bercerai) serta Andin mulai tinggal dengan neneknya (ibu kosku) sejak ia masuk kuliah. Mungkin saja sangat panjang jika kuceritakan bagaimana akhirnya sampai kami berpacaran. Saya mujur miliki pacar seperti dia. Andin ini wajahnya cantik bertubuh sexy, serta berkulit putih mulus. Pokoknya dia ini yaitu wanita dambaan beberapa lelaki deh. Sesungguhnya kos-kosan Yankg saya tinggali ini adalh kosan kusus wanita, saya sendiri juga tidak tahu mengapa ibu kos ingin menerimaku untuk kos dirumahnya. Mungkin saja saja wajahku seperti anak Yankg sholeh barang kali ya. Hahahaha.

    Pada pertama kalinya kita berpacaran, Andin termasuk juga type wanita Yankg sulit dijamah, Jangankan untuk bercumbu, memegang tangannya saja susahnya minta ampun, ngak kebaYankg deh bagaimana susahnya bila ingin minta begituan sama Andin. Walau sebenarnya saya termasuk juga orang yg memiliki gairah seks Yankg lebih. Saya seringkali sekali lakukan masturbasi untuk melampiaskan nafsu sexku, sampai saat ini. Umumnya saya lakukan masturbasi hingga 2 kali satu hari. Tiap-tiap saya berfantasi serta gairah sexku datang, tentu kulakukan rutinitas jelekku itu. rutinitas itu saya kerjakan kadang-kadang dikamar mandi memakai sabun, sembari nonton DVD porno serta Yankg seringkali yaitu saat sembari tiduran telungkup diatas kasur sembari kugesek-gesekkan penisku.

    Saya rasakan nikmat tiap-tiap orgasme masturbasi. Back to story, mulai sejak saya serta Andin resmi jadian, baru dua minggu lalu dia ingin kucium pipinya. Itu juga sesudah lewat perbincangan yg panjang, pada akhirnya ia ingin juga kucium pipinya, serta saya senantiasa menginginkan rasakan serta mengecup sekali lagi mulai sejak waktu itu. Sampai disuatu malam, saat saat tunjukkan jam 9 malam, saya, Andin serta Rosa (rekan kosku) masih tetap asik melihat TV di ruangan tamu. Disamping itu, ibu kos dan 4 anak kos yg yang lain telah tertidur. Kami ber 3 duduk di atas karpet yg berada di ruangan tamu. Rosa duduk dimuka sesaat saya serta Andin duduk agak jauh dibelakang Rosa. Kami memiliki rutinitas mematikan lampu yg berada di ruangan tamu itu saat tengah melihat tv.

    Saat itu situasi ruang itu remang-remang, serta Rosa juga tampak masih tetap asik melihat serta Andin yg disampingku waktu itu cuma kenakan kaos ketat serta rok mini, sedang matanya masih tetap konsen melihat film itu. Kadang-kadang waktu pandangan Rosa tertuju pada TV, tanganku iseng-iseng memeluk pinggang Andin. Tak tahu Andin sangat memerhatikan film sampai tangannya tdk menepis waktu tanganku memeluk badannya yg padat. Dia jadi memegang rambutku, serta membiarkan kepalaku bertumpu di pundaknya. Kadang-kadang jika cocok iklan, Andin pura-pura menepiskan tanganku supaya perbuatanku tdk diliat Rosa. Serta waktu film diputar sekali lagi, kulingkarkan tanganku kembali.


    “ I love you, honey…. ” Bisikku di telinganya.
    Andin melihat ke arahku serta tanpa ada sepengetahuan Rosa, ia mendaratkan ciumannya ke pipiku. Oh my God, baru pertama kalinya saya di cium seseorang pacar, tanpa ada saya minta juga. Kondisi begini mendadak buat fikiranku jadi ngeres terlebih waktu Andin meremas tanganku yg waktu itu masih tetap melingkar di pinggangnya, serta matanya yg sayu sepintas melihat ke arah Rosa yg masih tetap nongkrong dimuka TV. Aman, fikirku. Terlebih ditambah ruang yg cuma memercayakan dari sinar Tv, jadi kadang-kadang tanganku meremas payudara Andin. Andin menggelinjang, kadang-kadang menahan nafas. Lutut kanannya ditekuk, sampai waktu tangan kiriku masuk kedalam daster sisi bawah yg agak terbuka dari barusan, sekalipun tdk di ketahui Rosa.

    Mungkin saja ia konsen dengan film, atau mungkin saja juga ia telah ngantuk karna kulihat dari barusan kadang-kadang ia mengangguk seperti orang ketiduran. Ciumanku saat ini sedikit menggebu-gebu, menelusuri leher Andin yg putih mulus sesaat tangan kiriku menggesek-gesekkan perlahan-lahan vagina Andin yg masih tetap terbungkus celana dalam. Ia mendesah serta mukanya mendongak ke atas waktu kurasakan celana dalamnya mulai basah serta hangat. Mungkin saja ia rasakan kesenangan, fikirku. Tanganku yg mulai basah oleh cairan vagina Andin cepat-cepat kutarik dari dalam roknya, saat mendadak Rosa bangkit serta lihat ke arah kami berdua. Kami berlaku seakan tengah konsen nonton juga,
    “ Saya ngantuk. Tidur duluan ya….. nih remote-nya! ” tutur Rosa sembari menyerahkan remote TV pada Andin.

    Rosa lalu masuk ke kamarnya serta mengunci pintu dari dalam. Saya yg barusan agak gugup, bersorak girang saat Rosa cuma pamitan ingin tidur. Saya fikir dia setdknya ketahui perbuatanku dengan Andin. Dapat mati saya. Andin yg mulai sejak barusan diam (mungkin saja karna gugup juga) matanya saat ini tertuju pada TV. Saya tahu dia juga pura-pura nonton, jadi waktu badannya kupeluk serta bibirnya kucium dia jadi membalas ciumanku.


    “ Kita janganlah di sini Say, kelak ketahuan…. ” Bisiknya di antara ciuman yg menggebu-gebu.
    Selekasnya kubimbing tangan Andin bangkit, sesudah mematikan TV serta mengunci kamar Andin, kuajak dia ke kamar samping yg kosong. Di sini tempatnya aman karna tiap-tiap yg juga akan masuk ke kamar ini mesti lewat pintu belakang atau depan. Jalan kami berjingkat agar orang yang lain yg sudah tertidur tdk mendengar beberapa langkah kami atau saat kami buka serta tutup kunci serta pintu kamar tengah dengan perlahan-lahan. Sesudah kukunci dari dalam serta kunyalakan lampu kamar kuhampiri Andin yg sudah duduk di pinggir ranjang.

    “ Saya cinta anda, Andin….. ” ujarku saat saya sudah duduk disebelahnya.
    Mata Andin menatapku lekat. Sesaat kulumat bibirnya perlahan-lahan serta Andin juga membalas buat lidah kami sama-sama beradu. Nafas kami kembali semakin memburu menahan rangsangan yg semakin menggebu-gebu. Desahan bibirnya yg tidak tebal semakin mengundang birahi serta nafsuku. Kuturunkan ciumanku ke lehernya serta tangannya menarik rambutku.

    Nafasnya mendesah. Saya tahu dia telah terangsang, lantas kulepaskan kaosnya. Payudaranya yg padat diisi tertutupi BH berwarna merah tua. Begitu putih kulitnya, mulus tidak ada cacat. Lalu bibir kami juga berciuman kembali sesaat tanganku repot melepas tali pengikat BH, serta tidak lama kemudian Ke 2 payudaranya yg sudah mengeras itu saat ini tanpa ada tertutupi kain sehelai juga. Lantas kubelai Ke 2 putingnya, serta Andin juga tersenyum manja,
    “ Mari Yank, kerjakanlah…. ” Katanya.

    Tidak kusia-siakan peluang ini, serta mulai kujilati payudaranya bertukaran. Sesaat tangan Andin menolong tanganku melepas baju yg masih tetap kukenakan. Kukecup putingnya sampai dadanya basah mengkilap. Begitu beruntungnya saya dapat nikmati semuanya yg ada ditubuhnya. Tangan kananku yg nakal mulai merambah turun masuk kedalam roknya, serta kugesek-gesekkan perlahan di bibir vaginanya. Andin menggelinjang menahan nikmat, kadang-kadang tangannya juga turut digesek-gesekkan kesekitar vaginanya sendiri. Bibirnya mendesah menahan
    kesenangan.

    Matanya terpejam, Sebentar lalu vaginanya mulai sedit basah. Serta kami juga mulai melepas celana kami semasing sampai badan kami betul-betul polos. Begitu indahnya badan Andin, terlebih saat kulihat vaginanya yg terselip di antara Ke 2 selangkangannya yg putih mulus.
    “ Wah.. punyamu oke Andin, Ok’s banget… ” ujarku terpana,
    Demikian mulus memanglah, ditambah dengan bulu-bulu lebat di sekitar sisi sensitifnya.
    “ Titit anda juga besar serta bertenaga. Saya sukai Yank…. ” Balasnya sembari tangannya mencubit perlahan kemaluanku yg telah tegak dari barusan,
    “ Come on Honey…. ” Pintanya menggoda,
    Saya tahu Andin telah demikian terangsang jadi lalu kusuruh Andin berbaring diatas kasur. Serta saya baringkan badanku terbalik, kepalaku ada di kakinya serta demikian sebaliknya (tempat 69). Kucium ujung kakinya perlahan serta lalu ciumanku menuju rimba lebat yg ada di antara Ke 2 selangkangannya. Kukecup perlahan bibir vaginanya yg telah basah, kujilat klitorisnya sesaat mulut Andin repot mengocok-ngocok kemaluanku. Bibir vaginanya yg merah itu kulumat habis tidak tersisa. Ehm, begitu enaknya punyamu Andin, fikirku. Ciumanku selalu nikmati klitoris Andin, sampai sekitaran vaginanya semakin basah oleh cairan yg keluar dari vaginanya.


    Ke 2 jari tanganku saya cobalah masukan lubang vaginanya serta kurasakan nafas Andin mendesah perlahan saat jariku kutekan keluar masuk,
    “ Ahh… nikmat Yanknn…ahhhh… ” erangnya.

    Kugesek-gesekkan Ke 2 jariku di antara bibir klitorisnya serta Andin semakin menahan nikmat. Selang 5 menit lalu kuhentikan gesekkan tanganku, serta kulihat Andin sedikit kecewa saat saya hentikan permainan jariku.

    “ Janganlah sedih Say, saya masih tetap miliki permainan yg menarik, okay? ”
    “ Oke. Saat ini saya yg mengatur permainan ya? ” katanya.
    Saya mengangguk. Jujur saja, saya lebih sukai bila pacar yg agresif. Andin juga bangkit, serta sesaat badanku masih tetap terbaring diatas kasur.

    “ Saya diatas, anda di bawah, okay? Tp anda janganlah nusuk dahulu ya Say? ”
    Tanpa ada menanti jawabanku badan Andin menindih badanku serta tangan kanannnya menuntun penisku yg sudah berdiri tegak mulai sejak barusan serta blessss……. ah, Andin terasa bahagia waktu semua penisku menembus vaginanya serta selalu masuk serta masuk menuju lubang kesenangan yg terdalam. Dia mengoyang-goyangkan pantatnya serta kadang-kadang pergerakannya memutar, bergerak mundur maju buat penisku yg tertanam bergerak bebas nikmati Vaginanya.

    Andin mendesah setiap saat pantatnya turun naik, rasakan peraduan dua senjata yg sudah tenggelam didalam surga. Tanganku meremas Ke 2 payudara Andin yg barusan selalu menggelayut manja. Rambutnya dilewatkan tergerai didera angin dingin yg terselip di antara kehangatan malam yg kami rasakan sekarang ini. Kubiarkan Andin selalu nikmati permainan ini. Waktu dia asik dengan permainannya kulingkarkan tanganku dipinggangnya serta kuangkat tubuhku yg terbaring mulai sejak barusan lalu lidah kami juga beradu kembali.

    “ Misalnya kita selalu dengan begini, begitu bahagianya hidupku ini Andin ” bisikku perlahan,
    “ Saya juga, serta ku mengharapkan kita senantiasa dengan selama-lamanya.. ”
    15 menit berlalu, kulihat gesekan pinggang Andin mulai lemah. Saya tahu bila dia mulai kecapekan serta saya yg ambil gagasan serangan. Kutekan naik turun pinggangku, sesaat Andin tetaplah bertahan diam. Serta nada cep-clep-clep… setiap saat penisku keluar masuk vaginanya,
    “ Ahh terusss Yanknnnn…. terusss…nikmattttt…ahh…ahhhh…. ” cuma kalimat itu yg keluar dari mulut Andin, serta saya juga semakin menggencarkan seranganku,
    Menginginkan kulibas habis semuanya yg ada pada vaginanya. Nada ranjang berderit, menaikkan hot permainan yg tengah kami kerjakan. Kutarik badan Andin tanpa ada melepas penisku yg tengah berlabuh dalam vaginanya serta kusuruh dia berdiri supaya kami lakukan pergerakan seks sembari berdiri.

    “ Anda miliki banyak model ya say? ” tuturnya menggoda.
    “ Iya dong, untuk kenikmatan anda juga ” jawabku sembari mulai menggesek-gesekan penisku kembali.

    “ Ahh teruss…terusss…… ” desah Andin saat penisku berkali-kali menerobos vaginanya.
    Kupeluk badan Andin erat sesaat jari tangan kirinya membelai lembut bulu-bulu vaginanya, serta kadang-kadang menolong penisku masuk kembali setiap saat lepas. Keringat membasahi badan kami. Lehernya yg mulus kucium perlahan, sesaat nafas kami mulai berdegup kencang.
    “ Yank, keteteran nih, ingin klimaks. Janganlah curang dong…. ”
    “ Oke, tahan dahulu Andin ” serta kucabut batang penisku yg sudah basah mulai sejak barusan.
    Kusuruh Andin nungging di ranjang, sesaat tanganku mengarahkan penisku yg sudah siap masuk kembali. Serta kumasukkan sedikit untuk sedikit sampai penisku ambles semuanya kedalam surga yg nikmat.


    “ Ah…tekan Yank…enaaaakkkkk…terusssss Yanknn…. ” Erangnya manja setiap saat penisku menari-nari didalam vaginanya.
    Tanganku memegang pinggangnya supaya pergerakanku teratur serta penisku tdk lepas,
    “ Ohh…nikmat sekali Yank…. teruss…. terusss…… ” desahnya.

    Begitu enaknya bebrapa waktu seperti ini…dan selalu kuulang sesaat mulut kami mendesah rasakan kesenangan yg teramat begitu setiap saat penisku mempermaikan vaginanya.
    “ Yank…. saya mo keluar nih….. telah ngga tahan…. ahhh…. ahhhh…. ” tutur Andin mendadak.
    “ Tahan Cin, saya juga nyaris sampai…. ” saya menekan-nekan penisku semakin cepat, hingga nada ranjang turut berderit cepat.

    Serta kurasakan otot-otot penisku mengejang keras serta cairan pejuhku berkumpul dalam satu titik.

    “ Saya keluar saat ini Cin…. ” ujarku,
    Lalu penisku kucabut dari lubang vaginanya serta Andin juga saat itu juga membalikkan tubuh serta menjulurkan lidahnya, mengocok-ngocok batang penisku yg kemerahan serta waktu kurasakan saya tidak dapat menahan sekali lagi kutaruh penisku di antara Ke 2 belah payudaranya serta Ke 2 tangan Andin juga menggesek-gesekkan payudaranya yg menjepit batang kemaluanku dan….
    “ croot… croot… croottt…” jatuhlah pejuhku di sekitar payudara serta lehernya Beberapa tumpah di atas sprei. Andin menjilati penisku bersihkan sisa-sisa pejuhku yg masih tetap ada.
    “ Anda nyatanya kuat juga Say, saya nyaris tidak berdaya di hadapanmu ” kubelai rambut Andin yg sudak berantakan tidak karuan.

    “ Saya juga ngga nygka anda sehebat ini Yank…. ”desahnya manja.
    Saat telah tunjukkan 1/2 satu malam Serta sesudah kami istirahat sekitaran lima belas menit, kami menggunakan baju kami kembali serta membereskan tempat tidur yg telah berantakan. Serta selang beberapa saat kami juga pergi tidur dikamar semasing melepas rasa capek sesudah kami bercinta barusan. Demikianlah kisahku dengan Andin, sehari-hari kami senantiasa mengerjakannya setiap saat kami menginginkan serta ada peluang. Kami mengerjakannya di kamar samping bila malam hari, kamar kosku, atau bahkan juga dikamar mandi sambil mandi dengan sewaktu tempat tinggal kos kosong.


    Singkat narasi disuatu hari Andin mesti geser ke luar kota turut Ke 2 orang tuanya yg sudah berbaikan sekali lagi. Saya betul-betul kehilangan dia, serta menginginkan kuterus dengannya. Sempat sekian kali kususul ke tempatnya yg baru serta kami mengerjakannya berulang-kali di hotel tempat kami bermalam.

    Tgl 2 maret 2015 mendadak kuterima surat dari Andin yg menyampaikan kabar kalau ia juga akan menikah dengan orang yg dipilihkan orang tuanya serta saya betul-betul kehilangan dia, saya benar-benar begitu menyukai dia. Saat ini saya cuma dapat berfantasi apabila rindu dengan Andin lewat cara masturbasi apabila saya teringat masa-masa kami sebelumnya Andin menikah.

  • Kisah Memek Ku Intip Bibiku Ketika Tidur Pulas

    Kisah Memek Ku Intip Bibiku Ketika Tidur Pulas


    3288 views

    Duniabola99.com – Dasternya sudah terangkat sampai di atas perut, sehingga terlihat CD mini yang dikenakannya berwarna putih tipis, sehingga terlihat belahan kemaluan bibi yang ditutupi oleh rambut hitam halus kecoklat-coklatan.


    Buah dada bibi yang tidak terlalu besar tapi padat itu terlihat samar-samar di balik dasternya yang tipis, naik turun dengan teratur.Walaupun dalam posisi telentang, tapi buah dada bibi terlihat mencuat ke atas dengan putingnya yang coklat muda kecil. Melihat pemandangan yang menggairahkan itu aku benar-benar terangsang hebat.

    Dengan cepat kemaluanku langsung bereaksi menjadi keras dan berdiri dengan gagahnya, siap tempur. Perlahan-lahan kuberjongkok di samping tempat tidur dan tanganku secara hati-hati kuletakkan dengan lembut pada belahan kemaluan bibi yang mungil itu yang masih ditutupi dengan CD.

    Perlahan-lahan tanganku mulai mengelus-elus kemaluan bibi dan juga bagian paha atasnya yang benar-benar licin putih mulus dan sangat merangsang.Terlihat bibi agak bergeliat dan mulutnya agak tersenyum, mungkin bibi sedang mimpi, sedang becinta dengan paman. Aku melakukan kegiatanku dengan hati-hati takut bibi terbangun.

    Perlahan-lahan kulihat bagian CD bibi yang menutupi kemaluannya mulai terlihat basah, rupanya bibi sudah mulai terangsang juga. Dari mulutnya terdengar suara mendesis perlahan dan badannya menggeliat-geliat perlahan-lahan. Aku makin tersangsang melihat pemandangan itu.Cepat-cepat kubuka semua baju dan CD-ku, sehingga sekarang aku bertelanjang bulat. Penisku yang 19 cm itu telah berdiri kencang menganguk-angguk mencari mangsa.

    Dan aku membelai-belai buah dadanya, dia masih tetap tertidur saja. Aku tahu bahwa puting dan klitoris bibiku tempat paling suka dicumbui, aku tahu hal tersebut dari film-film bibiku. Lalu tanganku yang satu mulai gerilya di daerah vaginanya. Kemudian perlahan-lahan aku menggunting CD mini bibi dengan gunting yang terdapat di sisi tempat tidur bibi.Sekarang kemaluan bibi terpampang dengan jelas tanpa ada penutup lagi.


    Perlahan-lahan kedua kaki bibi kutarik melebar, sehingga kedua pahanya terpentang. Dengan hati-hati aku naik ke atas tempat tidur dan bercongkok di atas bibi. Kedua lututku melebar di samping pinggul bibi dan kuatur sedemikian rupa supaya tidak menyentuh pinggul bibi. Tangan kananku menekan pada kasur tempat tidur, tepat di samping tangan bibi, sehingga sekarang aku berada dalam posisi setengah merangkak di atas bibi.Tangan kiriku memegang batang penisku. Perlahan-lahan kepala penisku kuletakkan pada belahan bibir kemaluan bibi yang telah basah itu. Kepala penisku yang besar itu kugosok-gosok dengan hati-hati pada bibir kemaluan bibi.

    Terdengar suara erangan perlahan dari mulut bibi dan badannya agak mengeliat, tapi matanya tetap tertutup. Akhirnya kutekan perlahan-lahan kepala kemaluanku membelah bibir kemaluan bibi.Sekarang kepala kemaluanku terjepit di antara bibir kemaluan bibi. Dari mulut bibi tetap terdengar suara mendesis perlahan, akan tetapi badannya kelihatan mulai gelisah. Aku tidak mau mengambil resiko, sebelum bibi sadar, aku sudah harus menaklukan kemaluan bibi dengan menempatkan posisi penisku di dalam lubang vagina bibi.

    Sebab itu segera kupastikan letak penisku agar tegak lurus pada kemaluan bibi. Dengan bantuan tangan kiriku yang terus membimbing penisku, kutekan perlahan-lahan tapi pasti pinggulku ke bawah, sehingga kepala penisku mulai menerobos ke dalam lubang kemaluan bibi.Kelihatan sejenak kedua paha bibi bergerak melebar, seakan-akan menampung desakan penisku ke dalam lubang kemaluanku.

    Badannya tiba-tiba bergetar menggeliat dan kedua matanya mendadak terbuka, terbelalak bingung, memandangku yang sedang bertumpu di atasnya. Mulutnya terbuka seakan-akan siap untuk berteriak. Dengan cepat tangan kiriku yang sedang memegang penisku kulepaskan dan buru-buru kudekap mulut bibi agar jangan berteriak.

    Karena gerakanku yang tiba-tiba itu, posisi berat badanku tidak dapat kujaga lagi, akibatnya seluruh berat pantatku langsung menekan ke bawah, sehingga tidak dapat dicegah lagi penisku menerobos masuk ke dalam lubang kemaluan bibi dengan cepat.Badan bibi tersentak ke atas dan kedua pahanya mencoba untuk dirapatkan, sedangkan kedua tangannya otomatis mendorong ke atas, menolak dadaku. Dari mulutnya keluar suara jeritan, tapi tertahan oleh bekapan tangan kiriku.”Aauuhhmm.. aauuhhmm.. hhmm..!” desahnya tidak jelas.


    Kemudian badannya mengeliat-geliat dengan hebat, kelihatan bibi sangat kaget dan mungkin juga kesakitan akibat penisku yang besar menerobos masuk ke dalam kemaluannya dengan tiba-tiba.Meskipun bibi merontak-rontak, akan tetapi bagian pinggulnya tidak dapat bergeser karena tertekan oleh pinggulku dengan rapat.

    Karena gerakan-gerakan bibi dengan kedua kaki bibi yang meronta-ronta itu, penisku yang telah terbenam di dalam vagina bibi terasa dipelintir-pelintir dan seakan-akan dipijit-pijit oleh otot-otot dalam vagina bibi. Hal ini menimbulkan kenikmatan yang sukar dilukiskan.Karena sudah kepalang tanggung, maka tangan kananku yang tadinya bertumpu pada tempat tidur kulepaskan. Sekarang seluruh badanku menekan dengan rapat ke atas badan bibi, kepalaku kuletakkan di samping kepala bibi sambil berbisik kekuping bibi.

    “Bii.., bii.., ini aku Eric. Tenang bii.., sshheett.., shhett..!” bisikku.

    Bibi masih mencoba melepaskan diri, tapi tidak kuasa karena badannya yang mungil itu teperangkap di bawah tubuhku. Sambil tetap mendekap mulut bibi, aku menjilat-jilat kuping bibi dan pinggulku secara perlahan-lahan mulai kugerakkan naik turun dengan teratur.Perlahan-lahan badan bibi yang tadinya tegang mulai melemah.Kubisikan lagi ke kuping bibi,

    “Bii.., tanganku akan kulepaskan dari mulut bibi, asal bibi janji jangan berteriak yaa..?”Perlahan-lahan tanganku kulepaskan dari mulut bibi.Kemudian Bibi berkata,

    “Riic.., apa yang kau perbuat ini..? Kamu telah memperkosa Bibi..!”Aku diam saja, tidak menjawab apa-apa, hanya gerakan pinggulku makin kupercepat dan tanganku mulai memijit-mijit buah dada bibi, terutama pada bagian putingnya yang sudah sangat mengeras.Rupanya meskipun wajah bibi masih menunjukkan perasaan marah, akan tetapi reaksi badannya tidak dapat menyembunyikan perasaannya yang sudah mulai terangsang itu.

    Melihat keadaan bibi ini, tempo permainanku kutingkatkan lagi.Akhirnya dari mulut bibi terdengar suara, “Oohh.., oohh.., sshh.., sshh.., eemm.., eemm.., Riicc.., Riicc..!”Dengan masih melanjutkan gerakan pinggulku, perlahan-lahan kedua tanganku bertumpu pada tempat tidur, sehingga aku sekarang dalam posisi setengah bangun, seperti orang yang sedang melakukan push-up.Dalam posisi ini, penisku menghujam kemaluan bibi dengan bebas, melakukan serangan-serangan langsung ke dalam lubang kemaluan bibi.

    Kepalaku tepat berada di atas kepala bibi yang tergolek di atas kasur. Kedua mataku menatap ke bawah ke dalam mata bibi yang sedang meram melek dengan sayu. Dari mulutnya tetap terdengar suara mendesis-desis. Selang sejenak setelah merasa pasti bahwa bibi telah dapat kutaklukan, aku berhenti dengan kegiatanku. Setelah mencabut penisku dari dalam kemaluan bibi, aku berbaring setengah tidur di samping bibi.


    Sebelah tanganku mengelus-elus buah dada bibi terutama pada bagian putingnya.

    “Eehh.., Ric.., kenapa kau lakukan ini kepada bibimu..!” katanya.Sebelum menjawab aku menarik badan bibi menghadapku dan memeluk badan mungilnya dengan hati-hati, tapi lengket ketat ke badan.

    Bibirku mencari bibinya, dan dengan gemas kulumat habis. Woowww..! Sekarang bibi menyambut ciumanku dan lidahnya ikut aktif menyambut lidahku yang menari-nari di mulutnya.Selang sejenak kuhentikan ciumanku itu.Sambil memandang langsung ke dalam kedua matanya dengan mesra, aku berkata, ”

    Bii.. sebenarnya aku sangat sayang sekali sama Bibi, Bibi sangat cantik lagi ayu..!”Sambil berkata itu kucium lagi bibirnya selintas dan melanjutkan perkataanku, “Setiaap kali melihat Bibi bermesrahan dengan Paman, aku kok merasa sangat cemburu, seakan-akan Bibi adalah milikku, jadi Bibi jangan marah yaa kepadaku, ini kulakukan karena tidak bisa menahan diri ingin memiliki Bibi seutuhnya.”

    Selesai berkata itu aku menciumnya dengan mesra dan dengan tidak tergesa-gesa.Ciumanku kali ini sangat panjang, seakan-akan ingin menghirup napasnya dan belahan jiwanya masuk ke dalam diriku. Ini kulakukan dengan perasaan cinta kasih yang setulus-tulusnya. Rupanya bibi dapat juga merasakan perasaan sayangku padanya, sehingga pelukan dan ciumanku itu dibalasnya dengan tidak kalah mesra juga.

    Beberapa lama kemudian aku menghentikan ciumanku dan aku pun berbaring telentang di samping bibi, sehingga bibi dapat melihat keseluruhan badanku yang telanjang itu.”Iih.., gede banget barang kamu Ricc..! Itu sebabnya tadi Bibi merasa sangat penuh dalam badan Bibi.” katanya, mungkin punyaku lebih besar dari punya paman.Lalu aku mulai memeluknya kembali dan mulai menciumnya.


    Ciumanku mulai dari mulutnya turun ke leher dan terus kedua buah dadanya yang tidak terlalu besar tapi padat itu. Pada bagian ini mulutku melumat-lumat dan menghisap-hisap kedua buah dadanya, terutama pada kedua ujung putingnya berganti-ganti, kiri dan kanan.Sementara aksiku sedang berlangsung, badan bibi menggeliat-geliat kenikmatan. Dari mulutnya terdengar suara mendesis-desis tidak hentinya.

    Aksiku kuteruskan ke bawah, turun ke perutnya yang ramping, datar dan mulus. Maklum, bibi belum pernah melahirkan. Bermain-main sebentar disini kemudian turun makin ke bawah, menuju sasaran utama yang terletak pada lembah di antara kedua paha yang putih mulus itu.Pada bagian kemaluan bibi, mulutku dengan cepat menempel ketat pada kedua bibir kemaluannya dan lidahku bermain-main ke dalam lubang vaginanya.

    Mencari-cari dan akhirnya menyapu serta menjilat gundukan daging kecil pada bagian atas lubang kemaluannya. Segera terasa badan bibi bergetar dengan hebat dan kedua tangannya mencengkeram kepadaku, menekan ke bawah disertai kedua pahanya yang menegang dengan kuat.

    Keluhan panjang keluar dari mulutnya, “Oohh.., Riic.., oohh.. eunaakk.. Riic..!”Sambil masih terus dengan kegiatanku itu, perlahan-lahan kutempatkan posisi badan sehingga bagian pinggulku berada sejajar dengan kepala bibi dan dengan setengah berjongkok. Posisi batang kemaluanku persis berada di depan kepala bibi. Rupanya bibi maklum akan keinginanku itu, karena terasa batang kemaluanku dipegang oleh tangan bibi dan ditarik ke bawah. Kini terasa kepala penis menerobos masuk di antara daging empuk yang hangat.

    Ketika ujung lidah bibi mulai bermain-main di seputar kepala penisku, suatu perasaan nikmat tiba-tiba menjalar dari bawah terus naik ke seluru badanku, sehingga dengan tidak terasa keluar erangan kenikmatan dari mulutku.Dengan posisi 69 ini kami terus bercumbu, saling hisap-mengisap, jilat-menjilat seakan-akan berlomba-lomba ingin memberikan kepuasan pada satu sama lain.


    Beberapa saat kemudian aku menghentikan kegiatanku dan berbaring telentang di samping bibi. Kemudian sambil telentang aku menarik bibi ke atasku, sehingga sekarang bibi tidur tertelungkup di atasku. Badan bibi dengan pelan kudorong agak ke bawah dan kedua paha bibi kupentangkan.

    Kedua lututku dan pantatku agak kunaikkan ke atas, sehingga dengan terasa penisku yang panjang dan masih sangat tegang itu langsung terjepit di antara kedua bibir kemaluan bibi.Dengan suatu tekanan oleh tanganku pada pantat bibi dan sentakan ke atas pantatku, maka penisku langsung menerobos masuk ke dalam lubang kemaluan bibi. Amblas semua batangku.”Aahh..!” terdengar keluhan panjang kenikmatan keluar dari mulut bibi.Aku segera menggoyang pinggulku dengan cepat karena kelihatan bahwa bibi sudah mau klimaks.

    Bibi tambah semangat juga ikut mengimbangi dengan menggoyang pantatnya dan menggeliat-geliat di atasku. Kulihat wajahnya yang cantik, matanya setengah terpejam dan rambutnya yang panjang tergerai, sedang kedua buah dadanya yang kecil padat itu bergoyang-goyang di atasku.Ketika kulihat pada cermin besar di lemari, kelihatan pinggul bibi yang sedang berayun-ayun di atasku. Batang penisku yang besar sebentar terlihat sebentar hilang ketika bibi bergerak naik turun di atasku. Hal ini membuatku jadi makin terangsang.

    Tiba-tiba sesuatu mendesak dari dalam penisku mencari jalan keluar, hal ini menimbulkan suatu perasaan nikmat pada seluruh badanku. Kemudian air maniku tanpa dapat ditahan menyemprot dengan keras ke dalam lubang vagina bibi, yang pada saat bersamaan pula terasa berdenyut-denyut dengan kencangnya disertai badannya yang berada di atasku bergetar dengan hebat dan terlonjak-lonjak.

    Kedua tangannya mendekap badanku dengan keras.Pada saat bersamaan kami berdua mengalami orgasme dengan dasyat. Akhirnya bibi tertelungkup di atas badanku dengan lemas sambil dari mulut bibi terlihat senyuman puas.”Riic.., terima kasih Ric. Kau telah memberikan Bibi kepuasan sejati..!”Setelah beristirahat, kemudian kami bersama-sama ke kamar mandi dan saling membersihkan diri satu sama lain.

    Sementara mandi, kami berpelukan dan berciuman disertai kedua tangan kami yang saling mengelus-elus dan memijit-mijit satu sama lain, sehingga dengan cepat nafsu kami terbangkit lagi. Dengan setengah membopong badan bibi yang mungil itu dan kedua tangan bibi menggelantung pada leherku,.


    kedua kaki bibi kuangkat ke atas melingkar pada pinggangku dan dengan menempatkan satu tangan pada pantat bibi dan menekan, penisku yang sudah tegang lagi menerobos ke dalam lubang kemaluan bibi.”Aaughh.. oohh.. oohh..!” terdengar rintihan bibi sementara aku menggerakan-gerakan pantatku maju-mundur sambil menekan ke atas.Dalam posisi ini, dimana berat badan bibi sepenuhnya tertumpu pada kemaluannya yang sedang terganjel oleh penisku, maka dengan cepat bibi mencapai klimaks.

    “Aaduhh.. Riic.. Biibii.. maa.. maa.. uu.. keluuar.. Riic..!” dengan keluhan panjang disertai badannya yang mengejang, bibi mencapai orgasme, dan selang sejenak terkulai lemas dalam gendonganku.Dengan penisku masih berada di dalam lubang kemaluan bibi, aku terus membopongnya. Aku membawa bibi ke tempat tidur.

    Dalam keadaan tubuh yang masih basah kugenjot bibi yang telah lemas dengan sangat bernafsu, sampai aku orgasme sambil menekan kuat-kuat pantatku. Kupeluk badan bibi erat-erat sambil merasakan airmaniku menyemprot-nyemprot, tumpah dengan deras ke dalam lubang kemaluan bibi, mengisi segenap relung-relung di dalamnya.

  • Kisah Memek Ku jebol keperawanan Ani

    Kisah Memek Ku jebol keperawanan Ani


    2923 views

    Duniabola99.com – Aku seorang mahasiswa berumur 21 tahun. Pada saat liburan semester aku pulang ke kampungku di Garut. Untuk mengatasi kejenuhan, aku jalan-jalan di kota tersebut. Dan masuk ke sebuah pusat belanja di kota kecil itu. Secara tak sengaja aku memandangi seorang gadis yang bisa dikatakan cantik. Wajahnya memancarkan kecantikan alami yang jarang ditemui pada seorang gadis kota.


    Singkat cerita kami berkenalan. Namanya Ani, berumur 16 tahun. Duh, senang sekali aku bisa kenalan dengan gadis seperti dia. Bulan demi bulan telah berlalu, kamipun semakin akrab dan sering berhubungan lewat telepon. Singkat kata, kamipun sepakat untuk menjadi sepasang kekasih.

    Pada liburan semester selanjutnya, kami berjanji bertemu di rumahnya. Rumahnya sih sederhana, maklum bapaknya hanya pedagang kecil, tapi bukan itu yang aku lihat. Malam itu kami berdua menonton layar tancap, hal yang sebenarnya cukup simple tapi yah namanya juga lagi kasmaran. Kami pulang jam sembilan malam atas keinginan Ani. Ternyata sampai di rumah pacarku, kami hanya menerima titipan kunci rumah. Keluarganya sedang pergi menegok teman ayah pacarku yang sedang sakit keras.

    Malam itu dingin sekali, Ani permisi untuk ganti pakaian. Saat kulihat Ani dengan pakaiannya yang sederhana itu aku terpaku, betapa cantik dan anggunnya dia walaupun hanya memakai pakaian biasa. Aneh, ada seuatu yang aneh yang menjalar ke perasaanku.

    “Lho, ada apa Kang?”, tanya Ani.

    “Ah, nggak ada apa-apa!”, jawabku.

    “Kok melihat Ani terus?”, tanyanya lagi.

    “Ngak kok!”, jawabku.

    “Kamu cantik, An”.

    “Ah Akang!”, katanya lagi dengan tersipu.


    Lama kami berpandangan, dan aku mulai mendekati dirinya. Aku pegang tangannya, lalu kuraba, betapa lembut tangannya. Kami saling berpegangan, meraba dan membelai. Perlahan kubuka pakaiannya satu persatu, kulihat ia dalam keadaan setengah telanjang. Kupandangi dadanya di balik BH putihnya, kupandangi seluruh tubuhnya, kulitnya yang sawo matang.

    “Kang, bener Akang cinta ama saya?”, tanyanya lagi.

    “Bener, Akang cinta ama kamu!”, jawabku sambil membuka BH dan Celana dalam warna putihnya.

    Kini ia polos tanpa satu benangpun menutupi tubuhnya. Kubaringkan ia di tempat tidur, lalu kuciumi seluruh tubuhnya. Tubuh Ani bergetar hebat, menandakan bahwa dia baru pertama kali ini melakukan hubungan seks dengan lawan jenisnya.


    Lalu kubuka selangkangannya dan kumasukkan penisku dengan extra hati-hati. Ani mengerang dengan pasrah, lalu kusuruh ia untuk menggigit bantal agar suaranya tidak kedengaran oleh tetangga. Kugerakkan penisku, maju mundur. Mata Ani merem melek keenakan. Nafasku mulai memburu, dan Ani mulai tidak bisa mengontrol dirinya, dia memegang bantal dengan eratnya, gerakanku semakin cepat, aku ingin sekali menembus pertahanannya yang rapat itu. Kupegangi payudaranya, kujilat, kukulum, dan kurasakan penisku mulai menegang dan, “Cret.., cret.., cret”. Spermaku keluar dengan deras, Ani memelukku dengan erat dan kamipun terbaring kelelahan. Dalam hati aku bertekad untuk menikahi gadis itu, karena aku sangat mencintainya.

    Kisah Seks, Cerita Sex, Cerita Panas, Cerita Bokep, Cerita Hot, Cerita Mesum, Cerita Dewasa, Cerita Ngentot, Cerita Sex Bergambar, Cerita ABG, Cerita Sex Tante, Cerita Sex Sedarah, Cerita Sex Pasutri




  • Kisah Memek kuentot bibiku yang lagi tidur

    Kisah Memek kuentot bibiku yang lagi tidur


    4551 views

    Duniabola99.com – Kulihat bibi tidur tidak berselimut, karena biarpun kamar bibi memakai AC, tapi kelihatan AC-nya diatur agar tidak terlalu dingin. Posisi tidur bibi telentang dan bibi hanya memakai baju daster merah muda yang tipis. Dasternya sudah terangkat sampai di atas perut, sehingga terlihat CD mini yang dikenakannya berwarna putih tipis, sehingga terlihat belahan kemaluan bibi yang ditutupi oleh rambut hitam halus kecoklat-coklatan.

    Buah dada bibi yang tidak terlalu besar tapi padat itu terlihat samar-samar di balik dasternya yang tipis, naik turun dengan teratur.Walaupun dalam posisi telentang, tapi buah dada bibi terlihat mencuat ke atas dengan putingnya yang coklat muda kecil. Melihat pemandangan yang menggairahkan itu aku benar-benar terangsang hebat. Dengan cepat kemaluanku langsung bereaksi menjadi keras dan berdiri dengan gagahnya, siap tempur.


    Perlahan-lahan kuberjongkok di samping tempat tidur dan tanganku secara hati-hati kuletakkan dengan lembut pada belahan kemaluan bibi yang mungil itu yang masih ditutupi dengan CD. Perlahan-lahan tanganku mulai mengelus-elus kemaluan bibi dan juga bagian paha atasnya yang benar-benar licin putih mulus dan sangat merangsang.

    Terlihat bibi agak bergeliat dan mulutnya agak tersenyum, mungkin bibi sedang mimpi, sedang becinta dengan paman. Aku melakukan kegiatanku dengan hati-hati takut bibi terbangun. Perlahan-lahan kulihat bagian CD bibi yang menutupi kemaluannya mulai terlihat basah, rupanya bibi sudah mulai terangsang juga. Dari mulutnya terdengar suara mendesis perlahan dan badannya menggeliat-geliat perlahan-lahan.

    Aku makin tersangsang melihat pemandangan itu.Cepat-cepat kubuka semua baju dan CD-ku, sehingga sekarang aku bertelanjang bulat. Penisku yang 19 cm itu telah berdiri kencang menganguk-angguk mencari mangsa. Dan aku membelai-belai buah dadanya, dia masih tetap tertidur saja. Aku tahu bahwa puting dan klitoris bibiku tempat paling suka dicumbui, aku tahu hal tersebut dari film-film bibiku.

    Lalu tanganku yang satu mulai gerilya di daerah vaginanya. Kemudian perlahan-lahan aku menggunting CD mini bibi dengan gunting yang terdapat di sisi tempat tidur bibi.Sekarang kemaluan bibi terpampang dengan jelas tanpa ada penutup lagi. Perlahan-lahan kedua kaki bibi kutarik melebar, sehingga kedua pahanya terpentang. Dengan hati-hati aku naik ke atas tempat tidur dan berjongkok di atas bibi.

    Kedua lututku melebar di samping pinggul bibi dan kuatur sedemikian rupa supaya tidak menyentuh pinggul bibi. Tangan kananku menekan pada kasur tempat tidur, tepat di samping tangan bibi, sehingga sekarang aku berada dalam posisi setengah merangkak di atas bibi.Tangan kiriku memegang batang penisku.

    Perlahan-lahan kepala penisku kuletakkan pada belahan bibir kemaluan bibi yang telah basah itu. Kepala penisku yang besar itu kugosok-gosok dengan hati-hati pada bibir kemaluan bibi. Terdengar suara erangan perlahan dari mulut bibi dan badannya agak mengeliat, tapi matanya tetap tertutup.

    Akhirnya kutekan perlahan-lahan kepala kemaluanku membelah bibir kemaluan bibi.Sekarang kepala kemaluanku terjepit di antara bibir kemaluan bibi. Dari mulut bibi tetap terdengar suara mendesis perlahan, akan tetapi badannya kelihatan mulai gelisah.

    Aku tidak mau mengambil resiko, sebelum bibi sadar, aku sudah harus menaklukan kemaluan bibi dengan menempatkan posisi penisku di dalam lubang vagina bibi. Sebab itu segera kupastikan letak penisku agar tegak lurus pada kemaluan bibi.


    Dengan bantuan tangan kiriku yang terus membimbing penisku, kutekan perlahan-lahan tapi pasti pinggulku ke bawah, sehingga kepala penisku mulai menerobos ke dalam lubang kemaluan bibi.Kelihatan sejenak kedua paha bibi bergerak melebar, seakan-akan menampung desakan penisku ke dalam lubang kemaluanku.

    Badannya tiba-tiba bergetar menggeliat dan kedua matanya mendadak terbuka, terbelalak bingung, memandangku yang sedang bertumpu di atasnya. Mulutnya terbuka seakan-akan siap untuk berteriak. Dengan cepat tangan kiriku yang sedang memegang penisku kulepaskan dan buru-buru kudekap mulut bibi agar jangan berteriak.

    Karena gerakanku yang tiba-tiba itu, posisi berat badanku tidak dapat kujaga lagi, akibatnya seluruh berat pantatku langsung menekan ke bawah, sehingga tidak dapat dicegah lagi penisku menerobos masuk ke dalam lubang kemaluan bibi dengan cepat.

    Badan bibi tersentak ke atas dan kedua pahanya mencoba untuk dirapatkan, sedangkan kedua tangannya otomatis mendorong ke atas, menolak dadaku. Dari mulutnya keluar suara jeritan, tapi tertahan oleh bekapan tangan kiriku.Aauuhhmm.. aauuhhmm.. hhmm..! desahnya tidak jelas.Kemudian badannya mengeliat-geliat dengan hebat, kelihatan bibi sangat kaget dan mungkin juga kesakitan akibat penisku yang besar menerobos masuk ke dalam kemaluannya dengan tiba-tiba.

    Meskipun bibi merontak-rontak, akan tetapi bagian pinggulnya tidak dapat bergeser karena tertekan oleh pinggulku dengan rapat. Karena gerakan-gerakan bibi dengan kedua kaki bibi yang meronta-ronta itu, penisku yang telah terbenam di dalam vagina bibi terasa dipelintir-pelintir dan seakan-akan dipijit-pijit oleh otot-otot dalam vagina bibi.

    Hal ini menimbulkan kenikmatan yang sukar dilukiskan.Karena sudah kepalang tanggung, maka tangan kananku yang tadinya bertumpu pada tempat tidur kulepaskan. Sekarang seluruh badanku menekan dengan rapat ke atas badan bibi, kepalaku kuletakkan di samping kepala bibi sambil berbisik kekuping bibi.Bii.., bii.., ini aku Eric. Tenang bii.., sshheett.., shhett..! bisikku.

    Bibi masih mencoba melepaskan diri, tapi tidak kuasa karena badannya yang mungil itu teperangkap di bawah tubuhku. Sambil tetap mendekap mulut bibi, aku menjilat-jilat kuping bibi dan pinggulku secara perlahan-lahan mulai kugerakkan naik turun dengan teratur.Perlahan-lahan badan bibi yang tadinya tegang mulai melemah.

    Kubisikan lagi ke kuping bibi, Bii.., tanganku akan kulepaskan dari mulut bibi, asal bibi janji jangan berteriak yaa..?Perlahan-lahan tanganku kulepaskan dari mulut bibi.Kemudian Bibi berkata, Riic.., apa yang kau perbuat ini..? Kamu telah memperkosa Bibi..!Aku diam saja, tidak menjawab apa-apa, hanya gerakan pinggulku makin kupercepat dan tanganku mulai memijit-mijit buah dada bibi, terutama pada bagian putingnya yang sudah sangat mengeras.

    Rupanya meskipun wajah bibi masih menunjukkan perasaan marah, akan tetapi reaksi badannya tidak dapat menyembunyikan perasaannya yang sudah mulai terangsang itu. Melihat keadaan bibi ini, tempo permainanku kutingkatkan lagi.Akhirnya dari mulut bibi terdengar suara,


    Oohh.., oohh.., sshh.., sshh.., eemm.., eemm.., Riicc.., Riicc..!Dengan masih melanjutkan gerakan pinggulku, perlahan-lahan kedua tanganku bertumpu pada tempat tidur, sehingga aku sekarang dalam posisi setengah bangun, seperti orang yang sedang melakukan push-up.Dalam posisi ini, penisku menghujam kemaluan bibi dengan bebas, melakukan serangan-serangan langsung ke dalam lubang kemaluan bibi.

    Kepalaku tepat berada di atas kepala bibi yang tergolek di atas kasur. Kedua mataku menatap ke bawah ke dalam mata bibi yang sedang meram melek dengan sayu. Dari mulutnya tetap terdengar suara mendesis-desis. Selang sejenak setelah merasa pasti bahwa bibi telah dapat kutaklukan, aku berhenti dengan kegiatanku. Setelah mencabut penisku dari dalam kemaluan bibi, aku berbaring setengah tidur di samping bibi. Sebelah tanganku mengelus-elus buah dada bibi terutama pada bagian putingnya.

    Eehh.., Ric.., kenapa kau lakukan ini kepada bibimu..! katanya.Sebelum menjawab aku menarik badan bibi menghadapku dan memeluk badan mungilnya dengan hati-hati, tapi lengket ketat ke badan. Bibirku mencari bibinya, dan dengan gemas kulumat habis. Woowww..! Sekarang bibi menyambut ciumanku dan lidahnya ikut aktif menyambut lidahku yang menari-nari di mulutnya.

    Selang sejenak kuhentikan ciumanku itu.Sambil memandang langsung ke dalam kedua matanya dengan mesra, aku berkata, Bii.. sebenarnya aku sangat sayang sekali sama Bibi, Bibi sangat cantik lagi ayu..!Sambil berkata itu kucium lagi bibirnya selintas dan melanjutkan perkataanku, Setiaap kali melihat Bibi bermesrahan dengan Paman, aku kok merasa sangat cemburu, seakan-akan Bibi adalah milikku, jadi Bibi jangan marah yaa kepadaku, ini kulakukan karena tidak bisa menahan diri ingin memiliki Bibi seutuhnya.

    Selesai berkata itu aku menciumnya dengan mesra dan dengan tidak tergesa-gesa.Ciumanku kali ini sangat panjang, seakan-akan ingin menghirup napasnya dan belahan jiwanya masuk ke dalam diriku. Ini kulakukan dengan perasaan cinta kasih yang setulus-tulusnya. Rupanya bibi dapat juga merasakan perasaan sayangku padanya, sehingga pelukan dan ciumanku itu dibalasnya dengan tidak kalah mesra juga.


    Beberapa lama kemudian aku menghentikan ciumanku dan aku pun berbaring telentang di samping bibi, sehingga bibi dapat melihat keseluruhan badanku yang telanjang itu.Iih.., gede banget barang kamu Ricc..! Itu sebabnya tadi Bibi merasa sangat penuh dalam badan Bibi. katanya, mungkin punyaku lebih besar dari punya paman.

    Lalu aku mulai memeluknya kembali dan mulai menciumnya. Ciumanku mulai dari mulutnya turun ke leher dan terus kedua buah dadanya yang tidak terlalu besar tapi padat itu. Pada bagian ini mulutku melumat-lumat dan menghisap-hisap kedua buah dadanya, terutama pada kedua ujung putingnya berganti-ganti, kiri dan kanan.

    Sementara aksiku sedang berlangsung, badan bibi menggeliat-geliat kenikmatan. Dari mulutnya terdengar suara mendesis-desis tidak hentinya. Aksiku kuteruskan ke bawah, turun ke perutnya yang ramping, datar dan mulus. Maklum, bibi belum pernah melahirkan.

    Bermain-main sebentar disini kemudian turun makin ke bawah, menuju sasaran utama yang terletak pada lembah di antara kedua paha yang putih mulus itu.Pada bagian kemaluan bibi, mulutku dengan cepat menempel ketat pada kedua bibir kemaluannya dan lidahku bermain-main ke dalam lubang vaginanya.

    Mencari-cari dan akhirnya menyapu serta menjilat gundukan daging kecil pada bagian atas lubang kemaluannya. Segera terasa badan bibi bergetar dengan hebat dan kedua tangannya mencengkeram kepadaku, menekan ke bawah disertai kedua pahanya yang menegang dengan kuat.


    Keluhan panjang keluar dari mulutnya, Oohh.., Riic.., oohh.. eunaakk.. Riic..!Sambil masih terus dengan kegiatanku itu, perlahan-lahan kutempatkan posisi badan sehingga bagian pinggulku berada sejajar dengan kepala bibi dan dengan setengah berjongkok.

    Posisi batang kemaluanku persis berada di depan kepala bibi. Rupanya bibi maklum akan keinginanku itu, karena terasa batang kemaluanku dipegang oleh tangan bibi dan ditarik ke bawah. Kini terasa kepala penis menerobos masuk di antara daging empuk yang hangat.

    Ketika ujung lidah bibi mulai bermain-main di seputar kepala penisku, suatu perasaan nikmat tiba-tiba menjalar dari bawah terus naik ke seluru badanku, sehingga dengan tidak terasa keluar erangan kenikmatan dari mulutku.Dengan posisi 69 ini kami terus bercumbu, saling hisap-mengisap, jilat-menjilat seakan-akan berlomba-lomba ingin memberikan kepuasan pada satu sama lain.

    Beberapa saat kemudian aku menghentikan kegiatanku dan berbaring telentang di samping bibi. Kemudian sambil telentang aku menarik bibi ke atasku, sehingga sekarang bibi tidur tertelungkup di atasku. Badan bibi dengan pelan kudorong agak ke bawah dan kedua paha bibi kupentangkan.

    Kedua lututku dan pantatku agak kunaikkan ke atas, sehingga dengan terasa penisku yang panjang dan masih sangat tegang itu langsung terjepit di antara bibir kemaluan bibi.Dengan suatu tekanan oleh tanganku pada pantat bibi dan sentakan ke atas pantatku, maka penisku langsung menerobos masuk ke dalam lubang kemaluan bibi. Amblas semua batangku.

    Aahh..! terdengar keluhan panjang kenikmatan keluar dari mulut bibi.Aku segera menggoyang pinggulku dengan cepat karena kelihatan bahwa bibi sudah mau klimaks. Bibi tambah semangat juga ikut mengimbangi dengan menggoyang pantatnya dan menggeliat-geliat di atasku.

    Kulihat wajahnya yang cantik, matanya setengah terpejam dan rambutnya yang panjang tergerai, sedang kedua buah dadanya yang kecil padat itu bergoyang-goyang di atasku.Ketika kulihat pada cermin besar di lemari, kelihatan pinggul bibi yang sedang berayun-ayun di atasku.


    Batang penisku yang besar sebentar terlihat sebentar hilang ketika bibi bergerak naik turun di atasku. Hal ini membuatku jadi makin terangsang. Tiba-tiba sesuatu mendesak dari dalam penisku mencari jalan keluar, hal ini menimbulkan suatu perasaan kepuasan pada seluruh badanku.

    Kemudian air maniku tanpa dapat ditahan menyemprot dengan keras ke dalam lubang vagina bibi, yang pada saat bersamaan pula terasa berdenyut-denyut dengan kencangnya disertai badannya yang berada di atasku bergetar dengan hebat dan terlonjak-lonjak. Kedua tangannya mendekap badanku dengan keras.

    Pada saat bersamaan kami berdua mengalami kepuasan orgasme dengan dasyat. Akhirnya bibi tertelungkup di atas badanku dengan lemas sambil dari mulut bibi terlihat senyuman puas.Riic.., terima kasih Ric. Kau telah memberikan Bibi kepuasan sejati..! Setelah beristirahat, kemudian kami bersama-sama ke kamar mandi dan saling membersihkan diri satu sama lain.

    Sementara mandi, kami berpelukan dan berciuman disertai kedua tangan kami yang saling mengelus-elus dan memijit-mijit satu sama lain, sehingga dengan cepat nafsu kami terbangkit lagi. Dengan setengah membopong badan bibi yang mungil itu dan kedua tangan bibi menggelantung pada leherku, kedua kaki bibi kuangkat ke atas melingkar pada pinggangku dan dengan menempatkan satu tangan pada pantat bibi dan menekan, penisku yang sudah tegang lagi menerobos ke dalam lubang kemaluan bibi.


    Aaughh.. oohh.. oohh..! terdengar rintihan bibi sementara aku menggerakan-gerakan pantatku maju-mundur sambil menekan ke atas.Dalam posisi ini, dimana berat badan bibi sepenuhnya tertumpu pada kemaluannya yang sedang terganjel oleh penisku, maka dengan cepat bibi mencapai klimaks.Aaduhh.. Riic.. Biibii.. maa.. maa.. uu.. keluuar.. Riic..! dengan keluhan panjang disertai badannya yang mengejang,

    bibi mencapai kepuasan orgasme, dan selang sejenak terkulai lemas dalam gendonganku.Dengan penisku masih berada di dalam lubang kemaluan bibi, aku terus membopongnya. Aku membawa bibi ke tempat tidur. Dalam keadaan tubuh yang masih basah kugenjot bibi yang telah lemas dengan sangat bernafsu, sampai aku meraih kepuasan orgasme sambil menekan kuat-kuat pantatku.

    Kupeluk badan bibi erat-erat sambil merasakan airmaniku menyemprot-nyemprot, tumpah dengan deras ke dalam lubang kemaluan bibi, memberi kepuasan dan mengisi segenap relung-relung di dalamnya.

  • Kisah Memek Kuperkosa Adik ku Yang Nakal

    Kisah Memek Kuperkosa Adik ku Yang Nakal


    2319 views

    Duniabola99.com – Nama saya adalah Tohir, seorang anak smu yang doyan banget nge-seks dan jilatin memek seorang cewek. Aq punya adik cewek yang namanya Fina angelina. Aku dan adikku adalah anak orang kaya. Jika aku kelas 3 Smu, fina adikku saat ini duduk di kelas 3 smp mau lulus.


    Fina di sekolahny termasuk gadis, cewek yang sangat populer karena kecantikan dan kemolekan tubuhnya. Aq sebagai seorang kakaknya selalu membayangkan jika adikku yang manis dan cantik itu aku setubuhi sendiri. Pasti kontolku bakalan nut-nutan.

    Singkat kata, adikku fina memang seorang gadis yang sangat cantik dan merupakan kebanggaan orang tuaku. Selain itu dia juga sangat pandai membawa diri di hadapan orang lain sehingga semua orang menyukainya. Namun di balik semua itu, sang “putri” ini sebetulnya tidaklah perfect. Kepribadiannya yang manis ternyata hanya topeng belaka. Di dunia ini, hanya aku, kakak laki-lakinya, yang tahu akan kepribadiannya yang sesungguhnya.

    Kedua orang tuaku yang sering keluar kota untuk berbisnis selalu menitipkan rumah dan adikku kepadaku. Tapi mereka tidak tahu kalau aku kesulitan untuk mengendalikan adikku yang bandelnya bukan main. Di hadapanku, dia selalu bersikap membangkang dan seenaknya. Bila aku berkata A, maka dia akan melakukan hal yang sebaliknya. Pokoknya aku sungguh kewalahan untuk menanganinya.


    Suatu hari, semuanya berubah drastic. Hari itu adalah hari Sabtu yang tak akan terlupakan dalam hidupku. Pada akhir minggu itu, seperti biasanya kedua orang tuaku sedang berada di luar kota untuk urusan bisnis. Mereka akan kembali minggu depannya. Kebetulan, aku dan adikku juga sedang liburan panjang. Sebetulnya kami ingin ikut dengan orang tua kami keluar kota, tapi orang tuaku melarang kami ikut dengan alasan tak ingin kami mengganggu urusan bisnis mereka. Biarpun adikku kelihatan menurut, tapi aku tahu kalau dia sangat kesal di hatinya. Setelah mereka pergi, aku mencoba untuk menghiburnya dengan mengajaknya nonton DVD baru yang kubeli yaitu Harry Potter and the Order of Pheonix. Tapi kebaikanku dibalas dengan air tuba. Bukan saja dia tidak menerima kebaikanku, bahkan dia membanting pintu kamarnya di depan hidungku.

    Inilah penghinaan terakhir yang bisa kuterima. Akupun menonton DVD sendirian di ruang tamu. Tapi pikiranku tidaklah focus ke film, melainkan bagaimana caranya membalas perbuatan adikku. Di rumah memang cuma ada kami berdua. Orang tua kami berpendapat bahwa kami tidak memerlukan pembantu dengan alasan untuk melatih tanggung jawab di keluarga kami. Selintas pikiran ngawur pun melintas di benakku. Aku bermaksud untuk menyelinap ke kamar adikku nanti malam dan memfoto tubuh telanjangnya waktu tidur dan menggunakannya untuk memaksa adikku agar menjadi adik yang penurut.

    Malam itu, jam menunjukan pukul sebelas malam. Aku pun mengedap di depan pintu kamar adikku. Daun telingaku menempel di pintu untuk memastikan apa adikku sudah tertidur. Ternyata tidak ada suara TV ataupun radio di kamarnya. Memang biasanya adikku ini kalau hatinya sedang mengkal, akan segera pergi tidur lebih awal. Akupun menggunakan keahlianku sebagai mahasiswa jurusan teknik untuk membuka kunci pintu kamar adikku. Kebetulan aku memang mempunyai kit untuk itu yang kubeli waktu sedang tour ke luar negeri. Di tanganku aku mempunyai sebuah kamera digital.


    Di kamar adikku, lampu masih terang karena dia memang tidak berani tidur dalam kegelapan. Akupun berjalan perlahan menuju tempat tidurnya. Ternyata malam itu dia tidur pulas terlentang dengan mengenakan daster putih. Tanganku bergerak perlahan dan gemetar menyingkap dasternya ke atas. Dia diam saja tidak bergerak dan napasnya masih halus dan teratur. Ternyata dia memakai celana dalam warna putih dan bergambar bunga mawar. Pahanya begitu mulus dan aku pun bisa melihat ada bulu-bulu halus menyembul keluar di sekitar daerah vaginanya yang tertutup celana dalamnya.

    Kemudian aku menggunakan gunting dan menggunting dasternya sehingga akhirnya bagian payudaranya terlihat. Di luar dugaanku, ternyata dia tidak mengenakan kutang. Payudaranya tidak begitu besar, mungkin ukuran A, tapi lekukannya sungguh indah dan menantang. Jakunku bergerak naik turun dan akupun menelan ludah melihat pemandangan paling indah dalam hidupku. Kemudian dengan gemetar dan hati-hati, aku pun membuka celana dalamnya. Adikku masih tertidur pulas.

    Pemandangan indah segera terpampang di hadapanku. Sebuah hutan kecil yang tidak begitu lebat terhampar di depan mataku. Sangking terpesonanya, aku hanya bisa berdiri untuk sekian lamanya memandang dengan kamera di tanganku. Aku lupa akan maksud kedatanganku kemari. Sebuah pikiran setanpun melintas, kenapa aku harus puas hanya dengan memotret tubuh adikku. Apakah aku harus mensia-siakan kesempatan satu kali ini dalam hidupku? Apalagi aku masih perjaka ting-ting. Tapi kesadaran lain juga muncul di benakku, dia adalah adik kandungku., For God Sake. Kedua kekuatan kebajikan dan kejahatan berkecamuk di pikiranku

    Akhirnya, karena pikiranku tidak bisa memutuskan, maka aku membiarkan “adik laki-lakiku” di selangkangku memutuskan. Ternyata beliau sudah tegang siap perang. Manusia boleh berencana, tapi iblislah yang menentukan. Kemudian aku meletakan kamera di meja. Aku pun menggunakan kain daster yang sudah koyak untuk mengikat tangan adikku ke tempat tidur. Sengaja aku membiarkan kakinya bebas agar tidak menghalangi permainan setan yang akan segera kulakukan. Adikku masih juga tidak sadar kalau bahaya besar sudah mengancamnya. Aku pun segera membuka bajuku dan celanaku hingga telanjang bulat.


    Kemudian aku menundukan mukaku ke daerah selangkangan adikku. Ternyata daerah itu sangat harum, kelihatan kalau adikku ini sangat menjaga kebersihan tubuhnya. Kemudian aku pun mulai menjilati daerah lipatan dan klitoris adikku. Adikku masih tertidur pulas, tapi setelah beberapa lama, napasnya sudah mulai memburu. Semakin lama, vagina adikku semakin basah dan merekah. Aku sudah tak tahan lagi dan mengarahkan moncong meriamku ke lubang kenikmatan terlarang itu. Kedua tanganku memegang pergelangan kaki adikku dan membukanya lebar-lebar.

    Ujung kepala penisku sudah menempel di bibir vagina adikku. Sejenak, aku ragu-ragu untuk melakukannya. Tapi aku segera menggelengkan kepalaku dan membuang jauh keraguanku. Dengan sebuah sentakan aku mendorong pantatku maju ke depan dan penisku menembus masuk vagina yang masih sangat rapat namun basah itu. Sebuah teriakan nyaring bergema di kamar,” Aaaggh, aduh….uuuhh, KAK ADI, APA YANG KAULAKUKAN??” Adikku terbangun dan menjerit melihatku berada di atas tubuhnya dan menindihnya. Muka adikku pucat pasi ketakutan dan menahan rasa sakit yang luar biasa.
    Matanya mulai berkaca-kaca. Sedangkan pinggulnya bergerak-gerak menahan rasa sakit. Tangannya berguncang mencoba melepaskan diri. Begitu juga kakinya mencoba melepaskan diri dari pegangannku. Namun semua upaya itu tidak berhasil. Aku tidak berani berlama-lama menatap matanya, khawatir kalau aku akan berubah pikiran. Aku mengalihkan pandangan mataku ke arah selangkangan. Ternyata vagina adikku mengeluarkan darah, darah keperawanan.

    Aku tidak menghiraukan semua itu karena sebuah kenikmatan yang belum pernah kurasakan dalam hidupku menyerangku. Penisku yang bercokol di dalam vagina adikku merasakan rasa panas dan kontraksi otot vagina adikku. Rasanya seperti disedot oleh sebuah vakum cleaner. Aku pun segera menggerakan pinggulku dan memompa tubuh adikku. Adikku menangis dan menjerit:” Aduhh..aahh..uuhh..am..pun..ka k…lep..as..kan..pana ss…sakitt!!” “Kak..Adii..mengo..uuhh..yak.. aduh…tubuhku!!! ” Aku tidak tahan dengan rengekan adikku, karena itu aku segera menggunakan celana dalam adikku untuk menyumpal mulutnya sehingga yang terdengar hanya suara Ughh..Ahhh.


    Setelah sekitar lima belas menit, adikku tidak meronta lagi hanya menangis dan mengeluh kesakitan. Darah masih berkucuran di sekitar vaginanya tapi tidak sederas tadi lagi. Aku sendiri memeramkan mata merasakan kenikmatan yang luar biasa. Aku semakin cepat menggerakan pinggulku karena aku merasa akan segera mencapai klimaksnya. Sesekali tanganku menampar pantat adikku agar dia menggoyangkan pinggulnya sambil berkata:’ Who is your Daddy?” Sebuah dilema muncul di pikiranku. Haruskah aku menembak di dalam rahim adikku atau di luar? Aku tahu kalau aku ingin melakukannya di dalam, tapi bagaimana bila adikku hamil? Ahh… biarlah itu urusan nanti, apalagi aku tahu di mana ibuku menyimpan pil KBnya. Tiga menit kemudian..crott..crottt..akupu n menembakan cairan hangat di dalam rahim adikku. Keringat membasahi kedua tubuh kami dan darah keperawanan adikku membasahi selangkangan kami dan sprei tempat tidur

    Aku membiarkan penisku di dalam vagina adikku selama beberapa menit. Kemudian setelah puas, aku mencabut keluar penisku dan tidur terlentang di samping adikku. Aku kemudian membebaskan tangan adikku dan membuka sumpalan mulutnya. Kedua tanganku bersiap untuk menerima amukan kemarahannya. Namun di luar dugaanku, dia tidak menyerangku. Adikku hanya diam membisu seribu bahasa dan masih menangis. Posisinya masih tidur dan hanya punggungnya yang mengadapku. Aku melihat tangannya menutup dadanya dan tangan lainnya menutup vaginanya. Dia masih menangis tersedu-sedu.

    Setelah semua kepuasanku tersalurkan, baru sekarang aku bingung apa yang harus kulakukan selanjutnya. Semua kejadian ini di luar rencanaku. Aku sekarang sangat ketakutan membayangkan bagaimana kalau orang tuaku tahu. Hidupku bisa berakhir di penjara. Kemudian pandangan mataku berhenti di kamera. Sebuah ide jenius muncul di pikiranku. Aku mengambil kameranya dan segera memfoto tubuh telanjang adikku. Adikku melihat perbuatanku dan bertanya: ”Kak Adi, Apa yang kau lakukan? Hentikan, masih belum cukupkah perbuatan setanmu malam ini? Hentikan…” Tangannya bergerak berusaha merebut kameraku. Namun aku sudah memperkirakan ini dan lebih sigap. Karena tenagaku lebih besar, aku berhasi menjauhkan kameranya dari jangkauannya. Aku mencabut keluar memori card dari kameranya dan berkata: “Kalau kamu tidak mau foto ini tersebar di website sekolahmu, kejadian malam ini harus dirahasiakan dari semua orang. Kamu juga harus menuruti perintah kakakmu ini mulai sekarang.”


    Wajah adikku pucat pasi, dan air mata masih berlinang di pipinya. Kemudian dengan lemah dia mengganggukkan kepalanya. Sebuah perasaan ibaratnya telah memenangi piala dunia, bersemayam di dadaku. Aku tahu, kalau mulai malam itu aku telah menaklukan adikku yang bandel ini. Kemudian aku memerintahkan dia untuk membereskan ruangan kamarnya dan menyingkirkan sprei bernoda darah dan potongan dasternya yang koyak. Selain itu aku segera menyuruhnya meminum pil KB yang kudapat dari lemari obat ibuku. Terakhir aku menyuruhnya mandi membersihkan badan, tentu saja bersamaku. Aku menyuruhnya untuk menggunakan jari-jari lentiknya untuk membersihkan penisku dengan lembut.

    Malam itu, aku telah memenangkan pertempuran. Selama seminggu kepergian orang tuaku, aku selalu meniduri adikku di setiap kesempatan yang ada. Pada hari keempat, adikku sudah terbiasa dan tidak lagi menolakku biarpun dia masih kelihatan sedih dan tertekan setiap kali kita bercinta. Aku juga memerintahkannya untuk membersihkan rumah dan memasakan makanan kesukaanku. Aku juga memberi tugas baru untuk mulut mungil adikku dengan bibirnya yang merah merekah. Setiap malam selama seminggu ketika aku menonton TV, aku menyuruh adikku untuk memberi oral seks. Dan aku selalu menyemprotkan spermaku ke dalam mulutnya dan menyuruhnya untuk menelannya.

    Sejak itu, setiap kali ada kesempatan, aku selalu meniduri adikku. Tentu saja kami mempraktekan safe sex dengan kondom dan pil. Setelah dia lulus SMA, kami masih melakukannya, bahkan sekarang dia sudah menikmati permainan kami. Terkadang, dia sendiri yang datang memintanya. Ketika dia lulus SMA, aku yang sekarang sudah bekerja di sebuah bank bonafid dipindahkan ke Jakarta. Aku meminta orang tuaku untuk mengijinkan adikku kuliah di Jakarta. Tentu saja aku beralasan bahwa aku akan menjaganya agar adikku tidak terseret dalam pergaulan bebas. Orang tuaku setuju dan adikku juga pasrah.

  • Kisah Memek Kuperkosa Adikq yang Nakal

    Kisah Memek Kuperkosa Adikq yang Nakal


    1976 views

    Duniabola99.com – Fina di sekolahny termasuk gadis, cewek yang sangat populer karena kecantikan dan kemolekan tubuhnya. Aq sebagai seorang kakaknya selalu membayangkan jika adikku yang manis dan cantik itu aku setubuhi sendiri. Pasti kontolku bakalan nut-nutan.


    Singkat kata, adikku fina memang seorang gadis yang sangat cantik dan merupakan kebanggaan orang tuaku. Selain itu dia juga sangat pandai membawa diri di hadapan orang lain sehingga semua orang menyukainya. Namun di balik semua itu, sang “putri” ini sebetulnya tidaklah perfect. Kepribadiannya yang manis ternyata hanya topeng belaka. Di dunia ini, hanya aku, kakak laki-lakinya, yang tahu akan kepribadiannya yang sesungguhnya. Kedua orang tuaku yang sering keluar kota untuk berbisnis selalu menitipkan rumah dan adikku kepadaku. Tapi mereka tidak tahu kalau aku kesulitan untuk mengendalikan adikku yang bandelnya bukan main. Di hadapanku, dia selalu bersikap membangkang dan seenaknya. Bila aku berkata A, maka dia akan melakukan hal yang sebaliknya. Pokoknya aku sungguh kewalahan untuk menanganinya.

    Suatu hari, semuanya berubah drastic. Hari itu adalah hari Sabtu yang tak akan terlupakan dalam hidupku. Pada akhir minggu itu, seperti biasanya kedua orang tuaku sedang berada di luar kota untuk urusan bisnis. Mereka akan kembali minggu depannya. Kebetulan, aku dan adikku juga sedang liburan panjang. Sebetulnya kami ingin ikut dengan orang tua kami keluar kota, tapi orang tuaku melarang kami ikut dengan alasan tak ingin kami mengganggu urusan bisnis mereka. Biarpun adikku kelihatan menurut, tapi aku tahu kalau dia sangat kesal di hatinya. Setelah mereka pergi, aku mencoba untuk menghiburnya dengan mengajaknya nonton DVD baru yang kubeli yaitu Harry Potter and the Order of Pheonix. Tapi kebaikanku dibalas dengan air tuba. Bukan saja dia tidak menerima kebaikanku, bahkan dia membanting pintu kamarnya di depan hidungku.

    Inilah penghinaan terakhir yang bisa kuterima. Akupun menonton DVD sendirian di ruang tamu. Tapi pikiranku tidaklah focus ke film, melainkan bagaimana caranya membalas perbuatan adikku. Di rumah memang cuma ada kami berdua. Orang tua kami berpendapat bahwa kami tidak memerlukan pembantu dengan alasan untuk melatih tanggung jawab di keluarga kami. Selintas pikiran ngawur pun melintas di benakku. Aku bermaksud untuk menyelinap ke kamar adikku nanti malam dan memfoto tubuh telanjangnya waktu tidur dan menggunakannya untuk memaksa adikku agar menjadi adik yang penurut.


    Malam itu, jam menunjukan pukul sebelas malam. Aku pun mengedap di depan pintu kamar adikku. Daun telingaku menempel di pintu untuk memastikan apa adikku sudah tertidur. Ternyata tidak ada suara TV ataupun radio di kamarnya. Memang biasanya adikku ini kalau hatinya sedang mengkal, akan segera pergi tidur lebih awal. Akupun menggunakan keahlianku sebagai mahasiswa jurusan teknik untuk membuka kunci pintu kamar adikku. Kebetulan aku memang mempunyai kit untuk itu yang kubeli waktu sedang tour ke luar negeri. Di tanganku aku mempunyai sebuah kamera digital.

    Di kamar adikku, lampu masih terang karena dia memang tidak berani tidur dalam kegelapan. Akupun berjalan perlahan menuju tempat tidurnya. Ternyata malam itu dia tidur pulas terlentang dengan mengenakan daster putih. Tanganku bergerak perlahan dan gemetar menyingkap dasternya ke atas. Dia diam saja tidak bergerak dan napasnya masih halus dan teratur. Ternyata dia memakai celana dalam warna putih dan bergambar bunga mawar. Pahanya begitu mulus dan aku pun bisa melihat ada bulu-bulu halus menyembul keluar di sekitar daerah vaginanya yang tertutup celana dalamnya.

    Kemudian aku menggunakan gunting dan menggunting dasternya sehingga akhirnya bagian payudaranya terlihat. Di luar dugaanku, ternyata dia tidak mengenakan kutang. Payudaranya tidak begitu besar, mungkin ukuran A, tapi lekukannya sungguh indah dan menantang. Jakunku bergerak naik turun dan akupun menelan ludah melihat pemandangan paling indah dalam hidupku. Kemudian dengan gemetar dan hati-hati, aku pun membuka celana dalamnya. Adikku masih tertidur pulas.

    Pemandangan indah segera terpampang di hadapanku. Sebuah hutan kecil yang tidak begitu lebat terhampar di depan mataku. Sangking terpesonanya, aku hanya bisa berdiri untuk sekian lamanya memandang dengan kamera di tanganku. Aku lupa akan maksud kedatanganku kemari. Sebuah pikiran setanpun melintas, kenapa aku harus puas hanya dengan memotret tubuh adikku. Apakah aku harus mensia-siakan kesempatan satu kali ini dalam hidupku? Apalagi aku masih perjaka ting-ting. Tapi kesadaran lain juga muncul di benakku, dia adalah adik kandungku., For God Sake. Kedua kekuatan kebajikan dan kejahatan berkecamuk di pikiranku.


    Akhirnya, karena pikiranku tidak bisa memutuskan, maka aku membiarkan “adik laki-lakiku” di selangkangku memutuskan. Ternyata beliau sudah tegang siap perang. Manusia boleh berencana, tapi iblislah yang menentukan. Kemudian aku meletakan kamera di meja. Aku pun menggunakan kain daster yang sudah koyak untuk mengikat tangan adikku ke tempat tidur. Sengaja aku membiarkan kakinya bebas agar tidak menghalangi permainan setan yang akan segera kulakukan. Adikku masih juga tidak sadar kalau bahaya besar sudah mengancamnya. Aku pun segera membuka bajuku dan celanaku hingga telanjang bulat.

    Kemudian aku menundukan mukaku ke daerah selangkangan adikku. Ternyata daerah itu sangat harum, kelihatan kalau adikku ini sangat menjaga kebersihan tubuhnya. Kemudian aku pun mulai menjilati daerah lipatan dan klitoris adikku. Adikku masih tertidur pulas, tapi setelah beberapa lama, napasnya sudah mulai memburu. Semakin lama, vagina adikku semakin basah dan merekah. Aku sudah tak tahan lagi dan mengarahkan moncong meriamku ke lubang kenikmatan terlarang itu. Kedua tanganku memegang pergelangan kaki adikku dan membukanya lebar-lebar.

    Ujung kepala penisku sudah menempel di bibir vagina adikku. Sejenak, aku ragu-ragu untuk melakukannya. Tapi aku segera menggelengkan kepalaku dan membuang jauh keraguanku. Dengan sebuah sentakan aku mendorong pantatku maju ke depan dan penisku menembus masuk vagina yang masih sangat rapat namun basah itu. Sebuah teriakan nyaring bergema di kamar,” Aaaggh, aduh….uuuhh, KAK ADI, APA YANG KAULAKUKAN??” Adikku terbangun dan menjerit melihatku berada di atas tubuhnya dan menindihnya. Muka adikku pucat pasi ketakutan dan menahan rasa sakit yang luar biasa. Matanya mulai berkaca-kaca. Sedangkan pinggulnya bergerak-gerak menahan rasa sakit. Tangannya berguncang mencoba melepaskan diri. Begitu juga kakinya mencoba melepaskan diri dari pegangannku. Namun semua upaya itu tidak berhasil. Aku tidak berani berlama-lama menatap matanya, khawatir kalau aku akan berubah pikiran. Aku mengalihkan pandangan mataku ke arah selangkangan. Ternyata vagina adikku mengeluarkan darah, darah keperawanan.


    Aku tidak menghiraukan semua itu karena sebuah kenikmatan yang belum pernah kurasakan dalam hidupku menyerangku. Penisku yang bercokol di dalam vagina adikku merasakan rasa panas dan kontraksi otot vagina adikku. Rasanya seperti disedot oleh sebuah vakum cleaner. Aku pun segera menggerakan pinggulku dan memompa tubuh adikku. Adikku menangis dan menjerit:” Aduhh..aahh..uuhh..am..pun..ka k…lep..as..kan..pana ss…sakitt!!” “Kak..Adii..mengo..uuhh..yak.. aduh…tubuhku!!! ” Aku tidak tahan dengan rengekan adikku, karena itu aku segera menggunakan celana dalam adikku untuk menyumpal mulutnya sehingga yang terdengar hanya suara Ughh..Ahhh.

    Setelah sekitar lima belas menit, adikku tidak meronta lagi hanya menangis dan mengeluh kesakitan. Darah masih berkucuran di sekitar vaginanya tapi tidak sederas tadi lagi. Aku sendiri memeramkan mata merasakan kenikmatan yang luar biasa. Aku semakin cepat menggerakan pinggulku karena aku merasa akan segera mencapai klimaksnya. Sesekali tanganku menampar pantat adikku agar dia menggoyangkan pinggulnya sambil berkata:’ Who is your Daddy?” Sebuah dilema muncul di pikiranku. Haruskah aku menembak di dalam rahim adikku atau di luar? Aku tahu kalau aku ingin melakukannya di dalam, tapi bagaimana bila adikku hamil? Ahh… biarlah itu urusan nanti, apalagi aku tahu di mana ibuku menyimpan pil KBnya. Tiga menit kemudian..crott..crottt..akupu n menembakan cairan hangat di dalam rahim adikku. Keringat membasahi kedua tubuh kami dan darah keperawanan adikku membasahi selangkangan kami dan sprei tempat tidur.

    Aku membiarkan penisku di dalam vagina adikku selama beberapa menit. Kemudian setelah puas, aku mencabut keluar penisku dan tidur terlentang di samping adikku. Aku kemudian membebaskan tangan adikku dan membuka sumpalan mulutnya. Kedua tanganku bersiap untuk menerima amukan kemarahannya. Namun di luar dugaanku, dia tidak menyerangku. Adikku hanya diam membisu seribu bahasa dan masih menangis. Posisinya masih tidur dan hanya punggungnya yang mengadapku. Aku melihat tangannya menutup dadanya dan tangan lainnya menutup vaginanya. Dia masih menangis tersedu-sedu.


    Setelah semua kepuasanku tersalurkan, baru sekarang aku bingung apa yang harus kulakukan selanjutnya. Semua kejadian ini di luar rencanaku. Aku sekarang sangat ketakutan membayangkan bagaimana kalau orang tuaku tahu. Hidupku bisa berakhir di penjara. Kemudian pandangan mataku berhenti di kamera. Sebuah ide jenius muncul di pikiranku. Aku mengambil kameranya dan segera memfoto tubuh telanjang adikku. Adikku melihat perbuatanku dan bertanya: ”Kak Adi, Apa yang kau lakukan? Hentikan, masih belum cukupkah perbuatan setanmu malam ini? Hentikan…” Tangannya bergerak berusaha merebut kameraku. Namun aku sudah memperkirakan ini dan lebih sigap. Karena tenagaku lebih besar, aku berhasi menjauhkan kameranya dari jangkauannya. Aku mencabut keluar memori card dari kameranya dan berkata: “Kalau kamu tidak mau foto ini tersebar di website sekolahmu, kejadian malam ini harus dirahasiakan dari semua orang. Kamu juga harus menuruti perintah kakakmu ini mulai sekarang.”

    Wajah adikku pucat pasi, dan air mata masih berlinang di pipinya. Kemudian dengan lemah dia mengganggukkan kepalanya. Sebuah perasaan ibaratnya telah memenangi piala dunia, bersemayam di dadaku. Aku tahu, kalau mulai malam itu aku telah menaklukan adikku yang bandel ini. Kemudian aku memerintahkan dia untuk membereskan ruangan kamarnya dan menyingkirkan sprei bernoda darah dan potongan dasternya yang koyak. Selain itu aku segera menyuruhnya meminum pil KB yang kudapat dari lemari obat ibuku. Terakhir aku menyuruhnya mandi membersihkan badan, tentu saja bersamaku. Aku menyuruhnya untuk menggunakan jari-jari lentiknya untuk membersihkan penisku dengan lembut.

    Malam itu, aku telah memenangkan pertempuran. Selama seminggu kepergian orang tuaku, aku selalu meniduri adikku di setiap kesempatan yang ada. Pada hari keempat, adikku sudah terbiasa dan tidak lagi menolakku biarpun dia masih kelihatan sedih dan tertekan setiap kali kita bercinta. Aku juga memerintahkannya untuk membersihkan rumah dan memasakan makanan kesukaanku. Aku juga memberi tugas baru untuk mulut mungil adikku dengan bibirnya yang merah merekah. Setiap malam selama seminggu ketika aku menonton TV, aku menyuruh adikku untuk memberi oral seks. Dan aku selalu menyemprotkan spermaku ke dalam mulutnya dan menyuruhnya untuk menelannya.


    Ketika orang tuaku kembali minggu depannya, aku memerintahkan adikku untuk bersikap sewajarnya menyambut mereka. Ketika ibuku memeluk adikku, aku melihat wajah adikku yang seperti ingin melaporkan peristiwa yang terjadi selama seminggu ini. Aku pun bertindak cepat dan berkata pada ibuku: “Ibu, gimana perjalanan ibu? Tunjukan dong FOTOnya kepada kami berdua.” Ibuku tersenyum mendengar ini dan tidak mencurigai apa pun. Tapi adikku menjadi sedikit pucat dan tahu makna dari perkataanku. Dia pun tidak jadi berkata apa-apa.

    Sejak itu, setiap kali ada kesempatan, aku selalu meniduri adikku. Tentu saja kami mempraktekan safe sex dengan kondom dan pil. Setelah dia lulus SMA, kami masih melakukannya, bahkan sekarang dia sudah menikmati permainan kami. Terkadang, dia sendiri yang datang memintanya. Ketika dia lulus SMA, aku yang sekarang sudah bekerja di sebuah bank bonafid dipindahkan ke Jakarta. Aku meminta orang tuaku untuk mengijinkan adikku kuliah di Jakarta. Tentu saja aku beralasan bahwa aku akan menjaganya agar adikku tidak terseret dalam pergaulan bebas. Orang tuaku setuju dan adikku juga pasrah. Sekarang kami berdua tinggal di Jakarta dan menikmati kebebasan kami. Hal yang berbeda hanyalah aku bisa melihat bahwa adikku telah berubah menjadi gadis yang lebih binal.

  • Kisah Memek Kupuaskan Nafsu Janda Itu Sampai Dia Orgasme Berkali-Kali

    Kisah Memek Kupuaskan Nafsu Janda Itu Sampai Dia Orgasme Berkali-Kali


    2474 views

    Duniabola99.com – Tak pernah sekalipun terlintas dalam pikiranku kalau akhirnya aku harus menjadi seorang duda. Bagiku kehidupan perkawinan yang kulalui selama ini didasarkan atas rasa cinta. Aku mencintai istriku, begitu pula ia juga mencintaiku. Tapi ternyata cinta saja tak cukup untuk membina sebuah rumah tangga yang bahagia. Menginjak tahun ketiga usia perkawinanku, keutuhan rumah tanggaku mulai goyah.


    Apalagi sejak kelahiran anak kami yang kedua yang hanya berselang setahun dengan anak kami yang pertama. Aku memang sepakat dengan istriku untuk berproduksi secepatnya dan akan sedikit repot di awal-awal tahun perkawinan untuk membesarkan anak-anak dan setelah itu kami baru akan konsentrasi untuk karir, cari uang dan tujuan hidup yang lainnya.

    Namun rupanya rencana tak berjalan seperti yang kami harapkan. Istriku terpaksa harus keluar dari kantornya yang bangkrut akibat krismon. Padahal kelahiran anak keduaku bagaimanapun cukup menambah pengeluaran kami. Sehingga aku terpaksa bekerja lebih keras, meskipun saat itu aku sudah menjadi wakil manajer di perusahaanku. Aku mulai kembali mengajar di beberapa perguruan dan akademi swasta, seperti yang pernah kulakukan pada saat belum berkeluarga dulu.

    Di sinilah masalah keluarga mulai muncul. Beberapa bulan menganggur, istriku mulai uring-uringan dan kelihatan tertekan. Sementara aku harus sering pulang larut malam, karena aku tidak hanya sibuk mengajar, tetapi juga mulai aktif dipanggil sebagai pembicara di beberapa pertemuan-pertemuan bisnis. Kondisi seperti itu berlangsung hampir satu tahun. Nexiabet

    Entah sudah berapa puluh kali aku bertengkar dengan istriku. Dari masalah yang sepele hingga masalah yang berkaitan dengan urusan ranjang. Istriku kurasakan mulai dingin dan tak jarang menolak bila kuajak berhubungan intim. Sikapnya juga mulai aneh. Beberapa kali aku menemui rumah dalam keadaan kosong karena istriku pergi dan menginap di rumah orang tuanya bersama anak-anakku. Kadang ia berada di sana selama satu minggu, meskipun aku sudah menyusulnya dan mengajaknya untuk pulang.

    Singkat cerita, setelah kurang lebih satu setengah tahun kondisi seperti itu berlangsung terus menerus, istriku akhirnya meminta cerai. Aku kaget dan tak pernah menduga ia akan melakukan itu padaku. Sulit bagiku untuk membujuk dan mengajaknya bicara secara baik-baik. Bahkan kedua orang tua kami sampai ikut campur mendamaikan. Akhirnya dengan berat hati aku harus berpisah dengan istri dan kedua anakku. Pupuslah sudah angan-anganku membentuk Keluarga yang Bahagia.

    Ada tiga bulan aku seperti orang linglung menghadapi cobaan itu. Aku stres berat. Bahkan sempat hampir masuk rumah sakit. Aku mendapatkan hak untuk menempati rumah kami. Tapi anak-anak ikut istriku yang kini tinggal dengan orang tuanya. Sesekali aku menemui mereka, karena anak-anakku masih kecil dan tetap perlu figur seorang ayah. Kurang lebih setahun setelah perceraianku, aku mulai menjalin hubungan lagi dengan seorang wanita. Maryati namanya, seorang janda tanpa anak.


    Perkenalan kami terjadi sewaktu aku terlibat dalam sebuah kepanitiaan temu bisnis yang diadakan sebuah perusahaan terkemuka di ibu kota. Pertemuan demi pertemuan dan pembicaraan-pembicaraan di telepon akhirnya berkembang menjadi acara kencan bagi kami berdua. Rasa kesepian yang selama ini kualami seperti mendapat obatnya. Maryati memang seorang yang wanita yang menarik dan menyenangkan bagi siapa pun laki-laki yang mengenal dia. Entah kenapa ia memilihku. Mungkin kami sama-sama berstatus cerai. Tapi ternyata ia punya alasan lain. Menurutnya ia menyukaiku karena aku orangnya kalem tapi terlihat matang, dan menurutnya lagi, wajahku ganteng dan ia suka dengan laki-laki yang berkumis sepertiku. Komentar yang terakhir itu hampir sama dengan yang pernah disampaikan oleh mantan istriku waktu kami pacaran dulu.

    Sebagai laki-laki normal, terus terang di samping tertarik pada personalitasnya, aku juga tertarik secara seksual dengan Dik Mar (demikian aku biasa memanggil Maryati, sementara ia biasa memanggilku Mas Is, kependekan dari namaku, Iskandar). Selama menduda, kehidupan seksualku memang cukup menjadi suatu masalah bagiku. Karena aku bukan tipe yang bisa main dengan sembarang orang, karena aku takut dengan berbagai risiko yang nanti bisa menimpaku. Meskipun kuakui sekali dua kali aku terpaksa melacur. Tapi jarang sekali aku melakukannya dan bisa dihitung dengan jari. Itu pun kulakukan dengan penuh perhitungan dan hati-hati. Terus terang selama ini aku lebih banyak menyalurkan hasrat seksualku dengan cara onani sambil lihat BF atau majalah porno yang kumiliki.

    Maka ketika aku mengenal Maryati, dan semakin mengenalnya lebih jauh lagi, serta merasa yakin dengan siapa aku menjalin hubungan, aku tak sungkan-sungkan lagi menyatakan kesukaanku padanya. Statusnya yang janda secara psikologis membuatku lebih berani untuk berbicara dan bersikap lebih terbuka dalam beberapa hal yang sensitif, termasuk masalah seks. Dan seperti sudah kuduga semula, Maryati meresponku dengan baik. Kami pertama kali melakukan hubungan intim di sebuah hotel di daerah Puncak. Aku yang mengajaknya.


    Meskipun semula ia menolak ajakanku dengan halus, tapi akhirnya aku berhasil mengajaknya bermalam di Puncak. Pagi itu kami berangkat dari Jakarta sekitar jam 9 pagi. Selama perjalanan kami mengobrol dan bercanda tentang berbagai hal, bahkan kadang-kadang menyerempet ke masalah-masalah yang intim, karena kami sadar bahwa kepergian kami ke Puncak memang untuk itu. Begitu tiba di dalam kamar hotel, tubuh Maryati langsung kudekap dan kuciumi ia dengan mesra. Ia membalasku dengan ciuman yang tak kalah hangatnya. Cukup lama kami berciuman dalam posisi berdiri. Senjataku pun sudah lama berdiri sejak mulai masuk lobby hotel tadi, karena terus membayangkan kejadian yang bakal terjadi. Dadaku terasa berdegup keras sekali.

    Kurasakan pula debaran jantung Maryati pada tanganku yang merayap-rayap di sekitar dadanya. Memang baru pertama kali inilah kami berbuat agak jauh. Bahkan bisa dipastikan kami akan lebih jauh lagi. Selama ini kami hanya sebatas berciuman. Itupun baru kami lakukan sebanyak dua kali dan dalam suasana yang tidak mendukung. Yang pertama terjadi di gedung bioskop dan yang kedua waktu aku mampir ke kantornya dan sempat masuk ke ruang kerjanya. Sehingga pada kedua kesempatan itu kami tak leluasa untuk saling menjamah. Tapi kali ini, kami bisa saling menyentuh, meremas dan melakukan apa saja dengan bebasnya. Tanganku berulang-ulang meremas gemas bongkahan pantatnya, karena bagian tubuhnya itulah yang selama ini paling kusukai tapi paling sulit kujamah. Sedangkan ia asyik menelusuri dadaku dan mengusap-usap bulu yang tumbuh lebat di sana. Barangkali bagian tubuhku itulah yang selama ini disukainya tapi sulit disentuhnya.

    Dia memang pernah mengomentari tentang bulu dadaku yang memang bisa terlihat jelas bila aku memakai kemeja biasa. Siang itu kami akhirnya melakukan sesuatu yang sudah lama kami pendam. Terus terang kami melakukannya dengan terburu-buru dan cepat. Bahkan pakaian tak sempat kami buka semua.

    Maryati masih mengenakan rok dan blusnya. Hanya saja blusnya sudah terbuka, demikian pula dengan BH-nya, sudah terkuak dan menonjolkan isinya yang bulat padat itu. Sementara rok hitamnya sudah kutarik ke atas pinggangnya dan celana dalamnya sudah kulepas sejak dari tadi. Aku sendiri masih berpakaian lengkap, hanya beberapa kancing bajuku sudah terlepas bahkan ada yang copot direnggut oleh tangan Maryati. Sedangkan celana jeans dan celana dalamku tak sempat lagi kulepas, hanya ikat pinggang dan ritsluitingnya saja yang kubuka. Sehingga batang kemaluanku bisa langsung kujulurkan begitu saja dari celana dalamku yang juga tak sempat kulepas. Segera Maryati kutelentangkan di atas ranjang dan aku langsung melakukan penetrasi. Tanpa ba bi Bu lagi aku segera tancap gas. Menusuk sedalam-dalamnya dan mulai menggenjotnya. Kami berdua seperti balas dendam. Segera ingin mencapai puncak.


    Suara erangan dan lenguhan terdengar bersahutan dengan nafas kami yang saling memburu. Kami benar-benar bermain agak liar. Mungkin karena sudah lama saling memendam birahi. Sehingga saat itu kami lebih tepat disebut sedang bermain seks daripada bermain cinta. Akhirnya permainan kami selesaikan dengan cepat. Kami tak sempat melakukan variasi atau posisi gaya yang macam-macam. Cukup gaya konvensional saja. Yang penting kami berdua bisa mencapai puncak kenikmatan. Maka begitu Maryati sudah mendapat orgasmenya, aku langsung menggenjotnya dengan semangat dan tak lama kemudian aku pun mengerang seiring dengan muncratnya cairan kenikmatan dari batang kemaluanku dalam tubuhnya, berkali-kali. Aku lalu merebahkan badanku memeluk tubuh Maryati dengan nafas tersengal-sengal. Ia membalasku dengan mengusap-usap rambutku dan menciumi kepalaku. Kami lalu berciuman dengan lumatnya. “Aku mandi dulu ya Mas..” tiba-tiba Maryati melepas pagutannya dan beranjak dari posisi telentangnya.

    Sebenarnya aku masih ingin berdekapan. Tapi segera kuikuti langkahnya menuju kamar mandi. Kulihat ia mulai melepas sisa pakaiannya. Aku memandangnya sambil bersandar pada pintu kamar mandi. Bibirnya terus tersenyum membalas pandanganku yang terus lekat selama ia melepas pakaiannya satu persatu. Sementara aku melongo menyaksikan striptease gratis di depanku. Sampai akhirnya ia benar-benar bertelanjang bulat. Baru kali ini aku melihat tubuhnya dalam keadaan benar-benar polos. Selama ini aku hanya bisa membayangkan bagian-bagian tertentu dari tubuhnya. Kini aku bisa melihat semuanya. Terpampang jelas. “Mau gabung?” katanya menggoda. Dan aku memang tergoda.

    Langsung kucopot pakaianku yang sebagian besar sudah setengah terbuka lalu sengaja kusisakan celana dalam saja. Aku langsung menuju ke arahnya. Lalu kembali kami berciuman. Tangannya langsung meremas-remas milikku yang sudah agak lemas dan masih terbungkus celana dalam itu. Sementara aku pun sibuk memainkan puting susunya dengan jari-jariku. Permainan seperti ini sebenarnya pernah kami lakukan. Hanya bedanya kali ini kami melakukannya dalam keadaan tubuh telanjang. “Mas..” bisiknya di sela-sela acara saling memagut dan meremas. “Ya, sayang?” balasku. “Sudah kuduga, punya Mas Iskandar pasti gede.” “O ya?” “Ya”, sambil tangannya meremas kuat milikku. Aku mengerang tertahan, enak. “Aku juga sudah menduga..” kataku sambil mengarahkan jariku ke sela-sela pahanya. “Apa?” tanyanya. “Punya Dik Mar pasti legit..” “Kayak apa sih yang dibilang legit itu?” “Ya kayak tadi”, jawabku sambil menusukkan jari tengahku ke celah bibir kemaluannya. Terasa agak seret tapi lentur dan sedikit lengket. Itulah legit.

    Aku mulai terangsang. Milikku pelan-pelan mengembang dan mengeras. “Masshh..” ia mulai merintih ketika sambil tanganku bermain di bawah sana, mulutku juga mulai merambah telinga, leher dan berhenti di ujung buah dadanya yang telah mengeras. Jilatan dan isapan mulutku makin membuatnya merintih-rintih kenikmatan. Sementara tangannya kini sudah menelusup masuk ke celana dalamku dan meremas-remas isinya dengan gemas. Membuatku makin tegang dan ingin segera menyetubuhinya lagi. “Mau lagi?” tanyaku agak berbisik. Ia mengangguk. “Sekarang?” tanyaku lagi. Dan ia mengangguk lagi. Akhirnya kami melakukannya lagi di dalam kamar mandi. Bahkan kami tak sempat mandi lebih dahulu sesuai rencana semula. Tapi kali ini kami ingin bermain cinta, tidak semata-mata main seks seperti tadi. Semua berawal ketika ia melepaskan celana dalamku dan lalu memintaku untuk segera menusuknya. Segera kuangkat dan kududukkan tubuhnya di atas meja wastafel. Lalu dalam posisi berdiri aku langsung menghujamkan kejantananku ke sela-sela pahanya yang segera dibukanya lebar-lebar. Kami berdua kembali bernafsu. Bibir kami saling melumat dan tangannya langsung merangkulku erat-erat. Sementara pinggulku spontan menyentak-nyentak, mengayun dan menghujam dengan liarnya. Gerakan yang sudah lama tak kulakukan. Kurasakan Maryati pun sepertinya sudah lama tak menikmati permainan cinta seperti ini. Kedua kakinya melilit pinggangku dengan ketatnya. Kedua tangannya terus mencakar punggungku bila dirasakannya aku menusuknya terlalu dalam. Kudengar mulutnya mendesis dan melenguh bergantian.


    Aku sendiri hanya bisa mendengus dan menahan agar tak keluar terlalu cepat. “Mass Iss.. Mass Isshh..” ia mulai memangil-manggil namaku. Sepertinya ia sudah mau orgasme. Maka aku terus mempergencar gerakanku. Kurengkuh kedua pantatnya dan kutekan ke depan sehingga membuat batang kemaluanku makin melesak dalam liang surganya. Berkali-kali kulakukan gerakan itu sehingga makin membuatnya meneriakkan namaku berulang-ulang. Akhirnya kurasakan badannya menggigil hebat dan mulutnya merintih panjang. Orgasmenya datang. Cukup cepat menurutku, seperti waktu kami main di ranjang tadi. Ia ternyata memang cepat panas. Sejenak aku menghentikan gerakanku. Kubiarkan Maryati menikmati sendiri puncak birahinya. Aku mencoba membantu menambah kenikmatannya dengan cara menjepitkan jempol dan telunjukku pada kedua puting susunya dan melintirnya pelan-pelan. Bola matanya sayu menggantung, meresapi rasa nikmat yang tengah melanda sekujur tubuhnya. Tangannya mencengkeram erat bahu dan punggungku. Sementara kakinya makin kuat menjepit, sebelum akhirnya pelan-pelan mengendor. Nafasnya kini mulai satu-satu. “Enak Dik?” tanyaku nakal. “Enak.. Mas.. enak sekali..” jawabnya masih dengan nafas satu-satu. “Mas Iskandar belum keluar?” lanjutnya sambil matanya melihat sebagian batang kemaluanku yang masih tertancap di jepitan pahanya. “Belum dong. Ini kan ronde kedua”, kataku sambil tersenyum. Sebenarnya aku tadi juga hampir muncrat. Meskipun ronde kedua, tapi aku agak tak kuat juga menahan laju birahiku yang sudah lama tak tersalurkan.

    Tapi untuk permainan kali ini aku berusaha menahan sekuatnya. Karena ini benar-benar pengalaman pertamaku bermain cinta dengannya, harus sip. Pelan-pelan pinggulku mulai kugoyang lagi. Kutatap matanya lekat-lekat sambil terus kugerakkan pinggul dan pantatku maju mundur. Ia kembali tersenyum merasakan gerakanku yang sengaja kubuat pelan tapi mantap. Diaturnya posisinya sehingga aku bisa melakukan tusukan lebih dalam. Kembali kami berdua bekerja sama mencapai puncak kenikmatan. Kukocok-kocokkan terus batang kemaluanku dalam liang senggamanya. Sementara bibirku sibuk menelusuri telinga dan lehernya dengan ganas. Ia sampai menggelinjang ke sana ke mari karena kegelian. Punggungnya lalu terasa menegang ketika mulutku mampir ke buah dadanya dan mulai bermain-main di situ. Putingnya yang coklat dan menonjol besar itu kini menjadi bulan-bulanan lidah dan bibirku. Kubuat beberapa cupang merah di gundukan kedua bukit dadanya. Mulutnya memintaku untuk terus menyedot susunya. Dan aku melakukannya dengan senang hati. Pertahananku akhirnya bobol ketika secara pelan-pelan kurasakan batang kemaluanku terasa dijepit oleh dinding yang makin menjepit dan berdenyut-denyut. Beberapa saat kunikmati sensasi itu. Sensasi yang sudah lama tak pernah kurasakan. Tampaknya Maryati hampir mendapatkan orgasmenya yang kedua. Maka dengan perlahan-lahan penuh konsentrasi aku mulai mengayun pinggulku, mengayun dan terus mengayun, dan akhirnya menjadi gerakan menyentak-nyentak yang makin lama makin kuat. Membuat tubuh Maryati terlonjak-lonjak.

    Beberapa kali kutekan pantatku kuat-kuat ke depan. Menusuk dan mengocok. Dan pada tusukan yang kesekian, mulailah muncul rasa geli yang berdesir-desir pada pangkal kemaluanku. Makin lama desiran itu makin kuat, makin geli, makin enak, makin nikmat. Akhirnya aku tak kuat lagi menahan desakan cairan yang terasa mengalir dari kemaluanku yang kemudian meluncur sepanjang batang kemaluanku sampai akhirnya menyemprot kuat berkali-kali dari lubang kecil di ujung kepala kemaluanku. Cairan kental hangat itu makin melicinkan dinding liat milik Maryati sehingga memudahkan gerakan-gerakan yang mengiringi ejakulasiku. Dan gerakan-gerakan yang kubuat ternyata telah memicu kembali puncak birahi Maryati. Akhirnya yang terdengar adalah erangan kami berdua, saling bersahutan. Lalu diam. Tinggal suara dengusan nafas kami yang tersengal-sengal. Kami tadi tak sempat mandi sesuai rencana semula, tapi tubuh kami kini benar-benar telah basah karena keringat. Berdua kami berpelukan meresapi rasa nikmat yang sudah lama tak kami rasakan. Aku mau mencabut milikku, tapi dengan gaya manja Maryati melarangku. Ia lalu malah menciumku dan memintaku untuk menggendongnya ke arah shower. Dililitkannya kedua kakinya pada pinggangku lalu dengan batang kemaluan masih terselip di selangkangannya, kugendong tubuhnya menuju shower. Selanjutnya kami pun mandi bersama. Malam harinya kami mengulang kembali kejadian siang itu dengan permainan yang lebih bergairah. Begitulah pengalaman pertamaku dengan Maryati. Pengalaman pertamaku bermain cinta yang sebenarnya dengan seorang wanita yang kusukai sejak aku menduda setahun yang lalu. Hari-hari selanjutnya aku dan Maryati sudah bagaikan suami isteri yang sah saja. Tak jarang ia menginap di rumahku atau sebaliknya.


    Hubungan kami sangat hangat dan mesra. Bahkan menurutku lebih mesra dibandingkan dengan mantan istriku yang dulu (sebenarnya aku tak ingin membuat perbandingan, tapi itu sulit kuhindari dan memang demikianlah kenyataannya). Waktu pertama kali kenal dengan Maryati, aku tak pernah mempunyai pikiran untuk menjadi orang terdekatnya. Terus terang aku memang menyukainya, tapi hanya berani sebatas mengaguminya saja. Apalagi waktu itu aku dengar ia sedang menjalin hubungan dengan manajer sebuah perusahaan asing, seorang ekspatriat. Jadi kupikir ia punya selera bule dan aku merasa tidak masuk dalam hitungannya. Sampai suatu ketika, pada suatu malam, sehabis kami bertemu dalam sebuah acara dinner party, ia memintaku untuk mengantarnya pulang. Kebetulan saat itu ia tidak bawa mobil karena sedang masuk bengkel. Sebagai teman, dan juga sebagai lelaki, aku tentu saja tak bisa menolak permintaannya. Selama perjalanan menuju rumahnya, kami mengobrol kesana kemari.

    Saat masih berada di mobil, entah dalam konteks apa kami bicara, tiba-tiba kami terlibat dalam obrolan yang akhirnya kelak mengarah pada sebuah hubungan yang makin akrab. “Apakah Mas Is nggak pernah merasa kesepian?” itu pertanyaan pribadinya yang pertama kuingat. Pandangannya tetap lurus ke depan kaca mobil. “Yah, namanya juga sendiri”, aku menjawab sekenanya, setelah sebelumnya agak gelagapan menerima pertanyaan yang agak sensitif itu. “Memang kenapa?” aku mulai berani memancing. “Ya tidak apa-apa, cuma nanya saja kok. Nggak boleh?” “Boleh..” Beberapa menit kemudian kami saling terdiam. “Dik Mar sendiri bagaimana?” “Ya, sama..” “Sama bagaimana?” “Ya sama. Kadang-kadang merasa sepi juga..” “Lho, katanya sedang dekat sama Mister..” “Kata siapa?” katanya memotong seolah memprotes omonganku. “Ya, saya hanya dengar-dengar saja.” “Gosip itu Mas!” “Bener juga nggak pa-pa kok.” “Mas Is percaya?” Aku diam saja. “Saya percaya. Karena orang seperti Dik Mar pasti banyak yang suka dan mudah kalau mau cari teman.” “Kalau asal cari teman sih memang gampang.

    Tapi yang cocok? Sulit!” “Masak nggak ada satu pun yang cocok? Memang cari yang seperti apa?”, pancingku mesra. Maryati tertawa dan menyahut cepat, “Yang seperti Mas Iskandar!” Aku tertawa meski agak terkejut juga dan sedikit GR dengan ucapannya. Tapi aku lalu menganggap dia hanya bercanda dan aku pun lalu menanggapi dengan bercanda juga. “Wah, saya sih jauh kalau dibandingkan sama Mister..” “Tuh kan! Dibilang itu cuma gosip, nggak percaya!” ia memotong kalimatku. “Iya deh, percaya..” “Lagi pula, dia bukan tipe saya”, nadanya agak menurun. “Saya lebih suka tipe laki-laki yang kalem, tenang.. tapi macho.. seperti Mas Is..” Kali ini aku tidak lagi menganggap dia sedang bercanda. Karena ia mengucapkan kalimat itu dengan nada yang terjaga dan kemudian menoleh ke arahku sambil tersenyum. Aku jadi nervous. Aku ikut tersenyum dan spontan menghela nafas. Aku menoleh ke arahnya dan ia masih tersenyum tapi kini wajahnya agak tertunduk. “Dik..” aku mencoba memanggilnya, seolah ingin mendapat penegasan. “Ya, Mas..” ia menjawab dan menatap ke arahku, lalu tersenyum. Dari sikap dan ekspresi wajahnya, aku berusaha meyakinkan diriku sendiri sebelum akhirnya kuberanikan diri untuk menggenggam tangannya.


    Dan ia diam saja. Bahkan kemudian membalas remasan tanganku. Itulah peristiwa yang mengukuhkan hubunganku dengan Maryati. Malam itu aku hanya mengantarnya sampai depan pintu pagar saja. Menjabat tangannya. Tak lebih dari itu. Tapi aku bahagia. Dan aku yakin ia juga bahagia. Ketika sampai di rumah, aku langsung menelponnya. Ada kurang lebih satu jam lamanya kami ngobrol, saling mengungkapkan perasaan kami berdua selama ini. Selanjutnya kami rajin saling menelepon dan mengadakan pertemuan demi pertemuan, mulai dari makan siang, belanja, nonton atau jalan-jalan. Aku pertama kali menciumnya waktu berada di bioskop. Tapi suasana waktu itu kurang mendukung untuk bercumbu secara total. Karena kami dalam posisi duduk berjejer, maka kami hanya bisa saling meraba, menyentuh dan sesekali berciuman. Bila aku memegang atau menyentuh bagian tertentu tubuhnya, ia akan diam saja. Demikian sebaliknya. Beberapa kali kami sempat berciuman, meski tak sempat lama. Tapi kami cukup menikmati kencan di bioskop saat itu. Bahkan tanganku sempat menelusup masuk ke celah roknya tapi hanya bisa mengelus-elus pahanya saja,

    karena saat itu rok yang dikenakan Maryati agak panjang. Sementara tangan Maryati relatif lebih bebas menyentuhku. Tapi ia benar-benar hanya menyentuh saja, meski sesekali memberi pijitan pada bagian depan celanaku yang menonjol karena isinya sedang menegang. Aku sebenarnya mengharap ia melakukannya lebih dari itu. Tapi lagi-lagi, suasana bioskop saat itu tak terlalu mendukung. Baru pada kesempatan kedua kami sempat bercumbu cukup panas. Kesempatannya terjadi waktu aku berkunjung ke kantornya dan masuk ke ruangan kerjanya. Ketika itu ia minta ijin sebentar untuk ke toilet pribadinya, aku segera menyusulnya dan kami lalu berciuman di lorong menuju ke arah toilet itu. Kami lalu berciuman dengan penuh gairah. Saat itulah pertama kali aku benar-benar bisa merasakan kehangatan dan kelembutan bibirnya. Sudah lama kami tak melakukan percumbuan seperti ini. Sehingga nafas kami terdengar memburu dan kami berciuman dengan lahapnya. Dan karena suasananya agak mendukung, aku pun berani menjamah bagian-bagian tubuhnya yang sensitif terutama dada dan pantatnya yang selama ini hanya bisa kupandang. Maryati pun juga mulai berani meremas milikku yang sudah mengeras dari balik celana pantalon yang kukenakan.

    Aku lalu membalasnya dengan menekankan telapak tanganku ke celah pahanya yang tertutup rok kantor dan meremas bagian yang ada di sana. Meski begitu, kami tetap tak bisa leluasa untuk melakukan hal-hal yang lebih jauh. Karena bisa saja sewaktu-waktu ada karyawan yang akan masuk sementara kami dalam keadaan kusut masai. Jadi kami tetap harus menjaga semua ini. Tapi setidak-tidaknya kami bisa saling meluapkan kerinduan kami dengan bercumbu sambil saling menyentuh. Pada pertemuan di kantor itulah aku mencoba mengajaknya untuk suatu saat berkencan lebih jauh di suatu tempat yang lebih leluasa untuk melakukannya. Maryati tidak mengiyakan atau menolak ajakanku. Ia hanya menunjukkan sikap dan jawaban yang tampaknya masih hati-hati dan perlu waktu untuk memikirkannya. Dan aku menghargai sikapnya itu.

    Sampai akhirnya aku berhasil membawanya pergi ke Puncak sebagaimana telah kuceritakan pada bagian pertama. Kini hubungan kami sudah semakin dekat. Kencan lebih banyak kami lakukan di luar rumah. Karena bagaimana pun, status kami sebagai sebagai duda dan janda sedikit banyak pasti mendapat sorotan tersendiri di lingkungan kami masing-masing. Jadi aku dan Maryati harus bisa menjaga hubungan ini agar tak terlalu menyolok. Untuk itu aku lebih senang kalau Maryati saja yang bertandang ke rumahku, daripada aku yang harus ke rumahnya. Hal ini untuk menjaga kesan bagi diri Maryati sebagai seorang janda, di samping karena lingkunganku juga relatif lebih aman. Beberapa kali ia sempat menginap di rumahku. Sementara aku baru dua kali menginap di rumahnya. Pertama kali Maryati kuajak ke rumahku adalah sehabis aku mengantarnya jalan-jalan membeli arloji, kira-kira seminggu setelah kejadian di Puncak. Berhubung waktu pulang hujan cukup lebat, aku harus mengambil jalan memutar yang cukup jauh menuju rumahnya untuk menghindari wilayah yang biasanya banjir. Kebetulan jalan yang harus kuambil melewati jalan menuju kompleks rumahku.


    Maka daripada tanggung, aku menyarankan Maryati untuk mampir sebentar. “Lama juga nggak pa-pa” katanya menggoda. “Jangan ah.. Takut!” sahutku gantian menggodanya. “Takut apa?” “Takut tidak terjadi apa-apa.. ha.. ha.. ha..” “Iiihh.. dasar!” sambil tangannya mencubit pahaku. Aku berteriak, meskipun cubitannya tidak sakit. “Cubit yang lainnya dong..” aku menggodanya lagi. “Maunya!” Tapi tangannya kemudian terulur ke arah selangkanganku dan mulai menarik retsleting celana jeans-ku ke bawah. Masih dalam posisi menyetir, aku segera mengatur posisi dudukku agar ia bisa leluasa membuka celanaku. Dalam sekejap milikku sudah terjulur keluar dari celah atas celana dalamku. Milikku mulai membesar tapi belum tegang. Tangan kanan Maryati lalu mulai beraksi meremas dan memijit-mijit. Maka segera pula otot pejal kebanggaanku itu mulai bangun berdiri. Aku berusaha berkonsentrasi dengan setir mobil. Apalagi di luar sana hujan makin lebat. Wiper yang bergerak-gerak seperti tak mampu menahan air hujan yang turun meleleh di kaca depan. Sebagaimana aku tak dapat menahan rasa geli yang mulai muncul ketika tangan Maryati pelan-pelan mulai mengocok. Batangku dijepitnya hanya dengan menggunakan jempol dan jari tengahnya. Lalu dengan cara seperti itu ia membuat gerakan memijit dan mengocok bergantian. “Digenggam dong..” kataku menuntut. “Tadi katanya minta dicubit”, jawabnya sambil melakukan gerakan mencubit pelan pada pangkal kemaluanku yang kini sudah mengeras. Membuatku menggelinjang. Aku tersenyum mendengar jawabannya. Ya sudah, aku nikmati saja apa yang dilakukan.

    Bahkan aku kemudian menjulurkan tangan kiriku ke arah buah dadanya yang terbungkus blus tanpa kancing, sementara tangan kananku tetap memegang kemudi. Kurasakan buah dadanya sudah mengeras kencang. Aku makin bernafsu meremasnya. Maka mulailah acara saling meremas dan memijit, di dalam mobil, di tengah hujan deras. Tampaknya Maryati mulai terangsang dengan gerayangan tanganku pada buah dadanya. Ia memintaku untuk melakukannya di bagian tubuhnya yang lain, ketika tangannya tiba-tiba menuntun jariku menuju ke sela-sela pahanya yang sengaja dibukanya agak lebar. Roknya sudah ia tarik ke atas sebatas pinggul. Maka jari-jari tangan kiriku pun segera beraksi di bagian depan celana dalamnya yang menyembul hangat dan sudah mulai lembab itu. Pandanganku tetap harus ke depan, ke arah jalan yang mulai masuk ke kompleks rumahku. Sedangkan Maryati bisa dengan enaknya menggeliat-geliat sambil mendongakkan kepalanya menikmati gelitikan jariku pada bagian luar CD-nya tepat di bagian celah kemaluannya. Sementara tangan kanannya kini tak lagi memijit-mijit, tapi sudah menggenggam batang kemaluanku yang makin meradang karena terus dikocok-kocok olehnya. Aku menarik tanganku dari sela paha Maryati ketika mobil sudah mulai masuk ke jalan menuju rumahku.

    Maryati sempat mendesah ketika aku menghentikan aksiku. “Sudah sampai..” kataku memberi alasan sekaligus mengingatkan dia. Ia segera membenahi pakaiannya dan kemudian gantian membereskan celanaku yang sudah setengah terbuka. Kemaluanku yang belum sepenuhnya lemas, agak sulit untuk dibungkus kembali. “Bandel nih!” gerutu Maryati. “Gede sih.. hehehe..” aku tertawa melihatnya kesulitan memasukkan batang kemaluanku kembali ke celana. “Sudah biarin, nanti juga kan dikeluarin”, lanjutku. Maryati lalu kusuruh turun duluan menuju teras. Aku kemudian memasukkan mobil ke garasi, membetulkan celanaku dan kemudian bergegas keluar garasi menuju teras menyusul Maryati yang rambut dan pakaiannya terlihat agak basah oleh air hujan. Kami lalu segera masuk ke dalam rumah. Inilah pertama kali Maryati berkunjung ke kediamanku. Ia agak sedikit canggung dan terlihat kurang nyaman ketika berada di ruang tamu. Apalagi kondisi tubuhnya agak basah oleh air hujan. Blusnya yang basah menampakkan bagian gumpalan dadanya yang sedikit menyembul dari BH yang dikenakannya. Aku kembali terangsang melihat pemandangan itu. Segera kupeluk tubuhnya dan kami pun lalu tenggelam dalam ciuman yang bergelora. Birahi kami memanas kembali.


    Ciuman pun berkembang menjadi acara saling meremas. Saling menekan. Saling merangsang. Kami berdua lalu membantu melepaskan pakaian satu sama lain dan membiarkannya terserak di lantai ruang tamu. Tubuh telanjang kami pun menempel makin lekat. “Di sini saja..” katanya ketika aku akan menariknya untuk masuk ke kamar tidur. Kami kemudian memilih sofa ruang tamu sebagai tempat main. Di luar hujan masih turun dengan derasnya. Suara tempaan airnya menyamarkan desahan dan lenguhan yang keluar dari mulut kami berdua. Tubuh bugil kami bergelut dengan penuh gairah di atas sofa tamu itu. Beberapa saat kemudian Maryati meminta ijinku untuk melakukan oral seks. Tentu saja kuijinkan. Ia memang senang dengan milikku yang katanya punyaku ukuran besar terutama di bagian kepalanya. Sehingga ia senang sekali melumat dan mengisap bagian kepala kemaluanku yang kini terlihat bulat membonggol dan tampak licin mengkilat akibat lumuran ludahnya. Selama ia melakukan permainan mulut, aku berusaha mengimbanginya dengan merangsang bibir kemaluannya dengan jariku. Saat itu posisiku setengah rebahan dan menyandarkan kepalaku pada sandaran sofa. Sedangkan Maryati berbaring miring setengah telungkup di samping pinggangku. Ia menggeliat ketika jari tengahku mulai menerobos masuk ke celah miliknya, sementara jempolku bermain-main pada klitorisnya. “Ouu..” jeritnya tertahan. “Kenapa? enak?” tanyaku sambil menusukkan jari tengahku lebih dalam dan memutar lebih keras jempolku pada tonjolan kecil di atas bibir kemaluannya.

    Kembali mulutnya bersuara, tapi kali ini lebih riuh dan lebih mirip desisan. Sejenak mulutnya terlepas dari batang kemaluanku. Tapi sesaat kemudian ia menunduk kembali dan melumat habis pisang ambonku hampir ke pangkalnya dan mengisapnya sedemikian rupa sampai aku merinding kegelian. Pantatku sempat tersentak-sentak karena kenikmatan. “Kenapa? enak ya?” katanya sambil melirikku, lalu melanjutkan kulumannya kembali. Sepertinya Maryati ingin membalas atau mungkin ingin mengimbangi perbuatanku tadi. Selanjutnya kami tak sempat bicara sepatah kata pun karena terlalu serius untuk saling melakukan dan menikmati rangsangan. Mataku terpejam mencoba menikmati setiap hisapan mulut Maryati, sementara jari-jari tangan kananku terus asyik bermain-main di sekitar liang kewanitaannya. Berbeda dengan milikku, rambut yang tumbuh di sekitar kemaluan Maryati tak terlalu lebat, tapi tumbuhnya lebih halus dan rapi. Dan aku suka sekali mengusap-usapnya. Sedangkan rambut kemaluanku tentu saja lebih kasar dan lebat tumbuhnya hingga ke arah pusar, perut dan dada. Maryati juga suka mengusap-usap bulu-bulu yang tumbuh di sekitar tubuhku itu. Katanya, dengan kondisi seperti itu, aku seperti nyomet, demikian ia memplesetkan istilah monyet.

    Siang itu akhirnya kami melakukannya sampai dua kali. Ronde pertama diawali ketika Maryati mulai bangkit dari posisi tengkurapnya, lalu mulai mengangkangi pinggulku, dan kemudian menelusupkan batang kejantananku yang sudah tegang keras itu ke sela-sela pahanya. Dengan posisi antara duduk dan bersandar, aku mencoba membantunya dengan sedikit mengangkat pantatku ke atas. Maka sedikit demi sedikit amblaslah kepala kemaluanku ditelan mulut kecil yang ada di selangkangannya. Terasa sekali liang ketat namun lembut menjepit sepanjang batang kemaluanku. Rasanya hangat, lembut dan agak-agak terasa kesat. Kenikmatan semakin terasa ketika kepala kemaluanku yang sensitif itu menyentuh ujung dinding kemaluan Maryati. Sejenak Maryati memutar-mutar pinggulnya seolah merayakan pertemuan total itu. Secara spontan kami berdua serempak memperdengarkan rintihan kenikmatan. Maryati pun tampaknya meresapi jejalan batang dan gesekan urat yang ada di sekujur kemaluanku. Mulutnya mendesis-desis seperti orang kepedasan. Beberapa kali jarinya berusaha menyentuh bagian luar bibir kewanitaannya seperti mau menggaruk seolah kegelian. Maryati kemudian mengatur posisi berlututnya sedemikian rupa dan beberapa saat kemudian ia mulai menggenjot tubuhnya naik turun.


    Makin lama genjotannya makin cepat, sehingga membuat buah dadanya tampak berayun-ayun di depan wajahku. Mulutku segera menangkap putingnya yang sudah mengeras itu dan segera melumatnya habis. Ia menjerit tertahan. Tapi aku tak mempedulikan dan bahkan makin asyik mengulum kedua bukit padatnya itu bergantian. Sementara di bawah sana pinggulku terus menyentak-nyentak mengimbangi genjotannya di atas tubuhku. Terasa sekali rasa nikmat menjalar di sekitar pangkal dan sekujur batang kemaluanku. Suara hujan di halaman depan makin membuatku bergairah. Entah sudah berapa lama kami dalam posisi seperti ini. Kami hanya bisa saling memperdengarkan rintihan dan desah kenikmatan. Tubuh Maryati pun terus meliuk dan menggeliat-geliat di atas tubuhku. Kedua pahanya yang sejak tadi mengangkang dan bertumpu di jok sofa, mulai kuelus-elus. Dan ia menyukainya karena lenguh kenikmatannya makin kerap terdengar. Elusanku lalu bergeser ke bukit pantatnya. Tapi kini aku tak lagi mengelus. Tanganku lebih sering meremas di bagian itu. Membuat Maryati makin menggelinjang. Kami mengakhiri permainan ketika Maryati mulai menunjukkan tanda-tanda akan mencapai puncak birahi. Aku segera mempergencar tusukan dan hentakanku dari bawah.

    Kedua tangannya sudah memeluk kepalaku sehingga membuat wajahku terbenam di belahan dadanya. Kedua kakinya kini menjepit erat pinggangku. Sementara posisi bersandarku sudah agak merosot ke bawah. Beberapa menit kami masih sempat bertahan dalam posisi itu sambil terus berpacu menuju puncak kenikmatan. “Mass.. Masshh.. Mass Isshh..” “Dik Maarrhh.. oohh.. Dik..” Kami saling memanggil nama masing-masing. Entah apa maksudnya. Barangkali untuk menyatakan kemesraan, atau untuk mencoba menahan rasa nikmat yang mulai sulit kami kendalikan. Ketika nada jeritan Maryati mulai terdengar agak keras, aku segera mengangkat tubuhnya, membalikkan dan membaringkannya ke badan sofa. Kini dalam posisi aku berada di atas, kugenjot tubuhnya habis-habisan sampai kami berdua akhirnya mencapai orgasme hampir bersamaan. Aku mengerang-ngerang ketika kurasakan air maniku mulai menyembur. Ada sekitar empat kali aku menembakkan air maniku. Alirannya terasa sepanjang batang kemaluanku. Rasanya berdesir-desir nikmat. Maryati pun kulihat menikmati puncak birahinya. Wajahnya memerah dan matanya terpejam. Sementara tubuhnya sesekali bergetar menahan rasa geli yang menjalar di seluruh tubuhnya.

    Aku segera melumat bibirnya dan kami pun melengkapi puncak kenikmatan ini dengan ciuman yang dalam dan lama. Sesekali tubuh kami tersengal oleh sisa-sisa letupan kenikmatan yang belum sepenuhnya reda. Suara riuh hujan tak terdengar lagi. Hanya bunyi tetes-tetes air yang berdentang-dentang menimpa atap seng. Entah sejak kapan hujan mulai reda. Kami terlalu sibuk untuk memperhatikannya. Kami masih berbaring di atas sofa. Maryati berbaring di atas tubuhku yang telentang. Tanganku mengusap-usap punggungnya yang masih bergerak-gerak halus seiring nafasnya. Sementara tangannya bermain-main di sekitar bulu dada dan perutku yang masih basah oleh keringat. “Tidur di sini ya..” kataku membujuknya. “Tidur di sini? Di sofa ini?” tanyanya. “Bukan. Maksudku Dik Mar malam ini nginep di rumahku”, jelasku. “Oo.. Boleh.. Tapi hadiahnya apa?” sahutnya mulai manja. “Hadiahnya?” tanyaku bingung. Aku terdiam sejenak, dan kemudian kuraih tangannya lalu kuarahkan ke batang kemaluanku yang sudah mulai melemas, “Niih.. hadiahnya!” Ia tergelak dan kami lalu tertawa bersama. Tangannya kemudian meremas milikku. Meremas dan terus meremas. Selanjutnya kami pun akhirnya kembali bergelut di atas sofa itu, mempersiapkan permainan berikutnya.


    Tapi untuk ronde kedua ini kami akan menyelesaikannya di kamar tidur. Setelah puas melakukan pemanasan di atas sofa di ruang tamu, kami lantas beranjak masuk ke kamar tidurku. Inilah pertama kali Maryati masuk ke sini. Sebenarnya sudah lama aku ingin mengajaknya masuk ke ruangan ini. Tapi baru pada kesempatan inilah keinginanku kesampaian. Bahkan aku tidak hanya kesampaian membawanya masuk, tapi sebentar lagi aku juga kesampaian untuk menidurinya di atas kasur yang selama menduda ini hanya kupakai tidur sendirian. Begitu pintu kamar tertutup, Maryati langsung memelukku dan kami berciuman dengan mesranya. Kulit tubuh kami yang sudah polos telanjang itu seolah telah menjadi konduktor yang saling mengirimkan panas birahi yang terus menggelegak. Batang kemaluanku yang tegang berat itu menempel ketat tepat di atas belahan kemaluannya mengacung ke arah pusarnya. Dengan posisi demikian kantong zakarku langsung bergesekan dengan rambut kemaluannya. Rasanya geli. Apalagi Maryati terus menggesek-gesekkan bagian itu selama kami berciuman. Ia tampak kesenangan menikmati permainan ini. Tapi Maryati paling senang ketika aku memeluknya dari belakang. Tak henti-hentinya ia menggoyang-goyangkan pantatnya pada batang kemaluanku, dan aku mengimbanginya dengan meremasi buah dadanya dari belakang sambil terus menciumi daerah telinga, leher dan bibirnya dari arah samping.

    Bercumbu dengan posisi begini memang mengasyikan. Batang kejantananku seperti meluncur-luncur di sela-sela garis pantatnya. Rasanya lembut dan geli. Bagai dielus-elus dengan kain beludru. “Mass..” desahnya sambil membalikkan badannya dan kemudian melingkarkan tangannya ke leherku. “Apa..?” kucengkeram kedua pinggulnya yang padat bulat itu. “Siapa saja yang sudah pernah tidur di sini?” tanyanya mulai menggodaku. Aku agak heran dengan pertanyaannya yang rada menyelidik itu. “Nggak ada”, jawabku pendek. “Masak sih, nggak ada?” “Iya..” aku berusaha meyakinkannya. “Lha, istri Mas Is dulu tidur di mana?” “Oo itu.. Ya, kalau dulu sih ini memang tempat tidur kami berdua. Tapi sejak pisah, ya nggak ada orang lain lagi yang pernah tidur di sini selain aku sendiri..” “Beneer..?” nadanya mulai meledek. “Sumpah..” balasku manja. “Terus, kalau Mas Is lagi kepingin, mainnya di mana dong?” “Kepingin apa?” tanyaku pura-pura bodoh. “Ya, kepingin begituan..” “Kalau lagi kepingin.. ya kadang-kadang mainnya di sini..” “Lho? tadi katanya nggak ada orang lain yang tidur di sini selain istri Mas Is..” Aku tertawa pendek menyadari kebingungan Maryati. “Kalau mau main, memangnya harus ada orang lain?” kataku kemudian. “Maksudnya?” ia makin kebingungan. “Emangnya nggak bisa main sendiri..?” “Idiih.. maksudnya..?” Maryati tak meneruskan kalimatnya, tapi matanya menatapku lucu dan tangannya lalu menggenggam milikku dan mengocok-ngocoknya. Seolah ingin memastikan bahwa perbuatan seperti itulah yang aku maksudkan dengan main sendiri, alias onani.

    Aku mengangguk membenarkan maksudnya. Ia tertawa. “Kok ketawa?” kataku sambil mendekap tubuhnya dengan gemas. “Nggak kebayang deh..” jawabnya sambil masih cekikikan. “Ya jangan dibayangin dong.” “Kalau nggak boleh ngebayangin, boleh dong saya lihat Mas Is melakukan itu.” “Hah?” kataku kaget. Kini gantian aku yang tertawa mendengar permintaannya yang tidak biasa itu. Selama ini, sejak pisah dengan istriku, pemenuhan kebutuhan seksualku memang lebih banyak kulakukan dengan cara onani saja, karena aku termasuk konservatif, nggak bisa main sembarangan, hati-hati dan penuh perhitungan. Melakukan onani bagiku lebih save dan cukup memuaskan. Hampir semua laki-laki pasti pernah melakukan seks swalayan itu. Dulu waktu masih remaja aku juga sering melakukannya dan mendapatkan kepuasan dari situ. Bahkan ketika sudah menikah pun aku kadang-kadang juga masih melakukannya, terutama bila istriku dulu sedang berhalangan. Aku bisa minta dia membantuku beronani atau aku melakukannya sendiri tanpa dia. Apalagi setelah kami cerai, acara ngocok bisa kulakukan seminggu sekali, bahkan lebih kalau nafsuku lagi kencang-kencangnya. Biasanya aku melakukannya menjelang tidur atau saat bangun tidur. Sudah alamiah, punya laki-laki kalau saat bangun tidur pagi hari biasanya dalam kondisi sedang ereksi. Kalau kebetulan saat itu volatage-ku juga sedang tinggi-tingginya, biasanya langsung kusalurkan dengan cara mengocok. Aku bisa melakukannya di atas tempat tidur atau di kamar mandi waktu mandi pagi. Kalau aku melakukannya menjelang tidur, biasanya sambil melihat majalah atau film porno koleksiku atau hasil pinjaman.


    Tapi kalau melakukannya ketika bangun tidur atau di kamar mandi, aku cukup dengan berkhayal saja. Selama ini aku lebih banyak melakukan onani dengan tangan kering, karena keluarnya bisa agak lama. Tapi untuk sensasi, kadang-kadang aku pakai baby oil atau sabun kalau pas melakukannya di kamar mandi. Saya rasa yang terakhir itu (nyabun) biasa dilakukan oleh laki-laki. Tentunya dilakukan dengan sembunyi-sembunyi. Dan kamar mandi memang tempat yang paling populer untuk beronani ria. Karena tempatnya aman, tertutup dan bisa telanjang dengan bebas, sehingga tak perlu takut dicurigai atau diketahui orang lain. Tapi kini, ada seorang wanita yang ingin menontonku melakukan onani di hadapannya. Gila! Aku sampai tertawa menanggapi permintaan Maryati yang nyeleneh itu. Tapi aku menghentikan tawaku begitu menyadari bahwa Maryati tampaknya serius memintaku melakukan itu. “Oke”, kataku akhirnya, “Tapi janji, Dik Mar juga harus ikut melakukan itu di depan saya..” “Nggak ah!” sergahnya cepat. “Kenapa? Memang nggak pernah..?” “Ihh.. pakai nanya lagi!” katanya sambil mencubitku. Segera kutangkap tangannya, kupeluk tubuhnya dan kami lalu kembali tenggelam dalam ciuman yang mesra dan bergairah. Sejenak kemudian aku melepas pelukanku dan membimbing tubuhnya berbaring di atas ranjang. Aku sendiri kemudian berbalik berjalan menuju kursi dekat meja kecil di seberang tempat tidur, dan duduk santai di atasnya. “Dik..” kataku memberi isyarat pada Maryati yang tergolek di atas kasur di depanku. Aku kemudian memancing dia dengan mulai meremas-remas milikku sendiri yang sudah tegang itu. Beberapa saat kemudian Maryati pun mulai mengikuti perbuatanku.

    Jari-jarinya mulai terarah menuju selangkangannya, mulai menggelitik dan mengusap-usap miliknya sendiri. Maka dimulailah pertunjukan seks swalayan. Kami berdua saling berpandangan dan saling mengamati perbuatan satu sama lain. Tubuh Maryati tampak telentang miring bersandar pada salah satu sikunya. Posisi tubuhnya menghadap ke arahku. Sehingga aku bisa dengan leluasa melihat semua gerakan masturbasinya. Posisi dudukku sendiri sudah tidak tegak lagi, tapi sudah setengah bersandar. Kedua paha dan kakiku selonjor ke depan dan sengaja kubuka lebar-lebar. Aku memainkan milikku dengan gerakan bervariasi, mulai dari meremas, mengurut, memijat sampai gerakan mengocok. Sesekali aku juga merangsang buah pelirku dengan cara mengusap-usap dan meremas-remasnya. Seolah-olah aku ingin menunjukkan pada Maryati semua gerakan onani yang biasa kulakukan selama ini. Kami berdua mulai saling terangsang oleh perbuatan kami masing-masing. Kalau selama ini aku beronani sambil nonton BF atau lihat gambar porno sambil mengkhayal hal-hal yang merangsang, maka kini aku melakukannya dengan bantuan obyek dan kejadian yang lebih nyata. Aku sampai kesulitan menahan keinginanku untuk tidak menyetubuhi Maryati karena sangat terangsang melihat segala gerakannya selama bermasturbasi itu. Semua begitu nyata dan merangsang. Aku yakin Maryati pun merasakan hal yang sama selama melihat secara langsung seorang laki-laki beronani di hadapannya. Matanya kulihat mulai sayu tapi terus mengamati gerakan-gerakan tangan yang kubuat terhadap kemaluanku sendiri.

    Aku hampir mencapai puncak, ketika kudengar mulut Maryati mulai merintih-rintih sambil menatapku dengan wajah seperti orang ingin menangis. Jari manis dan jari tengahnya tampak bergerak cepat mengusap dan menekan-nekan bagian atas bibir kemaluannya khususnya di bagian klitorisnya. Ia mulai memanggil-manggil namaku dan tubuhnya mulai mengejang. Punggungnya kemudian melengkung dan kedua pahanya merapat menjepit tangannya sendiri yang terselip di selangkangannya. Aku semakin terangsang melihat pemandangan nyata di depanku. Desiran-desiran mulai kurasakan pada pangkal kemaluanku sendiri. Dan aku semakin memperkuat kocokan tanganku sendiri sampai menimbulkan sedikit bunyi yang diakibatkan oleh bercampurnya keringat di telapak tanganku dan cairan bening yang mulai keluar dan meleleh dari lubang kecil di ujung kemaluanku. Tapi akhirnya aku tak tahan lagi begitu mendengar Maryati berteriak memekik. Dan aku segera loncat dari kursi dan menghambur ke arahnya.

    Aku sudah tak tahan lagi dengan semua ini. Segera kubuka pahanya yang masih merapat itu dan tanpa ba bi Bu kutusukkan batang kemaluanku ke lubang yang sudah basah oleh cairan birahi itu. Maryati terpekik ketika seluruh kejantananku dengan cepat dapat menerobos dan menyelip masuk. Kurasakan di dalam sana milikku berdenyut-denyut oleh konstraksi dindingnya, menimbulkan rasa geli yang sangat nikmat. Rupanya orgasme Maryati datang bersamaan dengan hujaman rudalku. Sejenak aku diam menikmati pengaruh orgasme di tubuh Maryati pada batang kemaluanku. Lalu pelan-pelan aku mulai menggoyang dan mengayun pinggulku. Pelan dan pelan. Berputar dan mengulir. Sesekali menyentak. Kunikmati sekali persetubuhan ini, sampai akhirnya aku mulai melakukan gerakan memompa dan menusuk-nusuk. Maryati tampak mulai menikmati genjotanku. Ia menggeliat-geliat sambil melenguh dan sesekali tersenyum dengan mata terpejam. Seolah meresapi segala gerakan nikmat yang kuciptakan pada tubuhnya. Aku sendiri, karena akibat onani tadi, sudah beberapa kali harus menahan desiran yang terus muncul dari pangkal selangkanganku. Biasanya ini tanda orgasmeku mau datang. Tapi aku merasa sayang untuk mengeluarkannya sekarang.


    Seolah seperti membaca pikiranku, tiba-tiba Maryati memintaku untuk segera menyemprotkan cairan maniku yang sedari tadi kutahan. “Keluarin Mass.. keluarin sekarang.. di luar saja..” ia merintih sambil menatapku sayu. Aku mengerti maksudnya. Maka segera kucabut batang kemaluanku dan dengan posisi mengangkangi perutnya, aku lalu melakukan onani di atas tubuhnya. Kukocok dan kukocok terus milikku dengan kuat. Cairan kemaluan Maryati yang menempel di sekujur batang kemaluanku makin memperlancar gerakan tanganku. Kepala kemaluanku yang bulat mengkilat tampak tersengal-sengal dalam genggaman tanganku. Maryati pun tampak menikmati sekali atraksi yang sedang kulakukan di atas tubuhnya. Bahkan ia mulai meraba-raba kantung pelirku. Oh tidak, ia tak cuma meraba, tapi juga meremas-remas kantung bulat berkulit tebal itu. Membuat pinggul dan pantatku bergerak-gerak seiring remasan tangannya. “Ooohh, nikmat sekali..” Aku menggeram tertahan, ketika akhirnya semprotan maniku yang pertama memancar dengan kuat. Langsung mengenai wajah Maryati. Tapi ia dengan senangnya merasakan sentuhan air kental hangat itu di pipinya. Matanya tak sedikit pun lepas dari kemaluanku yang sedang meradang memuntahkan semprotan-semprotan berikutnya. Semua memancar dan menyemprot tak hanya ke wajahnya, tapi juga bibir dan buah dada Maryati.

    Tangannya kulihat sibuk mengusap cairan putih kental itu dan meratakannya ke permukaan payudaranya. Terakhir kulihat Maryati menjilat sisa spermaku yang ada di ujung jarinya. Aku betul-betul puas dengan semua ini dan puncak birahi ini telah membuat seluruh sendi tubuhku serasa dilolosi sehingga aku terpaksa harus menahan tubuhku agar tak rebah menjatuhi tubuh Maryati. Maka dengan bertumpu pada kedua telapak tanganku, pelan-pelan aku merundukkan tubuhku sehingga tubuhku merapat agak menindih dan membuat batang kemaluanku mendarat tepat di sela-sela kedua bukit buah dadanya. Rasa kenyal yang diciptakan membuatku bereaksi untuk menggeser-geserkan pisang ambonku di celah kedua bukit itu. Ah.. geli sekali rasanya. Geli yang nikmat. Nikmat yang sangat. Beberapa kali tubuhku sampai tersentak-sentak oleh rasa geli yang muncul belakangan itu. Apalagi kedua telapak tangan Maryati kemudian menekan kedua pantatku ke bawah dan memutar-mutarnya.

    Aku hanya bisa melenguh menikmati bonus orgasme yang diberikannya. “Enak Mas?” kata Maryati ketika akhirnya aku rebah di sebelah kiri tubuhnya. “Hhheehh..” aku hanya bisa mendesah dan membalas kecupan bibirnya. “Mas Is seksi banget kalau lagi ngocok..” “Hmm.. asal jangan djadikan tontonan rutin saja..” sahutku masih terengah. “Kenapa?” tanyanya. “Masak mau ngocok terus?” sahutku. “Katanya sudah biasa..” katanya. “Ya, tapi kan sekarang sudah ada Dik Mar”, kataku. “Kalau saya sedang nggak ada, atau lagi berhalangan, gimana?” tanyanya. “Tergantung..” sahutku seenaknya. “Tergantung apa?” tanyanya lagi. “Tergantung yang menggantung!” kataku. “Iiihh..” tangan Maryati mencubit bagian tubuhku yang menggantung itu. Aku sampai berteriak. Tapi kemudian ia membelai-belai mesra buah pelirku. “Bagaimana kalau yang berhalangan saya?” aku lalu gantian bertanya. “Hmm..” ia tampak berpikir. “Ya, kalau dalam keadaan terjepit seperti itu ya harus bisa memanfaatkan kesempatan..” katanya. “Kok, kesempatan?” tanyaku heran. “Iya, yang sempit-sempit harus diberi kesempatan untuk tetap menjepit meskipun dalam keadaan terjepit..” jawabnya tenang sambil senyum-senyum.


    Aku tertawa ngakak mendengar balasannya yang cerdas itu. Segera kurengkuh pinggangnya dan kutindih tubuhnya sebelum ia sempat mengelak. Kutempelkan punyaku tepat di cekungan pangkal pahanya. “Jadi, kapan lagi mau menjepit yang menggantung?” tanyaku bercanda sambil menekan milikku ke miliknya. “Itu sih tergantung dari yang mau terjepit..” sahutnya kocak sambil sedikit menggoyangkan pinggulnya. Sialan, gerakannya membuatku berdesir. Tapi sore ini aku tak ingin terlalu menuruti hawa nafsu yang muncul. Maryati pun bukan type wanita yang menggebu-gebu nafsu seksnya. Bagi kami, yang penting adalah kualitas dalam bermain cinta, bukan kuantitas atau frekuensinya. Maka sore itu juga, setelah selesai mandi, Maryati memintaku untuk mengantarnya pulang ke rumah. Selama di mobil kami ngobrol dan guyon-guyon mengenai hal-hal yang ringan. Tak ada lagi acara saling remas seperti siang tadi. Karena semuanya sudah tersalurkan.

  • Kisah Memek kurenggut perawan pacarku yang masih sma

    Kisah Memek kurenggut perawan pacarku yang masih sma


    2550 views

    Duniabola99.com – Cerita yang aku alami ini terjadi saat aku SMA. Sebut sajalah namaku maru. Aku ingin berbagi Cerita Seks Remajaku kepada kalian semua. Namun sebelum membaca Cerita Seks Remajaku ini siapkan dulu yah isi celana kalian . Jangan sampe basah dulu sebelum Cerita Seks Remajaku ini kelar dan selesai dibaca . Karena Cerita Seks Remajaku yang akan aku ceritakan disini merupakan cerita sex yang sangat hot dan bikin badan panas dingin. Dulu pada waktu aku sma aku berpacaran dengan gadis satu sma ku… sebut saja nama pacarku melly… Dia anaknya supel, pinter, cantik dan mempunyai bodi yang apik serta mulus dengan ukuran bra 36b. Aku menjalani masa pacaran dengan melly kurang lebih selama 6 bulan. Aku suka bertukar pikiran dengan pacarku tentang berbagai macam hal termasuk hal yang berbau seksual. Karena pengetahuan sex ku luas jadi aku bisa menjelaskan bermacam2 istilah, Posisi, serta tempat2 dimana kegiatan bejad itu enak untuk dilakukan karena aku sering melihat film bokep n membaca buku2 tentang sex.


    Suatu hari pacarku aku ajak ke rumahku. Kebetulan waktu itu sekolah baru saja selesai mengadakan ujian akhir. Aku bertanya “melly kamu tidak ke rumah ku sekedar mengobrol”. Melly menjawab “aku mau2 saja kalau di rumah kamu tidak ada orang”. Aku langsung curiga ketika melly berkata seperti itu. Kebetulan rumahku siang ini lagi tidak ada orang karena smua keluargaku sedang ada undangan ke perkawinan saudara di sukabumi. Jadi di rumahku hanya ada pembantuku saja. Lalu aku membalas “Ya sudah kita berangkat sekarang yah ke rumahku”. Sesampainya di rumahku aku langsung mengajak dia ke kamarku yang terletak di lantai atas. Aku menyalakan komputerku dulu untuk mendengarkan lagu dari winamp. Sedang pacarku ke kamar mandi untuk ganti baju dan buang air.

    Ketika dia keluar dari kamar mandi aku takjub melihat pakaian yang dikenakan oleh melly pacarku itu. Dengan tank top berwarna gelap dipadu dengan jaket tipis dan celana jeans. Aku bertanya kepada melly “kok kamu tumben pake baju yg sedikit kebuka ?”. Dia hanya tersenyum manis dan duduk di pahaku. Aku langsung terangsang ketika melly duduk dipangkuanku dengan pakain yang seperti itu dan wangi tubuhnya menggelitik bulu hidungku. Aku berbasa basi “jaket kamu dilepas aja kan cuma aku yang bisa ngeliat kamu”. Dibukalah jaket itu dan mulai terlihat tubuh sintal berwarna kecoklatan itu.

    Langsung saja aku cium leher belakangnya. Lalu aku tiup dan jilat telinganya seperti menjilat ice cream. Aku rasa dia juga terangsang dengan perbuatanku itu. Dia berbalik badan kearahku sehingga wajahku bertemu dengan wajahnya. Dia berkata “ih geli tau digituin”. Aku hanya tersenyum saja. Aku lalu mencium bibirnya yang merah dan tipis. Ternyata dia membalas ciumanku. Lalu aku bersilat lidah dengannya. Ternyata walau dia baru pertama kali berciuman tapi sudah mahir mengikuti irama permainan bibirku. Mungkin karena sering aku jelaskan panjang lebar tentang hal itu. hehe… Selama kurang lebih 7 menit itu aku melakukan french kiss dengan dia diatas bangku. Dia tampaknya kurang puas hanya dengan french kiss. Lalu dia bertanya menantangku sambil digesek gesekannya pantatnya tepat diatas kontolku “katanya kamu mahir dalam seks coba kamu buat aku terkesan dengan permainanmu ?” Kontol ku langsung menegang seketika.


    Aku ajak saja dia ke kasur. Dengan posisi tiduran saling berhadapan kami melakukan french kiss lg tp kali ini disertai dengan tangan2ku yang bergerilya mulai dari tubuh bagian atasnya. Terdengar bunyi air liur dan kecupan kedua bibir kami. Perlahan aku turunkan tali tanktop itu agar terlihat payudaranya. Tapi dia menghentikan permainan sebentar lalu bertanya sambil bercanda “eits mau liat toketku ?” Aku mengiyakan pertanyaan melly. Terbukalah bagian atas tubuh melly dengan payudara yang masih padat dan molek. Sambil melalukan french kiss aku memainkan payudara nya dengan meremas2 dan memencet puting susu payudara pacarku dengan kedua tanganku. Dia tampak sedikit sakit tapi enak dengan perbuatanku itu. Lalu aku menjilati payudara dan menggigit puting susunya. Lagi2 dia tampak enjoy tanpa berbuat apa2 selain mendesah nikmat “ahh enak nton, terusin aja yah”. Karena dia tampak mulai hot tanganku mulai menggeranyangi bagian bawah tubuhnya sembari menjialati payudaranya.

    Karena melly menggunakan celana jeans aku susah memasukkan jari2ku ke dalam liang vaginanya. Permainan berhenti sejenak. Aku bertanya “Kamu yakin ngga mau melepas gelar perawanmu padaku ? Kalo mau kita berdua bugil ?” Dia mengangguk pertanda dia mau. Akhirnya kami berdua melepaskan pakaian kami dan kami saling memandang mengagumi tubuh kami masing2. Melly dengan tubuhnya yang aduhai dan aku yang tubuhnya sedikit gemuk dan putih. Kami kembali ke kasur untuk melanjutkan pertempuran. Kami melakukan kissing lg sembari tanganku bermain di liang vagina dan payudaranya. Aku masukkan kedua jari tangan kananku ke liang vaginanya dan cairan hangat terasa di dlm vaginanya. Aku mengocok sembari memborbardir vagina melly dengan kedua jariku itu. Dia terasa lebih hot kali ini walau hanya mendesah tidak bersuara. Tapi skarang melly sudah berani memegang kontolku walau tak begitu besar. Lalu aku berkata “ehh say kita ganti posisi aja yu jd posisi 69 ?” melly mengangguk lg. Kami akhirnya bertukar posisi dan wah terlihat jelas vagina melly yang msh sempit dan wangi ditutupi bulu2 jembinya yg lebat. Aku menjilati sambil memainkan jariku di vaginanya sedangkan melly berkaraoke dibawah. Aku gigit sesekali bibir vaginanya dan melly pun membalas dengan menggigit batangku. “aww sakit nton tp enak de…. ahh…nton terusin…. ahhh !!!” Tiba2 cairan hangat dari vagina melly keluar karena reflek aku telan cairan itu saking enaknya di karaoke. Kontolku juga menjadi santapan yg lezat bagi melly. Melly mengulum dan mengocok kontolku seperti seorang ahli sex. Mantab rasanya.

    Selama 30 menit kami melakukan posisi 69 melly berucap “nton aku pengen nyoba dimasukkin dong.” aku bersemangat skali melly berkata seperti itu. Aku langsung mengangkat melly keatas tubuhku dan menempatkan vaginanya tepat diatas kontolku. Walau agak licin tapi kontolku langsung masuk di lubang vaginanya. Melly menjerit kesakitan “ouch perih nton… kamu apain nie ?” aku menjawab “tenang kan baru pertama kali jadi agak susah masuknya.” melly hanya mendesah lg sedang aku menambah kecepatanku naik turun sembari meremas2 payudaranya. “uuh ahh ouch ihh sakit sakit… enak…. uuh…” Melly sudah tampak lemas. Aku ubah posisiku dengan posisi tubuh melly menungging dan aku berada diatasnya. Lagi2 aku mengatur kecepatanku agar stabil. Melly hanya menjerit dan nikmat. Lalu aku bertanya “kamu udah mau orgasme blum ?” Melly menjawab “aku bentar lg nih kayaknya mau keluar.” Aku langsung mengantisipasi hal itu. Aku ajak dia duduk saling berhadapan masih dengan kontolku yang berada didalam vagina. Dengan begini kan pasti lebih enak jelasku. Karena dia sudah mau keluar aku percepat saja gerakanku. Sambil ciuman dan tanganku yg meremas payudaranya aku terus mempercepat gerakanku. “ahh nton… oh yeah… terus nton…”, kata melly. Lalu aku merasakan vagina melly seperti menyempit dan ada cairan hangat yg menyentuh kontolku. “aduh aku keluar juga deh nton akhirnya”, kata melly. Aku hanya mengiyakan dan melanjutkan permainan panas kami.


    Setelah beberapa lama kami bermain posisi itu kami ganti posisi lagi. Kali ini dengan tubuh melly yang terbaring dibawah karena lemas dan aku berada diatas. Kaki aku menekuk dan kaki melly di pundakku sehingga lubang vagina melly terbuka. Aku coblos lg vagina melly “ahhhhhh uuuuuuhhhhhh enaaaaaaakkk yeaaaaah…..”Aku tarik ulur kontolku pelan2 karena aku melihat muka melly yang sudah terkulai lemas tak berdaya. Aku kasihan sama melly karena ini adalah pengalaman pertamanya. Jadi kupikir akan kuhentikan saja permainanku ini. Kan masih ada hari esok pikirku.

    Karena aku belum keluar aku menyuruh melly mengulum dan mengocok kontolku. Beberapa menit kemudian cairan spermaku akhirnya keluar di dalam mulut melly. “mantab kau mel…”, pujiku. Kami berdua akhirnya tertidur lelap selepas melakukan perbuatan bejad itu dengan tubuh kami berdua yang masih telanjang.

    Tak terasa hari sudah menjelang maghrib, kami terbangun dengan tubuh yang telanjang dan mandi berdua. Setelah itu aku antar dia pulang ke rumahnya tepat sebelum keluargaku datang. Memang permainan itu merupakan pengalaman pertama bagi dia tapi tidak bagi aku. Setelah kejadian itu kami sering melakukannya di rumahnya atau di mobil dalam waktu perjalanan. Tetapi permainan melly skarang sudah mengalami kemajuan.

  • Kisah Memek Kusuruh Roy Menjilati Memeku

    Kisah Memek Kusuruh Roy Menjilati Memeku


    2318 views

    Duniabola99.com – Nama saya Diana. Saya sedang bingung sekali saat ini, Saya tidak tahu harus berbuat apa. Karenanya saya akan mencoba menceritakan sedikit pengalaman hidup saya yang baru saya hadapi baru-baru ini.

    Umur Saya 27 tahun. Saya sudah berkeluarga dan sudah mempunyai anak satu. Saya menikah dengan seorang pria bernama Niko. Niko adalah suami yang baik. Kami hidup berkecukupan. Niko adalah seorang pengusaha yang sedang meniti karir.


    Karena kesibukannya, dia sering keluar kota . Dia kasian kepada saya yang tinggal sendiri dirumah bersama anak saya yang berusia 2 tahun. Karenanya ia lantas mengajak adiknya yang termuda bernama Roy yang berusia 23 tahun untuk tinggal bersama kami. Roy adalah seorang mahasiswa tingkat akhir di sebuah PTS. Kehidupan rumah tangga saya bahagia, hingga peristiwa terakhir yang saya alami.

    Selama kami menikah kehidupan sex kami menurut saya normal saja. Saya tidak tahu apa yang dimaksud dengan orgasme. Tahulah, saya dari keluarga yang kolot. Memang di SMA saya mendapat pelajaran seks, tetapi itu hanya sebatas teori saja. Saya tidak tahu apa yang dinamakan orgasme.

    Saya memang menikmati sex. Saat kami melakukannya saya merasakan nikmat. Tetapi tidak berlangsung lama. Suami saya mengeluarkan spermanya hanya dalam 5 menit. Kemudian kami berbaring saja. Selama ini saya sangka itulah seks. Bahkan sampai anak kami lahir dan kini usianya sudah mencapai dua tahun. Dia seorang anak laki-laki yang lucu.

    Di rumah kami tidak mempunyai pembantu. Karenanya saya yang membersihkan semua rumah dibantu oleh Roy . Roy adalah pria yang rajin. Secara fisik dia lebih ganteng dari suami saya. Suatu ketika saat saya membersihkan kamar Roy , tidak tersengaja saya melihat buku Penthouse miliknya. Saya terkejut mengetahui bahwa Roy yang saya kira alim ternyata menyenangi membaca majalah ‘begituan’.

    Lebih terkejut lagi ketika saya membaca isinya. Di Penthouse ada bagian bernama Penthouse Letter yang isinya adalah cerita tentang fantasi ataupun pengalaman seks seseorang. Saya seorang tamatan perguruan tinggi juga yang memiliki kemampuan bahasa Inggris yang cukup baik.

    Saya tidak menyangka bahwa ada yang namanya oral seks. Dimana pria mengulum bagian yang paling intim dari seorang wanita. Dan wanita melakukan hal yang sama pada mereka. Sejak saat itu, saya sering secara diam-diam masuk ke kamar Roy untuk mencuri-curi baca cerita yang ada pada majalah tersebut.

    Suatu ketika saat saya sibuk membaca majalah itu, tidak saya sadari Roy datang ke kamar. Ia kemudian menyapa saya. Saya malu setengah mati. Saya salting dibuatnya. Tapi Roy tampak tenang saja. Ketika saya keluar dari kamar ia mengikuti saya. Agen Judi Nova88

    Saya duduk di sofa di ruang TV. Ia mengambil minum dua gelas, kemudian duduk disamping saya. Ia memberikan satu gelas kepada saya. Saya heran, saya tidak menyadari bahwa saya sangat haus saat itu. Kemudian ia mengajak saya berbicara tentang seks. Saya malu-malu meladeninya. Tapi ia sangat pengertian. Dengan sabar ia menjelaskan bila ada yang masih belum saya ketahui.

    Tanpa disadari ia telah membuat saya merasa aneh. Excited saya rasa. Kini tangannya menjalari seluruh tubuh saya. Saya berusaha menolak. Saya berkata bahwa saya adalah istri yang setia. Ia kemudian memberikan argumentasi bahwa seseorang baru dianggap tidak setia bila melakukan coitus. Yaitu dimana sang pria dan wanita melakukan hubungan seks dengan penis pada vagina.

    Ia kemudian mencium bagian kemaluan saya. Saya mendorong kepalanya.
    Tangannya lalu menyingkap daster saya, sementara tangan yang lain menarik lepas celana dalam saya. Ia lalu melakukan oral seks pada saya. Saya masih mencoba untuk mendorong kepalanya dengan tangan saya. Tetapi kedua tangannya memegang kedua belah tangan saya. Saya hanya bisa diam. Saya ingin meronta, tapi saya merasakan hal yang sangat lain.

    Tidak lama saya merasakan sesuatu yang belum pernah saya alami seumur hidup saya. Saya mengerang pelan. Kemudian dengan lembut menyuruhnya untuk berhenti. Ia masih belum mau melepaskan saya. Tetapi kemudian anak saya menangis, saya meronta dan memaksa ingin melihat keadaan anak saya.

    Barulah ia melepaskan pegangannya. Saya berlari menemui anak saya dengan beragam perasaan bercampur menjadi satu. Ketika saya kembali dia hanya tersenyum. Saya tidak tahu harus bagaimana. Ingin saya menamparnya kalau mengingat bahwa sebenarnya ia memaksa saya pada awalnya. Tetapi niat itu saya urungkan. Toh ia tidak memperkosa saya. Saya lalu duduk di sofa kali ini berusaha menjaga jarak. Lama saya berdiam diri.


    Ia yang kemudian memulai pembicaraan. Katanya bahwa saya adalah seorang wanita baru. Ya, saya memang merasakan bahwa saya seakan-akan wanita baru saat itu. Perasaan saya bahagia bila tidak mengingat suami saya. Ia katakan bahwa perasaan yang saya alami adalah orgasme. Saya baru menyadari betapa saya telah sangat kehilangan momen terindah disetiap kesempatan bersama suami saya.

    Hari kemudian berlalu seperti biasa. Hingga suatu saat suami saya pergi keluar kota lagi dan anak saya sedang tidur. Saya akui saya mulai merasa bersalah karena sekarang saya sangat ingin peristiwa itu terulang kembali. Toh, ia tidak berbuat hal yang lain.

    Saya duduk di sofa dan menunggu dia keluar kamar. Tapi tampaknya dia sibuk belajar dikamar. Mungkin dia akan menghadapi mid-test atau semacamnya. Saya lalu mencari akal supaya dapat berbicara dengannya.

    Saya kemudian memutuskan untuk mengantarkan minuman kedalam kamar.

    Disana ia duduk di tempat tidur membaca buku kuliahnya. Saya katakan supaya dia jangan lupa istirahat sambil meletakkan minuman diatas meja belajarnya. Ketika saya permisi hendak keluar, ia berkata bahwa ia sudah selesai belajar dan memang hendak istirahat sejenak. Ia lalu mengajak saya ngobrol. Saya duduk ditempat tidur lalu mulai berbicara dengannya.

    Tidak saya sadari mungkin karena saya lelah seharian, saya sambil berbicara lantas merebahkan diri diatas tempat tidurnya. Ia meneruskan bicaranya. Terkadang tangannya memegang tangan saya sambil bicara. Saat itu pikiran saya mulai melayang teringat kejadian beberapa hari yang lalu.

    Melihat saya terdiam dia mulai menciumi tangan saya. Saat saya sadar, tangannya telah berada pada kedua belah paha saya, sementara kepalanya tenggelam diantara selangkangan saya. Oh, betapa nikmatnya. Kali ini saya tidak melawan sama sekali. Saya menutup mata dan menikmati momen tersebut. Agen Nova88 Terbaik

    Nafas saya semakin memburu saat saya merasakan bahwa saya mendekati klimaks. Tiba-tiba saya merasakan kepalanya terangkat. Saya membuka mata bingung atas maksud tujuannya berhenti. Mata saya terbelalak saat memandang ia sudah tidak mengenakan bajunya. Mungkin ia melepasnya diam-diam saat saya menutup mata tadi.

    Tidak tahu apa yang harus dilakukan saya hanya menganga saja seperti orang bodoh. Saya lihat ia sudah tegang. Oh, betapa saya ingin semua berakhir nikmat seperti minggu lalu. Tangan kirinya kembali bermain diselangkangan saya sementara tubuhnya perlahan-lahan turun menutupi tubuh saya.

    Perasaan nikmat kembali bangkit. Tangan kanannya lalu melolosi daster saya. Saya telanjang bulat kini kecuali bra saya. Tangan kirinya meremasi buah dada saya. Saya mengerang sakit. Tangan saya mendorong tangannya, saya katakan apa sih maunya. Dia hanya tersenyum.

    Saya mendorongnya pelan dan berusaha untuk bangun. Mungkin karena intuisinya mengatakan bahwa saya tidak akan melawan lagi, ia meminggirkan badannya. Dengan cepat saya membuka kutang saya, lalu rebah kembali.
    Ia tersenyum setengah tertawa. Dengan sigap ia sudah berada diatas tubuh saya kembali dan mulai mengisapi puting susu saya sementara tangan kanannya kembali memberi kehidupan diantara selangkangan saya dan tangan kirinya mengusapi seluruh badan saya.

    Selama kehidupan perkawinan saya dengan Niko, ia tidak pernah melakukan hal-hal seperti ini saat kami melakukan hubungan seks. Seakan-akan seks itu adalah buka, mulai, keluar, selesai. Saya merasakan diri saya bagaikan mutiara dihadapan Roy .

    Kemudian Roy mulai mencium bibir saya. Saya balas dengan penuh gairah. Sekujur tubuh saya terasa panas sekarang. Kemudian saya rasakan alatnya mulai mencari-cari jalan masuk. Dengan tangan kanan saya, saya bantu ia menemukannya. Ketika semua sudah pada tempatnya, ia mulai mengayuh perahu cinta kami dengan bersemangat.

    Kedua tangannya tidak henti-hentinya mengusapi tubuh dan dada saya. Saya hanya bisa memejamkan mata saya. Aduh, nikmatnya bukan kepalang.
    Tangannya lalu mengalungkan kedua tangan saya pada lehernya. Saya membuka mata saya. Ia menatap mata saya dengan sejuta arti. Kali ini saya tersenyum. Ia balas tersenyum. Mungkin karena gemas melihat saya, bibirnya lantas kembali memagut.

    Oh, saya merasakan waktunya telah tiba. Kedua tangan saya menarik tubuhnya agar lebih merapat. Dia tampaknya mengerti kondisi saya saat itu. Ini dibuktikannya dengan mempercepat laju permainan. Ahh, saya mengerang pelan. Kemudian saya mendengar nafasnya menjadi berat dan disertai erangan saya merasakan kemaluan saya dipenuhi cairan hangat.

    Sejak saat itu, saya dan dia selalu menunggu kesempatan dimana suami saya pergi keluar kota untuk dapat mengulangi perbuatan terkutuk itu. Betapa nafsu telah mengalahkan segalanya. Setiap kali akan bercinta, saya selalu memaksanya untuk melakukan oral seks kepada saya. Tanpa itu, saya tidak dapat hidup lagi. Saya benar-benar memerlukannya.


    Dia juga sangat pengertian. Walaupun dia sedang malas melakukan hubungan seks, dia tetap bersedia melakukan oral seks kepada saya. Saya benar-benar merasa sangat dihargai olehnya.

    Kini saya bagaikan memiliki dua suami. Saya diperlakukan dengan baik oleh keduanya. Saya tahu suami saya sangat mencintai saya. Saya juga sangat mencintai suami saya. Tetapi saya tidak bisa melupakan kenikmatan yang telah diperkenalkan oleh Roy kepada saya.

    Suami saya tidak pernah curiga sebab Roy tidak berubah saat suami saya ada di rumah. Tetapi bila Niko sudah pergi keluar kota , dia memperlakukan saya sebagaimana istrinya. Dia bahkan pernah memaksa untuk melakukannya di kamar kami. Saya menolak dengan keras. Biar bagaimana saya akan merasa sangat bersalah bila melakukannya ditempat tidur dimana saya dan Niko menjalin hubungan yang berdasarkan cinta.

    Saya katakan dengan tegas kepada Roy bahwa dia harus menuruti saya. Dia hanya mengangguk saja. Saya merasa aman sebab dia tunduk kepada seluruh perintah saya. Saya tidak pernah menyadari bahwa saya salah. Benar-benar salah.

    Suatu kali saya disuruh untuk melakukan oral seks kepadanya. Saya benar benar terkejut. Saya tidak dapat membayangkan apa yang harus saya lakukan atas ‘alat’-nya. Saya menolak, tetapi dia terus memaksa saya. Karena saya tetap tidak mau menuruti kemauannya, maka akhirnya ia menyerah.

    Kejadian ini berlangsung beberapa kali, dengan akhir dia mengalah. Hingga terjadi pada suatu hari dimana saat saya menolak kembali dia mengancam untuk tidak melakukan oral seks kepada saya. Saya bisa menikmati hubungan seks kami bila dia telah melakukan oral seks kepada saya terlebih dahulu.

    Saya tolak, karena saya pikir dia tidak serius. Saya berpikir bahwa dia masih menginginkan seks sebagaimana saya menginginkannya. Ternyata dia benar-benar melakukan ancamannya. Dia bahkan tidak mau melakukan hubungan seks lagi dengan saya. Saya bingung sekali. Saya membutuhkan cara untuk melepaskan diri dari kerumitan sehari-hari. Bagi saya, seks merupakan alat yang dapat membantu saya menghilangkan beban pikiran.

    Selama beberapa hari saya merasa seperti dikucilkan. Dia tetap berbicara dengan baik kepada saya. Tetapi setiap kali saya berusaha mengajaknya untuk melakukan hubungan seks dia menolak. Saya tidak tahu harus berbuat apa. Saya berusaha semampu saya untuk merayunya, tetapi dia tetap menolak.

    Saya bingung, apa saya tidak cukup menarik. Wajah saya menurut saya cukup cantik. Pada masa-masa kuliah, banyak sekali teman pria saya yang berusaha mencuri perhatian saya. Teman wanita saya bilang bibir saya sensual sekali. Saya tidak mengerti bibir sensual itu bagaimana. Yang saya tahu saya tidak ambil pusing untuk hal-hal seperti itu.

    Saya tidak diijinkan terlalu banyak keluar rumah oleh orang tua saya kecuali untuk keperluan les ataupun kursus. Saya orangnya supel dan tidak pilih-pilih dalam berteman. Mungkin hal ini yang (menurut saya pribadi) menyebabkan banyak teman pria yang mendekati saya.

    Sesudah melahirkan, saya tetap melanjutkan aktivitas senam saya. Dari sejak masa kuliah saya senang senam. Saya tahu saya memiliki tubuh yang menarik, tidak kalah dengan yang masih muda dan belum menikah. Kulit saya putih bersih, sebab ibu saya mengajarkan bagaimana cara merawat diri.

    Bila saya berjalan dengan suami saya, selalu saja pria melirik kearah saya. Suami saya pernah mengatakan bahwa dia merasa sangat beruntung memiliki saya. Saya juga merasa sangat beruntung memiliki suami seperti dia. Niko orangnya jujur dan sangat bertanggung jawab. Itu yang sangat saya sukai darinya. Saya tidak hanya melihat dari fisik seseorang, tetapi lebih dari pribadinya.

    Tetapi Roy sendiri menurut saya sangatlah ganteng. Mungkin itu pula sebabnya, banyak teman wanitanya yang datang kerumah. Katanya untuk belajar. Mereka biasa belajar di teras depan rumah kami. Roy selain ganteng juga pintar menurut saya. Tidaklah sulit baginya untuk mencari wanita cantik yang mau dengannya.

    Saya merasa saya ditinggalkan. Roy tidak pernah mengajak saya untuk melakukan hubungan seks lagi. Dia sekarang bila tidak belajar dikamar, lebih banyak menghabiskan waktunya dengan teman-teman wanitanya. Saya kesepian sekali dirumah. Untung masih ada anak saya yang paling kecil yang dapat menghibur.

    Hingga suatu saat saya tidak dapat menahan diri lagi. Malam itu, saat Roy masuk ke kamarnya setelah menonton film, saya mengikutinya dari belakang.

    Saya katakan ada yang perlu saya bicarakan. Anak saya sudah tidur saat itu. Dia duduk di tempat tidurnya. Saya bilang saya bersedia melakukannya hanya saya tidak tahu apa yang harus saya perbuat.

    Dengan gesit dia membuka seluruh celananya dan kemudian berbaring. Dia katakan bahwa saya harus menjilati penisnya dari atas hingga bawah.

    Walaupun masih ragu-ragu, saya lakukan seperti yang disuruh olehnya.
    Penisnya mendadak ‘hidup’ begitu lidah saya menyentuhnya. Kemudian saya disuruh membasahi seluruh permukaan penisnya dengan menggunakan lidah saya.

    Dengan bantuan tangan saya, saya jilati semua bagian dari penisnya sebagaimana seorang anak kecil menjilati es-krim. Tidak lama kemudian, saya disuruh memasukkan penisnya kedalam mulut saya. Saya melonjak kaget. Saya bilang, dia sendiri tidak memasukkan apa apa kedalam mulutnya saat melakukan oral seks kepada saya, kenapa saya harus dituntut melakukan hal yang lebih.

    Dia berkata bahwa itu disebabkan karena memang bentuk genital dari pria dan wanita berbeda. Jadi bukan masalah apa-apa. Dia bilang bahwa memang oral seks yang dilakukan wanita terhadap pria menuntut wanita memasukkan penis pria kedalam mulutnya. Sebenarnya saya juga sudah pernah baca dari majalah-majalah Penthouse miliknya, saya hanya berusaha menghindar sebab saya merasa hal ini sangatlah tidak higienis.


    Karena khawatir saya tidak memperoleh apa yang saya inginkan, saya menuruti kemauannya. Kemudian saya disuruh melakukan gerakan naik dan turun sebagaimana bila sedang bercinta, hanya bedanya kali ini, penisnya berada di dalam mulut saya, bukan pada vagina saya.

    Selama beberapa menit saya melakukan hal itu. Saya perlahan-lahan menyadari, bahwa oral seks tidaklah menjijikkan seperti yang saya bayangkan. Dulu saya membayangkan akan mencium atau merasakan hal-hal yang tidak enak. Sebenarnya hampir tidak terasa apa-apa. Hanya cairan yang keluar dari penisnya terasa sedikit asin. Masalah bau, seperti bau yang umumnya keluar saat pria dan wanita berhubungan seks.

    Tangannya mendorong kepala saya untuk naik turun semakin cepat. Saya dengar nafasnya semakin cepat, dan gerakan tangannya menyebabkan saya bergerak semakin cepat juga. Kemudian menggeram pelan, saya tahu bahwa dia akan klimaks, saya berusaha mengeluarkan alatnya dari mulut saya, tetapi tangannya menekan dengan keras. Saya panik. Tidak lama mulut saya merasakan adanya cairan hangat, karena takut muntah, saya telan saja dengan cepat semuanya, jadi tidak terasa apa-apa.

    Saat dia sudah tenang, dia kemudian melepaskan tangannya dari kepala saya. Saya sebenarnya kesal karena saya merasa dipaksa. Tetapi saya diam saja. Saya takut kalau dia marah, semua usaha saya menjadi sia-sia saja.
    Saya bangkit dari tempat tidur untuk pergi berkumur. Dia bilang bahwa saya memang berbakat. Berbakat apanya, kalau dia main paksa lagi saya harus hajar dia.

    Sesudah nafasnya menjadi tenang, dia melakukan apa yang sudah sangat saya tunggu-tunggu. Dia melakukan oral seks kepada saya hampir 45 menit lebih.
    Aduh enak sekali. Saya orgasme berulang-ulang. Kemudian kami mengakhiri-nya dengan bercinta secara ganas.

    ———

    Sejak saat itu, oral seks merupakan hal yang harus saya lakukan kepadanya terlebih dahulu sebelum dia melakukan apa-apa terhadap saya. Saya mulai khawatir apakah menelan sperma tidak memberi efek samping apa-apa kepada saya. Dia bilang tidak, malah menyehatkan. Karena sperma pada dasarnya protein. Saya percaya bahwa tidak ada efek samping, tetapi saya tidak percaya bagian yang ‘menyehatkan’ . Hanya saya jadi tidak ambil pusing lagi.

    Tidak lama berselang, sekali waktu dia pulang kerumah dengan membawa kado. Katanya untuk saya. Saya tanya apa isinya. Baju katanya. Saya gembira bercampur heran bahwa perhatiannya menjadi begitu besar kepada saya. Saat saya buka, saya terkejut melihat bahwa ini seperti pakaian dalam yang sering digunakan oleh wanita bila dipotret di majalah Penthouse. Saya tidak tahu apa namanya, tapi saya tidak bisa membayangkan untuk memakainya.

    Dia tertawa melihat saya kebingungan. Saya tanyakan langsung kepadanya sebenarnya apa sih maunya. Dia bilang bahwa saya akan terlihat sangat cantik dengan itu. Saya bilang no way. Saya tidak mau dilihat siapapun menggunakan itu. Dia bilang bahwa itu sekarang menjadi ‘seragam’ saya setiap saya akan bercinta dengannya.

    Karena saya pikir toh hanya dia yang melihat, saya mengalah. Memang benar, saat saya memakainya, saya terlihat sangat seksi. Saya bahkan juga merasa sangat seksi. Saya menggunakannya didalam, dimana ada stokingnya, sehingga saya menggunakan pakaian jeans diluar selama saya melakukan aktivitas dirumah seperti biasa. Efeknya sungguh diluar dugaan saya. Saya menjadi, apa itu istilahnya, horny (?) sekali.

    Saya sudah tidak tahan menunggu waktunya tiba. Dirinya juga demikian tampaknya. Malam itu saat saya melucuti pakaian saya satu persatu, dia memandangi seluruh tubuh saya dengan sorot mata yang belum pernah saya lihat sebelumnya. Kami bercinta bagaikan tidak ada lagi hari esok.

    Sejak saat itu, saya lebih sering lagi dibelikan pakaian dalam yang seksi olehnya. Saya tidak tahu dia mendapatkan uang darimana, yang saya tahu semua pakaian ini bukanlah barang yang murah. Lama-kelamaan saya mulai khawatir untuk menyimpan pakaian ini dilemari kami berdua (saya dan Niko) sebab jumlahnya sudah termasuk banyak. Karenanya, pakaian ini saya taruh di dalam lemari Roy .

    Dia tidak keberatan selama saya bukan membuangnya. Katanya, dengan pakaian itu kencantikan saya bagai bidadari turun dari langit. Pakaian itu ada yang berwarna hitam, putih maupun merah muda. Tetapi yang paling digemari olehnya adalah yang berwarna hitam. Katanya sangat kontras warnanya dengan warna kulit saya sehingga lebih membangkitkan selera.

    Saya mulai menikmati hal-hal yang diajarkan oleh Roy kepada saya. Saya merasakan semua bagaikan pelajaran seks yang sangat berharga. Ingin saya menunjukkan apa yang telah saya ketahui kepada suami saya. Sebab pada dasarnya, dialah pria yang saya cintai. Tetapi saya takut bila dia beranggapan lain dan kemudian mencium perbuatan saya dan Roy .

    Saya tidak ingin rumah tangga kami hancur. Tetapi sebaliknya, saya sudah tidak dapat lagi meninggalkan tingkat pengetahuan seks yang sudah saya capai sekarang ini.


    ———

    Suatu ketika, Roy pulang dengan membawa teman prianya. Temannya ini tidak seganteng dirinya, tetapi sangat macho. Pada mukanya masih tersisa bulu-bulu bekas cukuran sehingga wajahnya sedikit terlihat keras dan urakan. Roy memperkenalkan temannya kepada saya yang ternyata bernama Bari .

    Kami ngobrol panjang lebar. Bari sangat luas pengetahuannya. Saya diajak bicara tentang politik hingga musik. Menurut penuturannya Bari memiliki band yang sering main dipub. Ini dilakukannya sebagai hobby serta untuk menambah uang saku. Saya mulai menganggap Bari sebagai teman.

    Bari semakin sering datang kerumah. Anehnya, kedatangan Bari selalu bertepatan dengan saat dimana Niko sedang tidak ada dirumah. Suatu ketika saya menemukan mereka duduk diruang tamu sambil meminum minuman yang tampaknya adalah minuman keras. Saya menghampiri mereka hendak menghardik agar menjaga kelakuannya.

    Ketika saya dekati ternyata mereka hanya minum anggur. Mereka lantas menawarkan saya untuk mencicipinya. Sebenarnya saya menolak. Tetapi mereka memaksa karena anggur ini lain dari yang lain. Akhirnya saya coba walaupun sedikit. Benar, saya hanya minum sedikit. Tetapi tidak lama saya mulai merasa mengantuk. Selain rasa kantuk, saya merasa sangat seksi.

    Karena saya mulai tidak kuat untuk membuka mata, Roy lantas menyarankan agar saya pergi tidur saja. Saya menurut. Roy lalu menggendong saya ke kamar tidur. Saya heran kenapa saya tidak merasa malu digendong oleh Roy dihadapan Bari . Padahal Bari sudah tahu bahwa saya sudah bersuami. Saya tampaknya tidak dapat berpikir dengan benar lagi.

    Kata Roy, kamar saya terlalu jauh, padahal saya berat, jadi dia membawa saya ke kamarnya. Saya menolak, tetapi dia tetap membawa saya ke kamarnya. Saya ingin melawan tetapi badan rasanya lemas semua. Sesampai-nya dikamar, Roy mulai melucuti pakaian saya satu persatu. Saya mencoba menahan, karena saya tidak mengerti apa tujuannya. Karena saya tidak dalam kondisi sadar sepenuhnya, perlawanan saya tidak membawa hasil apa apa.

    Kini saya berada diatas tempat tidur dengan keadaan telanjang. Roy mulai membuka pakaiannya. Saya mulai merasa bergairah. Begitu dirinya telanjang, lidahnya mulai bermain-main didaerah selangkangan saya. Saya memang tidak dapat bertahan lama bila dia melakukan oral seks terhadap saya. Saya keluar hanya dalam beberapa saat. Tetapi lidahnya tidak kunjung berhenti. Tangannya mengusapi payudara saya. Kemudian mulutnya beranjak menikmati payudara saya.

    Kini kami melakukannya dalam ‘missionary position’. Begitulah istilahnya kalau saya tidak salah ingat pernah tertulis dimajalah-majalah itu. Ah, nikmat sekali. Saya hampir keluar kembali. Tetapi ia malah menghentikan permainan. Sebelum saya sempat mengeluarkan sepatah katapun, tubuh saya sudah dibalik olehnya. Tubuh saya diangkat sedemikian rupa sehingga kini saya bertumpu pada keempat kaki dan tangan dalam posisi seakan hendak merangkak.

    Sebenarnya saya ingin tiduran saja, saya merasa tidak kuat untuk menopang seluruh badan saya. Tetapi setiap kali saya hendak merebahkan diri, ia selalu mengangkat tubuh saya. Akhirnya walaupun dengan susah payah, saya berusaha mengikuti kemauannya untuk tetap bangkit. Kemudian dia memasukkan penisnya ke dalam vagina saya. Tangannya memegang erat pinggang saya, lalu kemudian mulai menggoyangkan pinggangnya. Mmm, permainan dimulai kembali rupanya.

    Kembali kenikmatan membuai diri saya. Tanpa saya sadari, kali ini, setiap kali dia menekan tubuhnya kedepan, saya mendorong tubuh saya kebelakang. Penisnya terasa menghujam-hujam kedalam tubuh saya tanpa ampun yang mana semakin menyebabkan saya lupa diri.

    Saya keluar untuk pertama kalinya, dan rasanya tidak terkira. Tetapi saya tidak memiliki maksud sedikitpun untuk menghentikan permainan. Saya masih ingin menggali kenikmatan demi kenikmatan yang dapat diberikan olehnya kepada saya. Roy juga mengerti akan hal itu. Dia mengatur irama permainan agar bisa berlangsung lama tampaknya.

    Sesekali tubuhnya dibungkukkannya kedepan sehingga tangannya dapat meraih payudara saya dari belakang. Salah satu tangannya melingkar pada perut saya, sementara tangan yang lain meremasi payudara saya. Saat saya menoleh kebelakang, bibirnya sudah siap menunggu. Tanpa basa-basi bibir saya dilumat oleh dirinya.

    Saya hampir mencapai orgasme saya yang kedua saat dia menghentikan permainan. Saya bilang ada apa, tetapi dia langsung menuju ke kamar mandi. Saya merasa sedikit kecewa lalu merebahkan diri saya ditempat tidur. Jari tangan saya saya selipkan dibawah tubuh saya dan melakukan tugasnya dengan baik diantara selangkangan saya. Saya tidak ingin ‘mesin’ saya keburu dingin karena kelamaan menunggu Roy .

    Tiba-tiba tubuh saya diangkat kembali. Tangannya dengan kasar menepis tangan saya. Iapun dengan langsung menghujamkan penisnya kedalam tubuh saya. Ah, kenapa jadi kasar begini. Belum sempat saya menoleh kebelakang, ia sudah menarik rambut saya sehingga tubuh saya terangkat kebelakang sehingga kini saya berdiri pada lutut saya diatas tempat tidur.

    Rambut saya dijambak kebelakang sementara pundaknya menahan punggung saya sehingga kepala saya menengadah keatas. Kepalanya disorongkan kedepan untuk mulai menikmati payudara saya. Dari mulut saya keluar erangan pelan memintanya untuk melepaskan rambut saya. Tampaknya saya tidak dapat melakukan apa-apa walaupun saya memaksa. Malahan saya mulai merasa sangat seksi dengan posisi seperti ini.

    Semua ini dilakukannya tanpa berhenti menghujamkan dirinya kedalam tubuh saya. Saya merasakan bahwa penisnya lebih besar sekarang. Apakah ia meminum semacam obat saat dikamar mandi? Ah, saya tidak perduli, sebab saya merasakan kenikmatan yang teramat sangat.

    Yang membuat saya terkejut ketika tiba-tiba dua buah tangan memegangi tangan saya dari depan. Apa apaan ini? Saya mulai mencoba meronta dengan sisa tenaga yang ada pada tubuh saya. Kemudian tangan yang menjambak saya melepaskan pegangannya. Kini saya dapat melihat bahwa Roy berdiri diatas kedua lututnya diatas tempat tidur dihadapan saya.

    Jadi, yang saat ini menikmati saya adalah… Saya menoleh kebelakang. Bari ! Bari tanpa membuang kesempatan melumat bibir saya. Saya membuang muka, saya marah sekali, saya merasa dibodohi. Saya melawan dengan sungguh-sungguh kali ini. Saya mencoba bangun dari tempat tidur. Tetapi Bari menahan saya. Tangannya mencengkram pinggang saya dan menahan saya untuk berdiri. Sementara itu Roy memegangi kedua belah tangan saya. Saya sudah mau menangis saja.


    Saya merasa diperalat. Ya, saya hanya menjadi alat bagi mereka untuk memuaskan nafsu saja. Sekilas teringat dibenak saya wajah suami dan anak saya. Tetapi kini semua sudah terlambat. Saya sudah semakin terjerumus.

    Roy bergerak mendekat hingga tubuhnya menekan saya dari depan sementara Bari menekan saya dari belakang. Dia mulai melumat bibir saya. Saya tidak membalas ciumannya. Tetapi ini tidak membuatnya berhenti menikmati bibir saya. Lidahnya memaksa masuk kedalam mulut saya. Tangan saya dilingkarkannya pada pinggangnya, sementara Bari memeluk kami bertiga.

    Saya mulai merasakan sesak napas terhimpit tubuh mereka. Tampaknya ini yang diinginkan mereka, saya bagaikan seekor pelanduk diantara dua gajah. Perlahan-lahan kenikmatan yang tidak terlukiskan menjalar disekujur tubuh saya. Perasaan tidak berdaya saat bermain seks ternyata mengakibatkan saya melambung diluar batas imajinasi saya sebelumnya. Saya keluar dengan deras dan tanpa henti. Orgasme saya datang dengan beruntun.

    Tetapi Roy tidak puas dengan posisi ini. Tidak lama saya kembali pada ‘dog style position’. Roy menyorongkan penisnya kebibir saya. Saya tidak mau membuka mulut. Tetapi Bari menarik rambut saya dari belakang dengan keras. Mulut saya terbuka mengaduh. Roy memanfaatkan kesempatan ini untuk memaksa saya mengulum penisnya.

    Kemudian mereka mulai menyerang tubuh saya dari 2 arah. Dorongan dari arah yang satu akan menyebabkan penis pada tubuh mereka yang berada diarah lainnya semakin menghujam. Saya hampir tersedak. Roy yang tampaknya mengerti kesulitan saya mengalah dan hanya diam saja. Bari yang mengatur segala gerakan.

    Tidak lama kemudian mereka keluar. Sesudah itu mereka berganti tempat.
    Permainan dilanjutkan. Saya sendiri sudah tidak dapat menghitung berapa banyak mengalami orgasme. Ketika mereka berhenti, saya merasa sangat lelah. Walupun dengan terhuyung-huyung, saya bangkit dari tempat tidur, mengenakan pakaian saya seadanya dan pergi ke kamar saya.

    Di kamar saya masuk ke dalam kamar mandi saya. Di sana saya mandi air panas sambil mengangis. Saya tidak tahu saya sudah terjerumus kedalam apa kini. Yang membuat saya benci kepada diri saya, walaupun saya merasa sedih, kesal, marah bercampur menjadi satu, namun setiap saya teringat kejadian itu, saya merasa basah pada selangkangan saya.

    Malam itu, saat saya menyiapkan makan malam, Roy tidak berbicara sepatah katapun. Bari sudah pulang. Saya juga tidak mau membicarakannya. Kami makan sambil berdiam diri.

    Sejak saat itu, Bari tidak pernah datang lagi. Saya sebenarnya malas bicara kepada Roy . Saya ingin menunjukkan kepadanya bahwa saya tidak suka dengan caranya menjebak saya. Tetapi bila ada suami saya saya memaksakan diri bertindak biasa. Saya takut suami saya curiga dan bertanya ada apa antara saya dan Roy .

    Hingga pada suatu kesempatan, Roy berbicara bahwa dia minta maaf dan sangat menyesali perbuatannya. Dikatakannya bahwa ‘threesome’ adalah salah satu imajinasinya selama ini. Saya mengatakan kenapa dia tidak melakukannya dengan pelacur. Kenapa harus menjebak saya. Dia bilang bahwa dia ingin melakukannya dengan ‘someone special’.

    Saya tidak tahu harus ngomong apa. Hampir dua bulan saya melakukan mogok seks. Saya tidak perduli kepadanya. Saya membalas perbuatannya seperti saat saya pertama kali dipaksa untuk melakukan oral seks kepadanya.

    Selama dua bulan, ada saja yang diperbuatnya untuk menyenangkan saya.
    Hingga suatu waktu dia membawa makanan untuk makan malam. Saya tidak tahu apa yang ada dipikirannya. Hanya pada saat saya keluar, diatas meja sudah ada lilin. Saat saya duduk, dia mematikan sebahagian lampu sehingga ruangan menjadi setengah gelap.

    Itu adalah ‘candle light dinner’ saya yang pertama seumur hidup. Suami saya tidak pernah cukup romantis untuk melakukan ini dengan saya. Malam itu dia kembali minta maaf dan benar-benar mengajak saya berbicara dengan sungguh-sungguh. Saya tidak tahu harus bagaimana.

    Saya merasa saya tidak akan pernah memaafkannya atas penipuannya kepada saya. Hanya saja malam itu begitu indah sehingga saya pasrah ketika dia mengangkat saya ke kamar tidurnya.

  • Kisah Memek Larangan Hubungan Dengan Atasanku

    Kisah Memek Larangan Hubungan Dengan Atasanku


    2319 views

    Duniabola99.com – Mbak Lia kurang lebih baru 2 minggu bekerja sebagai atasanku sebagai Accounting Manager. Sebagai atasan baru, ia sering memanggilku ke ruang kerjanya untuk menjelaskan overbudget yang terjadi pada bulan sebelumnya, atau untuk menjelaskan laporan mingguan yang kubuat. Aku sendiri sudah termasuk staf senior. Tapi mungkin karena latar belakang pendidikanku tidak cukup mendukung, management memutuskan merekrutnya. Ia berasal dari sebuah perusahaan konsultan keuangan.


    Usianya kutaksir sekitar 25 hingga 30 tahun. Sebagai atasan, sebelumnya kupanggil “Bu”, walau usiaku sendiri 10 tahun di atasnya. Tapi atas permintaanya sendiri, seminggu yang lalu, ia mengatakan lebih suka bila di panggil “Mbak”. Sejak saat itu mulai terbina suasana dan hubungan kerja yang hangat, tidak terlalu formal. Terutama karena sikapnya yang ramah. Ia sering langsung menyebut namaku, sesekali bila sedang bersama rekan kerja lainnya, ia menyebut “Pak”.

    Dan tanpa kusadari pula, diam-diam aku merasa betah dan nyaman bila memandang wajahnya yang cantik dan lembut menawan. Ia memang menawan karena sepasang bola matanya sewaktu-waktu dapat bernar-binar, atau menatap dengan tajam. Tapi di balik itu semua, ternyata ia suka mendikte. Mungkin karena telah menduduki jabatan yang cukup tinggi dalam usia yang relatif muda, kepercayaan dirinya pun cukup tinggi untuk menyuruh seseorang melaksanakan apa yang diinginkannya.

    Mbak Lia selalu berpakaian formal. Ia selalu mengenakan blus dan rok hitam yang agak menggantung sedikit di atas lutut. Bila sedang berada di ruang kerjanya, diam-diam aku pun sering memandang lekukan pinggulnya ketika ia bangkit mengambil file dari rak folder di belakangnya. Walau bagian bawah roknya lebar, tetapi aku dapat melihat pinggul yang samar-samar tercetak dari baliknya. Sangat menarik, tidak besar tetapi jelas bentuknya membongkah, memaksa mata lelaki menerawang untuk mereka-reka keindahannya.

    Di dalam ruang kerjanya yang besar, persis di samping meja kerjanya, terdapat seperangkat sofa yang sering dipergunakannya menerima tamu-tamu perusahaan. Sebagai Accounting Manager, tentu selalu ada pembicaraan-pembicaraan ‘privacy’ yang lebih nyaman dilakukan di ruang kerjanya daripada di ruang rapat.

    Aku merasa beruntung bila dipanggil Mbak Lia untuk membahas cash flow keuangan di kursi sofa itu. Aku selalu duduk persis di depannya. Dan bila kami terlibat dalam pembicaraan yang cukup serius, ia tidak menyadari roknya yang agak tersingkap. Di situlah keberuntunganku. Aku dapat melirik sebagian kulit paha yang berwarna gading. Kadang-kadang lututnya agak sedikit terbuka sehingga aku berusaha untuk mengintip ujung pahanya. Tapi mataku selalu terbentur dalam kegelapan. Andai saja roknya tersingkap lebih tinggi dan kedua lututnya lebih terbuka, tentu akan dapat kupastikan apakah bulu-bulu halus yang tumbuh di lengannya juga tumbuh di sepanjang paha hingga ke pangkalnya. Bila kedua lututnya rapat kembali, lirikanku berpindah ke betisnya. Betis yang indah dan bersih. Terawat. Ketika aku terlena menatap kakinya, tiba-tiba aku dikejutkan oleh pertanyaan Mbak Lia..


    “Jhony, aku merasa bahwa kau sering melirik ke arah betisku. Apakah dugaanku salah?” Aku terdiam sejenak sambil tersenyum untuk menyembunyikan jantungku yang tiba-tiba berdebar.

    “Jhony, salahkah dugaanku?”

    “Hmm.., ya, benar Mbak,” jawabku mengaku, jujur. Mbak Lia tersenyum sambil menatap mataku.

    “Mengapa?”

    Aku membisu. Terasa sangat berat menjawab pertanyaan sederhana itu. Tapi ketika menengadah menatap wajahnya, kulihat bola matanya berbinar-binar menunggu jawabanku.

    “Saya suka kaki Mbak. Suka betis Mbak. Indah. Dan..,” setelah menarik nafas panjang, kukatakan alasan sebenarnya.

    “Saya juga sering menduga-duga, apakah kaki Mbak juga ditumbuhi bulu-bulu.”

    “Persis seperti yang kuduga, kau pasti berkata jujur, apa adanya,” kata Mbak Tia sambil sedikit mendorong kursi rodanya.

    “Agar kau tidak penasaran menduga-duga, bagaimana kalau kuberi kesempatan memeriksanya sendiri?”

    “Sebuah kehormatan besar untukku,” jawabku sambil membungkukan kepala, sengaja sedikit bercanda untuk mencairkan pembicaraan yang kaku itu.

    “Kompensasinya apa?”

    “Sebagai rasa hormat dan tanda terima kasih, akan kuberikan sebuah ciuman.”

    “Bagus, aku suka. Bagian mana yang akan kau cium?”

    “Betis yang indah itu!”

    “Hanya sebuah ciuman?”

    “Seribu kali pun aku bersedia.”

    Mbak Tia tersenyum manis dikulum. Ia berusaha manahan tawanya. Rfbet99

    “Dan aku yang menentukan di bagian mana saja yang harus kau cium, OK?”

    “Deal, my lady!”

    “I like it!” kata Mbak Lia sambil bangkit dari sofa.

    Ia melangkah ke mejanya lalu menarik kursinya hingga ke luar dari kolong mejanya yang besar. Setelah menghempaskan pinggulnya di atas kursi kursi kerjanya yang besar dan empuk itu, Mbak Lia tersenyum. Matanya berbinar-binar seolah menaburkan sejuta pesona birahi. Pesona yang membutuhkan sanjungan dan pujaan.

    “Periksalah, Jhony. Berlutut di depanku!” Aku membisu. Terpana mendengar perintahnya.

    “Kau tidak ingin memeriksanya, Jhony?” tanya Mbak Lia sambil sedikit merenggangkan kedua lututnya.

    Sejenak, aku berusaha meredakan debar-debar jantungku. Aku belum pernah diperintah seperti itu. Apalagi diperintah untuk berlutut oleh seorang wanita. Bibir Mbak Lia masih tetap tersenyum ketika ia lebih merenggangkan kedua lututnya.

    “Jhony, kau tahu warna apa yang tersembunyi di pangkal pahaku?” Aku menggeleng lemah, seolah ada kekuatan yang tiba-tiba merampas sendi-sendi di sekujur tubuhku.

    Tatapanku terpaku ke dalam keremangan di antara celah lutut Mbak Lia yang meregang. Akhirnya aku bangkit menghampirinya, dan berlutut di depannya. Sebelah lututku menyentuh karpet. Wajahku menengadah. Mbak Tia masih tersenyum. Telapak tangannya mengusap pipiku beberapa kali, lalu berpindah ke rambutku, dan sedikit menekan kepalaku agar menunduk ke arah kakinya.

    “Ingin tahu warnanya?” Aku mengangguk tak berdaya.

    “Kunci dulu pintu itu,” katanya sambil menunjuk pintu ruang kerjanya. Dan dengan patuh aku melaksanakan perintahnya, kemudian berlutut kembali di depannya.


    Mbak Lia menopangkan kaki kanannya di atas kaki kirinya. Gerakannya lambat seperti bermalas-malasan. Pada saat itulah aku mendapat kesempatan memandang hingga ke pangkal pahanya. Dan kali ini tatapanku terbentur pada secarik kain tipis berwarna putih. Pasti ia memakai G-String, kataku dalam hati. Sebelum paha kanannya benar-benar tertopang di atas paha kirinya, aku masih sempat melihat bulu-bulu ikal yang menyembul dari sisi-sisi celana dalamnya. Segitiga tipis yang hanya selebar kira-kira dua jari itu terlalu kecil untuk menyembunyikan semua bulu yang mengitari pangkal pahanya. Bahkan sempat kulirik bayangan lipatan bibir di balik segitiga tipis itu.

    “Suka?” Aku mengangguk sambil mengangkat kaki kiri Mbak Lia ke atas lututku.

    Ujung hak sepatunya terasa agak menusuk. Kulepaskan klip tali sepatunya. Lalu aku menengadah. Sambil melepaskan sepatu itu. Mbak Tia mengangguk. Tak ada komentar penolakan. Aku menunduk kembali. Mengelus-elus pergelangan kakinya. Kakinya mulus tanpa cacat. Ternyata betisnya yang berwarna gading itu mulus tanpa bulu halus. Tapi di bagian atas lutut kulihat sedikit ditumbuhi bulu-bulu halus yang agak kehitaman. Sangat kontras dengan warna kulitnya. Aku terpana. Mungkinkah mulai dari atas lutut hingga.., hingga.. Aah, aku menghembuskan nafas. Rongga dadaku mulai terasa sesak. Wajahku sangat dekat dengan lututnya. Hembusan nafasku ternyata membuat bulu-bulu itu meremang.

    “Indah sekali,” kataku sambil mengelus-elus betisnya. Kenyal.

    “Suka, Jhony?” Aku mengangguk.

    “Tunjukkan bahwa kau suka. Tunjukkan bahwa betisku indah!”

    Aku mengangkat kaki Mbak Lia dari lututku. Sambil tetap mengelus betisnya, kuluruskan kaki yang menekuk itu. Aku sedikit membungkuk agar dapat mengecup pergelangan kakinya. Pada kecupan yang kedua, aku menjulurkan lidah agar dapat mengecup sambil menjilat, mencicipi kaki indah itu. Akibat kecupanku, Mbak Lia menurunkan paha kanan dari paha kirinya. Dan tak sengaja, kembali mataku terpesona melihat bagian dalam kanannya. Karena ingin melihat lebih jelas, kugigit bagian bawah roknya lalu menggerakkan kepalaku ke arah perutnya. Ketika melepaskan gigitanku, kudengar tawa tertahan, lalu ujung jari-jari tangan Mbak Lia mengangkat daguku. Aku menengadah.

    “Kurang jelas, Jhony?” Aku mengangguk.

    Mbak Lia tersenyum nakal sambil mengusap-usap rambutku. Lalu telapak tangannya menekan bagian belakang kepalaku sehingga aku menunduk kembali. Di depan mataku kini terpampang keindahan pahanya. Tak pernah aku melihat paha semulus dan seindah itu. Bagian atas pahanya ditumbuhi bulu-bulu halus kehitaman. Bagian dalamnya juga ditumbuhi tetapi tidak selebat bagian atasnya, dan warna kehitaman itu agak memudar. Sangat kontras dengan pahanya yang berwarna gading.


    Aku merinding. Karena ingin melihat paha itu lebih utuh, kuangkat kaki kanannya lebih tinggi lagi sambil mengecup bagian dalam lututnya. Dan paha itu semakin jelas. Menawan. Di paha bagian belakang mulus tanpa bulu. Karena gemas, kukecup berulang kali. Kecupan-kecupanku semakin lama semakin tinggi. Dan ketika hanya berjarak kira-kira selebar telapak tangan dari pangkal pahanya, kecupan-kecupanku berubah menjadi ciuman yang panas dan basah.

    Sekarang hidungku sangat dekat dengan segitiga yang menutupi pangkal pahanya. Karena sangat dekat, walau tersembunyi, dengan jelas dapat kulihat bayangan bibir kewanitaannya. Ada segaris kebasahan terselip membayang di bagian tengah segitiga itu. Kebasahan yang dikelilingi rambut-rambut ikal yang menyelip dari kiri kanan G-stringnya. Sambil menatap pesona di depan mataku, aku menarik nafas dalam-dalam. Tercium aroma segar yang membuatku menjadi semakin tak berdaya. Aroma yang memaksaku terperangkap di antara kedua belah paha Mbak Lia. Ingin kusergap aroma itu dan menjilat kemulusannya.

    Mbak Lia menghempaskan kepalanya ke sandaran kursi. Menarik nafas berulang kali. Sambil mengusap-usap rambutku, diangkatnya kaki kanannya sehingga roknya semakin tersingkap hingga tertahan di atas pangkal paha.

    “Suka Jhony?”

    “Hmm.. Hmm..!” jawabku bergumam sambil memindahkan ciuman ke betis dan lutut kirinya.

    Lalu kuraih pergelangan kaki kanannya, dan meletakkan telapaknya di pundakku. Kucium lipatan di belakang lututnya. Mbak Lia menggelinjang sambil menarik rambutku dengan manja. Lalu ketika ciuman-ciumanku merambat ke paha bagian dalam dan semakin lama semakin mendekati pangkal pahanya, terasa tarikan di rambutku semakin keras. Dan ketika bibirku mulai mengulum rambut-rambut ikal yang menyembul dari balik G-stringnya, tiba-tiba Mbak Lia mendorong kepalaku.

    Aku tertegun. Menengadah. Kami saling menatap. Tak lama kemudian, sambil tersenyum menggoda, Mbak Lia menarik telapak kakinya dari pundakku. Ia lalu menekuk dan meletakkan telapak kaki kanannya di permukaan kursi. Pose yang sangat memabukkan. Sebelah kaki menekuk dan terbuka lebar di atas kursi, dan yang sebelah lagi menjuntai ke karpet.

    “Suka Jhony?”

    “Hmm.. Hmm..!”

    “Jawab!”

    “Suka sekali!”

    Pemandangan itu tak lama. Tiba-tiba saja Mbak Tia merapatkan kedua pahanya sambil menarik rambutku.

    “Nanti ada yang melihat bayangan kita dari balik kaca. Masuk ke dalam, Jhony,” katanya sambil menunjuk kolong mejanya.

    Aku terkesima. Mbak Tia merenggut bagian belakang kepalaku, dan menariknya perlahan. Aku tak berdaya. Tarikan perlahan itu tak mampu kutolak. Lalu Mbak Lia tiba-tiba membuka ke dua pahanya dan mendaratkan mulut dan hidungku di pangkal paha itu. Kebasahan yang terselip di antara kedua bibir kewanitaan terlihat semakin jelas. Semakin basah. Dan di situlah hidungku mendarat. Aku menarik nafas untuk menghirup aroma yang sangat menyegarkan. Aroma yang sedikit seperti daun pandan tetapi mampu membius saraf-saraf di rongga kepala.

    “Suka Jhony?”

    “Hmm.. Hmm..!”

    “Sekarang masuk ke dalam!” ulangnya sambil menunjuk kolong mejanya.

    Aku merangkak ke kolong mejanya. Aku sudah tak dapat berpikir waras. Tak peduli dengan segala kegilaan yang sedang terjadi. Tak peduli dengan etika, dengan norma-norma bercinta, dengan sakral dalam percintaan. Aku hanya peduli dengan kedua belah paha mulus yang akan menjepit leherku, jari-jari tangan lentik yang akan menjambak rambutku, telapak tangan yang akan menekan bagian belakang kepalaku, aroma semerbak yang akan menerobos hidung dan memenuhi rongga dadaku, kelembutan dan kehangatan dua buah bibir kewanitaan yang menjepit lidahku, dan tetes-tetes birahi dari bibir kewanitaan yang harus kujilat berulang kali agar akhirnya dihadiahi segumpal lendir orgasme yang sudah sangat ingin kucucipi.

    Di kolong meja, Mbak Lia membuka kedua belah pahanya lebar-lebar. Aku mengulurkan tangan untuk meraba celah basah di antara pahanya. Tapi ia menepis tanganku.

    “Hanya lidah, Jhony! OK?”

    Aku mengangguk. Dan dengan cepat membenamkan wajahku di G-string yang menutupi pangkal pahanya. Menggosok-gosokkan hidungku sambil menghirup aroma pandan itu sedalam-dalamnya. Mbak Lia terkejut sejenak, lalu ia tertawa manja sambil mengusap-usap rambutku.

    “Rupanya kau sudah tidak sabar ya, Jhony?” katanya sambil melingkarkan pahanya di leherku.


    “Hm..!”

    “Haus?”

    “Hm!”

    “Jawab, Jhony!” katanya sambil menyelipkan tangannya untuk mengangkat daguku. Aku menengadah.

    “Haus!” jawabku singkat.

    Tangan Mbak Lia bergerak melepaskan tali G-string yang terikat di kiri dan kanan pinggulnya. Aku terpana menatap keindahan dua buah bibir berwarna merah yang basah mengkilap. Sepasang bibir yang di bagian atasnya dihiasi tonjolan daging pembungkus clit yang berwarna pink. Aku termangu menatap keindahan yang terpampang persis di depan mataku.

    “Jangan diam saja. Jhony!” kata Mbak Lia sambil menekan bagian belakang kepalaku.

    “Hirup aromanya!” sambungnya sambil menekan kepalaku sehingga hidungku terselip di antara bibir kewanitaannya.

    Pahanya menjepit leherku sehingga aku tak dapat bergerak. Bibirku terjepit dan tertekan di antara dubur dan bagian bawah vaginanya. Karena harus bernafas, aku tak mempunyai pilihan kecuali menghirup udara dari celah bibir kewanitaannya. Hanya sedikit udara yang dapat kuhirup, sesak tetapi menyenangkan. Aku menghunjamkan hidungku lebih dalam lagi. Mbak Lia terpekik. Pinggulnya diangkat dan digosok-gosokkannya dengan liar hingga hidungku basah berlumuran tetes-tetes birahi yang mulai mengalir dari sumbernya. Aku mendengus. Mbak Lia menggelinjang dan kembali mengangkat pinggulnya. Kuhirup aroma kewanitaannya dalam-dalam, seolah vaginanya adalah nafas kehidupannku.

    “Fantastis!” kata Mbak Lia sambil mendorong kepalaku dengan lembut. Aku menengadah. Ia tersenyum menatap hidungku yang telah licin dan basah.

    “Enak ‘kan?” sambungnya sambil membelai ujung hidungku.

    “Segar!” Mbak Lia tertawa kecil.

    “Kau pandai memanjakanku, Jhony. Sekarang, kecup, jilat, dan hisap sepuas-puasmu. Tunjukkan bahwa kau memuja ini,” katanya sambil menyibakkan rambut-rambut ikal yang sebagian menutupi bibir kewanitaannya.

    “Jilat dan hisap dengan rakus. Tunjukkan bahwa kau memujanya. Tunjukkan rasa hausmu! Jangan ada setetes pun yang tersisa! Tunjukkan dengan rakus seolah ini adalah kesempatan pertama dan yang terakhir bagimu!”

    Aku terpengaruh dengan kata-katanya. Aku tak peduli walaupun ada nada perintah di setiap kalimat yang diucapkannya. Aku memang merasa sangat lapar dan haus untuk mereguk kelembutan dan kehangatan vaginanya. Kerongkonganku terasa panas dan kering. Aku merasa benar-benar haus dan ingin segera mendapatkan segumpal lendir yang akan dihadiahkannya untuk membasahi kerongkongannku. Lalu bibir kewanitaannya kukulum dan kuhisap agar semua kebasahan yang melekat di situ mengalir ke kerongkonganku. Kedua bibir kewanitaannya kuhisap-hisap bergantian.

    Kepala Mbak Lia terkulai di sandaran kursinya. Kaki kanannya melingkar menjepit leherku. Telapak kaki kirinya menginjak bahuku. Pinggulnya terangkat dan terhempas di kursi berulang kali. Sesekali pinggul itu berputar mengejar lidahku yang bergerak liar di dinding kewanitaannya. Ia merintih setiap kali lidahku menjilat clitnya. Nafasnya mengebu. Kadang-kadang ia memekik sambil menjambak rambutku.


    “Ooh, ooh, Jhony! Jhony!” Dan ketika clitnya kujepit di antara bibirku, lalu kuhisap dan permainkan dengan ujung lidahku, Mbak Lia merintih menyebut-nyebut namaku..

    “Jhony, nikmat sekali sayang.. Jhony! Ooh.. Jhony!”

    Ia menjadi liar. Telapak kakinya menghentak-hentak di bahu dan kepalaku. Paha kanannya sudah tidak melilit leherku. Kaki itu sekarang diangkat dan tertekuk di kursinya. Mengangkang. Telapaknya menginjak kursi. Sebagai gantinya, kedua tangan Mbak Lia menjambak rambutku. Menekan dan menggerak-gerakkan kepalaku sekehendak hatinya.

    “Jhony, julurkan lidahmuu! Hisap! Hisaap!”

    Aku menjulurkan lidah sedalam-dalamnya. Membenamkan wajahku di vaginanya. Dan mulai kurasakan kedutan-kedutan di bibir vaginanya, kedutan yang menghisap lidahku, mengundang agar masuk lebih dalam. Beberapa detik kemudian, lendir mulai terasa di ujung lidahku. Kuhisap seluruh vaginanya. Aku tak ingin ada setetes pun yang terbuang. Inilah hadiah yang kutunggu-tunggu. Hadiah yang dapat menyejukkan kerongkonganku yang kering. Kedua bibirku kubenamkan sedalam-dalamnya agar dapat langsung menghisap dari bibir vaginanya yang mungil.

    “Jhony! Hisap Jhony!”

    Aku tak tahu apakah rintihan Mbak Lia dapat terdengar dari luar ruang kerjanya. Seandainya rintihan itu terdengar pun, aku tak peduli. Aku hanya peduli dengan lendir yang dapat kuhisap dan kutelan. Lendir yang hanya segumpal kecil, hangat, kecut, yang mengalir membasahi kerongkonganku. Lendir yang langsung ditumpahkan dari vagina Mbak Lia, dari pinggul yang terangkat agar lidahku terhunjam dalam.

    “Oh, fantastis,” gumam Mbak Lia sambil menghenyakkan kembali pinggulnya ke atas kursinya.

    Ia menunduk dan mengusap-usap kedua belah pipiku. Tak lama kemudian, jari tangannya menengadahkan daguku. Sejenak aku berhenti menjilat-jilat sisa-sisa cairan di permukaan kewanitaannya.

    “Aku puas sekali, Jhony,” katanya. Kami saling menatap. Matanya berbinar-binar. Sayu. Ada kelembutan yang memancar dari bola matanya yang menatap sendu.

    “Jhony.”

    “Hm..”

    “Tatap mataku, Jhony.” Aku menatap bola matanya.

    “Jilat cairan yang tersisa sampai bersih”

    “Hm..” jawabku sambil mulai menjilati vaginanya.

    “Jangan menunduk, Jhony. Jilat sambil menatap mataku. Aku ingin melihat erotisme di bola matamu ketika menjilat-jilat vaginaku.”

    Aku menengadah untuk menatap matanya. Sambil melingkarkan kedua lenganku di pinggulnya, aku mulai menjilat dan menghisap kembali cairan lendir yang tersisa di lipatan-lipatan bibir kewanitaannya.


    “Kau memujaku, Jhony?”

    “Ya, aku memuja betismu, pahamu, dan di atas segalanya, yang ini.., muuah!” jawabku sambil mencium kewanitaannya dengan mesra sepenuh hati.

    Mbak Lia tersenyum manja sambil mengusap-usap rambutku.

  • Kisah Memek Layaknya bulan madu berduaan di hotel

    Kisah Memek Layaknya bulan madu berduaan di hotel


    2325 views

    Duniabola99.com – Dimana saat itu aku masih duduk di kelas satu SMA di salah satu sekolah swasta di kota kecilku, aku sangat senang untuk pertama kalinya masuk sekolah, dulunya aku mempunyai badan yang gemuk mungkin karena penyakit liverku aku menjadi kurus dan langsing, aku semakin pede saat mengenakan baju putih abu abu, dan pipiki tidak setembem kayak dulu sekarang wajahku menawan.


    Pertama masuk, aku sudah mengenal hampir setengah kelas karena memang berasal dari SMP yang sama. Di belakang tempat dudukku ada segerombolan cowok. Diantaranya ada seorang cowok Yang lumayan tampan, putih dan menarik. Sering kali aku merasa dia sering memperhatikanku secara diam-diam.

    Setiap hari aku berangkat dan pulang sekolah naik angkutan umum. Sampai suatu hari, seusai pelajaran tiba-tiba Tom mendekatiku. Dia menawarkan untuk mengantarku pulang. Kupikir dari pada naik kendaraan umum akhirnya aku setuju saja dia mengantarku. Ternyata dia juga sudah membawakanku helm.

    Hari itu sehabis mengantarku pulang tiba-tiba cuaca berubah jadi mendung dan hujan. Aku pun menyuruh dia masuk ke rumah sambil menunggu hujan reda. Sejak hari itu kamipun jadi dekat. Setiap hari dia mengantar jemput aku walaupun sebenarnya rumahnya sangat jauh dari tempat tinggalku.

    Pada hari Valentine karena kami sama-sama tidak mempunyai pasangan, dia menawariku untuk keluar nanti malam. Aku pun setuju. Pulang sekolah aku siap-siap, aku cuci rambut dan blow layaknya orang yang mau pergi berkencan, kupilih baju yang kuanggap paling oke. Kira-kira jam 16:00 dia datang menjemputku. Lalu kita berangkat ke bioskop.

    Dan aku benar-benar tidak menduga ternyata di dalam bioskop dia menyatakan perasaannya kepadaku. Bagaikan di sambar geledek, aku pun mengangguk. Karena memang selama ini diam-diam aku telah merasa sayang padanya. Hubungan kami berlanjut terus sampai 2 bulan kemudian kita bertengkar hebat sekali. Lalu keesokan harinya dia meminta maaf padaku. Karena sekolah kami libur selama semingu, kami pun merencanakan untuk menginap di luar kota.

    Kemudian aku minta ijin kepada orang rumah karena yang ada di rumah hanya nenekku, aku pun bilang padanya akan ke luar kota selama 4 hari dengan teman-teman. Tentunya itu hanya alasan supaya aku bisa pergi. Sesuai waktu yang di janjikan aku menunggu Tom di rumah sahabatku. Kemudian kami pun berangkat ke luar kota di daerah pegunungan.


    Sesampainya di sana kami mencari penginapan yang sesuai lalu check in. Ruangan yang kami tempati tidak terlalu besar namun terlihat sangat nyaman. Disana ada sebuah ranjang berukuran king size yang di sisi kanan kirinya terdapat meja kecil dan lampu.

    Lalu ada satu set sofa dan meja. Disisi yang lain ada televisi lengkap dengan VCD playernya. Sementara di kamar mandinya dilengkapi dengan bathtub dan shower. Walaupun tidak begitu bagus namun lumayan enak tempat tersebut.

    Karena kurasa seluruh tubuhku tidak fresh aku pun pergi mandi. Sementara Tom masih keluar untuk membelikan majalah dan cemilan. Aku Mandi dengan air hangat dan berendam sesaat. Setelah selesai aku mengenakan lingerie warna merah menyala yang sengaja kubeli sebelumnya.

    Warnanya yang merah sangat kontras dengan kulitku yang kuning pasti akan membuat siapa saja yang melihatku terangsang. Kemudian kupakai Kimono kamar mandi dari hotel tempat kami menginap. Dan aku berbaring di ranjang sambil nonton TV.

    Tak lama kemudian Tom kembali. Setelah meletakkan belanjaan dia pun pergi mandi. Sengaja kumatikan lampu kamar kemudian lampu baca di meja kunyalakan remang-remang. Suasana ini benar-benar romantis, kimono pun kubuka dan kulempar begitu saja. Kemudian kutata bantal dan guling di ranjang sedemikian rupa sehingga aku bisa bersandar dengan enak. Kuusap-usap tubuhku sambil memperhatikan lingerie yang baru pertama kali kupakai.

    Tak lama kemudian Tom keluar dari kamar mandi sambil melilitkan handuk di pinggangnya. Dia pun tercengang melihatku, kemudian sambil tersenyum dia berkata, “Kamu benar benar sexy sayang..” Diapun mendekatiku sampai di bibir ranjang, aku pun berdiri dengan bertumpu pada kedua lututku.


    Kubelai rambut Tom yang baru setengah kering, kuciumi wangi rambutnya. Kemudian ciumanku pun turun, hidungnya kukecup, bibirnya kukecup dan kulumat dengan mesra. Dia melingkarkan tangannya di pinggangku sambil sesekali mengusap punggungku.

    Kurasakan ciuman Tom makin hebat, lidah kami saling berpagutan, kurasakan bibirnya perlahan namun pasti turun menjelajahi leherku yang membuat jantungku makin keras berdetak. Sementara tangannya yang lain mengusap-usap buah dadaku yang kelihatan hampir tidak muat di dalam lingerie yang kupakai karena ukurannya memang besar, 36C.

    Kurasakan lidah Tom turun dari leher menyusuri dadaku kemudian tangannya menurunkan lingerie-ku di bagian dada yang menyebabkan tersembullah dua bukit indahku. Matanya tak pernah lepas dari dadaku sambil dia berkata, “Oh buah dadamu memang indah sayang.. aku tak pernah sanggup menahan diriku bila melihatnya..” Aku pun hanya tersenyum sambil mataku mengerling nakal, yang membuatnya makin tidak tahan.

    Dia meremas-remas dengan mesra buah dadaku sambil dipilin-pilin putingnya. Kemudian dia jilati bergantian sambil dikulumnya. Kulihat benar-benar tidak muat buah dadaku dalam genggamannya. Ya inilah salah satu kebanggaan diriku, keindahan yang kumiliki.

    Aku pun mengerang, “Aaacchh.. Tom.. kau pandai sekali menghisapnya.. aacchh..” tanpa kusadari tanganku sudah membuka handuk yang dipakai Tom yang kubiarkan jatuh begitu saja. Dan dapat kulihat jelas kejantanannya yang panjang dan besar telah berdiri dengan tegak seolah-olah menantangku. Memang kuakui batang kejantanan Tom sangat besar, panjangnya mungkin hampir 15 cm, dan hal inilah yang mungkin membuatku selalu ketagihan untuk bermain seks dengannya.


    Kuusap-usap kepala kemaluannya, kurasakan ada lendir kenikmatan telah membasahi kepala kejantanannya yang membuatku makin terangsang. Kutundukkan kepalaku lalu kujilat-jilat kepala kemaluannya lalu seluruh batangnya kujilat sambil kuusap-usap.

    Kemudian kudorong tubuh Tom sampai dia terduduk di sofa, lalu aku berjongkok di depannya, kujilati terus batang kejantanannya kemudian kumasukkan seluruhnya ke dalam mulutku sambil lidahku berputar-putar di dalamnya. Kontan saja Tom mengerang, “Aahcchh.. sayaangg.. nikmatt sekalii..” Aku merasakan batang kejantanannya semakin tegang, urat-uratnya mulai menonjol keluar tentu saja aku semakin bergairah melihatnya.

    Aku mulai mengeluar-masukkan batang kejantanan Tom, makin lama gerakanku makin cepat sambil kugenggam dan kuputar-putar. Dia mengerang lagi, “Sayaang.. kamuu benar-benar hebat.. aacchh..” Aku tak menghiraukannya, kukocok batang kejantanannya makin lama makin cepat kemudian kuhisap-hisap, kurasakan tubuh Tom menegang,

    “Aku mau keluaarr saayy.. akuu nggaak tahann..” Makin kupercepat kocokan tanganku, kemudian kuhisap kuat-kuat batang kejantanannya dan.., “Creett.. ccrereett..” Kurasakan air mani Tom memenuhi mulutku, langsung kutelan sambil tetap kujilat batang kejantanannya kemudian kujilati seluruh permukaan bibirku sambil kuremas-remas buah dadaku, kulihat Tom lemas sesaat.. Saat aku sedang asyik meremas-remas buah dadaku sendiri, sambil kulirik dia dengan pandangn sayu dan sexy. Tiba-tiba Tom mengangkat tubuhku dan membaringkannya di ranjang.

    Dia mengulum buah dadaku sambil dihisapnya kemudian perlahan ciumannya turun mencium lingerie di bagian perutku sambil tangannya merambat ke bagian kemaluanku dan mengusap-usap klitorisku yang rasanya sudah membesar. Aku menggeliat sambil engerang, “Aacchh.. Tom.. nikmat..”


    Kemudian dia berdiri dengan berlutut di ranjang, dia lepaskan celana dalam merahku yang sangat sexy itu. Dia usap-usap klitorisku yang memang bersih dari rambut-rambut. Kemudian pelan namun pasti dia jilat klitorisku sambil jari tengahnya dia masukkan ke liang kewanitaanku. Benar-benar nikmat kurasakan, kugigit bibirku sambil tanganku tak henti-hentinya memilin putingku sambil sesekali kujilati buah dadaku sendiri.

    Karena buah dadaku besar, aku tidak kesulitan untuk menjilatinya. Sementara Tom sedang sibuk di bawah sana, membuatku menggelinjang-gelinjang kenikmatan. Aku pun tak sabar lagi, aku berkata pada Tom, “Ayo.. Tomm.. masukkan pelermu.. aku.. akuu..” rupanya Tom telah paham maksudku, sebelum aku menyelesaikan kalimatku.. tiba-tiba.., “Slepp..” aku memekik,

    “Aaacchh.. yeeahh..” sambil menahan nikmat yang luar biasa kudapat.

    Belum sampai selesai kurasakan nikmat bulan madu ini, Tom sudah menggoyangkan batang kejantanannya keluar masuk dari liang senggamaku dengan sangat cepat, rupanya dia masih ingat seperti itulah favoritku. Aku memang suka digoyang sangat cepat dari pertama sehingga rasanya luar biasa nikmatnya. Goyangan Tom pun makin cepat. Kurasakan batang kejantanannya sa ngat keras menghujam di dalam liang kewanitaanku. Aku pun hanya bisa memekik,

    “Tomm.. aachh.. nikmat sekali sayangg.. pelermu emang nikmat..” Tom pun tak bereaksi mengurangi goyangannya, makin lama makin cepat dia bergoyang sampai aku berkata,
    “Tomm.. aku mau keluarr sayaangg.. akuu nggak tahann..” dia pun berkata,
    “Kita sama-sama sayaang..” batang kejantanan Tom makin cepat ritmenya. Kemudian kurasakan nikmat yang luar biasa, tubuhku menegang, melengkung hingga bagian dadaku terbusungkan,
    “Aaacchh.. Tomm.. aku keluarr..” Kurasakan liang kewanitaanku sangat hangat. Tiba-tiba Tom menghentikan goyangannya dan tubuhnya menegang juga, “Aachh.. akuu juga sayang..” dan,


    “Creett.. crett..” Air mani Tom kurasakan menyemprot dinding rahimku, terasa sangat hangat, mengalir perlahan di dalam liang kewanitaanku. Kemudian kami berdua tergeletak sambil dia terus menciumiku dan membisikkan kata-kata cinta bulan madu, diusap-usapnya rambutku yang membuatku ketiduran sejenak.

    Ketika aku terbangun, aku langsung menuju kamar mandi untuk berbilas. Kuisi bed tub dengan air panas sampai penuh kemudian kumasukkan aroma parfume kesukaanku dengan sedikit minyak lalu aku berendam di dalamnya, benar-benar nikmat setelah tadi ber-bulan madu.

    Aku hampir ketiduran ketika kurasakan ada jari-jari halus membelai dan mengusap rambutku. Kubuka mataku, kulihat Tom sedang berjongkok di sana, masih dalam keadaan telanjang bulat. Kulihat senyumannya yang mesra. Kemudian dia mencium keningku, terus menyusur hidungku hingga akhirnya kami berciuman lagi.

    Tangannya mengusap-usap buah dadaku, membuat birahiku bangkit kembali. Kemudian kuusap-usap batang kejantanannya yang memang sejak dia berjongkok telah tegak berdiri. Dia masuk ke bed tub, aku pun menggeser badanku hingga aku terduduk di tepi bed tub.

    Kemudian dia naikkan pahaku sampai posisiku mengangkang, kutarik batang kejantanannya sampai menyentuh kemaluanku lalu kuusap-usapkan di klitorisku. Aku menggelinjang kenikmatan. Perlahan aku masukkan kepala kejantanannya di depan liang senggamaku dan Tom mendorong pantatnya yang otomatis menyodokkan batang kejantanannya ke liang kewanitaanku.

    “Aaachh.. kamu nakal Tomm..” erangku. Kemudian bibir kami saling berciuman dengan ganasnya, saling lumat dan saling memagut. Sementara itu kurasakan gerakan Tom sudah makin cepat dan cepat, dia naikkan kaki kiriku ke bahunya sambil setengah melingkar ke lehernya. Dia gerakkan memutar pantatnya, kuremas-remas buah dada ku sambil kami terus berciuman.


    Tiba-tiba dia melepas ciumannya dan.., “Aaacchh.. sayaang..” dia memekik sambil memeluk erat tubuhku. Kurasakan kebali air maninya membasahi dinding rahimku. Kemudian kucium dia dengan mesra sambil kubelai-belai. Setelah istirahat sebentar, kami mandi bersama. Aku menyabuni dia dan dia menyabuniku bergantian. Kemudian kami memesan sate yang biasa mangkal di depan hotel tersebut.

    Selesai makan kami nonton VCD yang memang sudah disediakan di sana. Waktu kami nonton blue film, kembali nafsu kami bangkit dan kami pun melakukan seperti yang ada di film. Seharian kami bisa bermain sampai Tom mencapai 7 kali orgasme dan aku sudah tak terkira lagi berapa kali orgasme. Ini kami lakukan selama 4 hari 3 malam. Benar-benar seperti orang yang sedang ber-bulan madu. Sampai pada akhirnya kami harus kembali ke kota kami.

    Aku dan Tom begitu bahagia saat bulan madu itu. Meskipun kami sekarang sudah tidak bersama lagi.

  • Kisah Memek Lelaki Simpanan

    Kisah Memek Lelaki Simpanan


    2761 views

    Duniabola99.com – cerita ini bukanlah first time pada aku.. ini kerana aku juga bukanlah katogeri pompuan yang bodoh..sejak umur 22 tahun aku dah menikah dan orang yang meragut dara aku tak lain laki aku jugak.Kisah yang aku nak paparkan disini kisah sex gila aku dengan lelaki simpanan aku le Z nama dia,orangnya tinggi..gagah dan yang paling syok.. konek dia mak datuk besar dan padat… dia ni sebenarnya staff aku.aku ni kira okey jugak kerja sebagai manager sebuah syarikat swasta dan Z hanya bekerja sebagai drebar company aje..


    mula-mula aku tak berapa syok tapi tah macamana mungkin naluri pompuan aku menyatakan baik bela budak ni tah-tah barang dia mari.. sangkaan aku memang betul. Tambahan pulak masa tu laki aku ada problem konek tak mau naik.. kalau nak bandingkan konek dia dengan laki aku memang banyak beza. kone laki aku mempunyai kepala yang begitu besar tapi pendek. konek dia muncungnya tajam tapi membesar membawa kepangkal.. senak tu..lupe aku nak bagitau umur Z muda 6 tahun pada aku dan masih bujang trang-trang. Aku terpaksa mengajar macam-macam kaedah memantat dengannya untuk memuaskan napsu aku yang menggile ni..Z cepat belajar dan aku selalu tution dan servis konek dia di rumah dia sendiri.

    Dia tinggal seorang diri dan aku selalu datang ke rumahnya tanpa mengira masa.. beza permainan dia dengan laki aku.. (masa laki aku power) laki aku cukup teror menjilat dan pulak tu kalau dia henjot..mak datuk dia gesel bijik kelentit aku sampai aku terangkat-rangkat.


    Z pulak tak berapa terror tapi dalam tempoh beberapa bulan belajar konek dia dah faham-faham aje bila masuk lubang keramat aku ni.. Upacara memantat kami selalu dimulakan dengan kissing, lepas tu dia jilat aku punya puki.. hisap air aku macam vacuum. lepas tu aku apa lagi nyonyot konek dia sampai nak putus le.. dia punye stimm.. mak naik gila.. aku bite leher dia buat rantai tapi dia tak boleh bite leher aku pasal nak cover line..kang aku balik si kulup kat rumah tanya aku pulak..tapi yang aku tak tahan bila batang dia masuk pantat aku..


    mak datuk..batang dia punyalah panjang.. aku ukur tak tau berapa inci tapi yang pasti 2 batang rokok sambung hujung pun kalah dengan kepanjangan koneknya dan ukur lilit butuh dia.. senak siol… sekali dia henjut aku.. dia punya batang gerudi pantat aku… tak tahan. setiap kali aku bersama nya paling teruk pun 3 round dalam masa beberapa jam.. air mani dia jangan cakap.. aku sendiri tak pernah telan airmani laki aku tapi Z punye habih aku pulun.. Aku telah menjahanamkan terunanya.. dan hingga kini dialah tempat aku melepaskan gile aku… laki aku aku layan kadang-kadang pasal biarpun dah jenuh berubat batang dia masih tak berapa kick dan setiap kali aku gian teringat Z aku akan panjat laki aku.. nak masukkan batang dia kadang-kadang tak naik.. gesel-geselkan pantat aku kat batang dia sambil ingat Z (kira-kira melancaplah) ….. Okeylah sekarang Z tak ade.. aku nak melancap ingat kat dia aku ada banyak story lagi dengan jantan sebelum Z sebab aku ni memang kuat main.. siapa yang tak syok kalau pantat ada tukang geli…

    Kisah Seks, Cerita Sex, Cerita Panas, Cerita Bokep, Cerita Hot, Cerita Mesum, Cerita Dewasa, Cerita Ngentot, Cerita Sex Bergambar, Cerita ABG, Cerita Sex Tante, Cerita Sex Sedarah, Cerita Sex Pasutri

  • Kisah Memek Les private ibu dan anak

    Kisah Memek Les private ibu dan anak


    2953 views

    Duniabola99.com – Aku mempunyai tetangga di diarea kosku bernama Bu Putri, dia menyandang status singgle parent dan mempunyai anak satu. Cerita Sex aku ini bermula ketika Bu Putri memintaku untuk memberikan les private anaknya yg bernama Esty. Esty sekarang kelas Tiga SMP, sebab ucap Bu Putri Esty lemah dalam pelajaran Bahasa Inggris, dan ditambah lagi sebenanti lagi menMasati Ujian Nasional, sebab itu Bu Putri meminta tolong memberi pelajaran tambahan pada anak perempuanya. Bu Putri sangat khawatir bila anaknya tak lulus dalam ujian nasional. Permintaan Bu Putri-pun aku respon dan itung-itung buat uang tambahan, hhe… maklum namanya juga mahasiswa


    Kebetulan sekali mata pelajaran ini sesuai dgn jurusan yg kuambil, So tak ada kendala bagi aku. Singkat cerita jadwal private yg telah kami sepakati, yaitu jam 07.00-09.00 malam, les private ini dilakukan 3 kali seminggu dirumah Bu Putri. Ini sangat menguntungkan sekali So dgn jalan Bangi saja sudah sampai, irit bensin bro, Cuma modal Bangi aja, lumayan rejeki anak sholeh, hhe. Oh iya Les Private ini sekali pertemuan 60ribu, dgn hasil segitu aku bisa mengkalkulasi penghasilan tambahanku perbulan.

    Pada hari itu mulailah aku memberi les private pada Esty, awalnya semua berjalan lancar, seperti layaknya les private pada umumnya. Pada suatu malam sesuai dgn jadwal, aku dateng ke rumah Bu Putri dgn maksud memberi les private pada Esty. Sesampainya disana ternyata yg ada hanya Bu Putri saja waktu itu, ucap Bu Putri, Esty lagi main dgn temannya sebab ada keperluan. Bu Putri berucap, mungkin sebenanti lagi dia akan pulang. Sambil menunggu Esty, Bu Putri-pun menyuguhkan secangkir kopi hangat dan sedikit cemilan padaku. Sambil menunggu Esty kami-pun berbincang,
    “ Kopinya kok di diamkan sih Mas Adit, ayo silahkan diminum kopinya !!! ” ucap Bu Putri.
    “ Oh Iya, hhe… aku minum ya Bu Kopinya ” jawabku sambil mengambil cangkir berisi kopi hangat yg ada di depanku.

    “ Iya Mas silahkan !!! Sekrang udah semester berapa Mas Adit ? ” Bu Putri memulai percakapan.
    “ Aku sudah semester akhir ini Bu, Tapi, skripsi aku belom selesai, hhe… ” jawab aku malu-malu sambil meletakkan cangkir kopi ke atas meja lagi.
    “ Ouh gitu ya Mas… sebenanti lagi selesai dong, hhe… Nanti kalo sudah lulus, Esty gag ada yg ngajar les private lagi dong Mas Adit ” ucap Bu Putri.
    “ Tenang aja sih Bu, skripsi aku juga masih lama, bisa jadi nanti duluan Esty lulusnya daripada aku… ” jawabku.
    “ Mas Adit ini bisa aja, betah banget sih kuliahnya… hhe… Kuliah lama-lama emang gag kepingin Nikah apa ? ” Tanya Bu Putri mengejutkanku.

    “ Ah Ibu ini ada-ada aja, semua laki-laki pasti kepingin nikahlah Bu… lagian kuliah aja belom selesai, masa iya maumikir Nikah sih Bu ? ” Jawabku.
    “ Kamu itu gimana sih Mas, nanti nyesel hlo kalo nunda-nunda Nikah… ” ucap Bu Putri menggodaku.
    “ Maksudnya nyesel gimna Bu ? ” tanyaku penasaran.
    “ Kamu tahu nggk sih Mas, Kawin itu enak lho…!! ” ucap Bu Putri.


    “ Kalo mikir kawinya aja sih memang enak Bu, tapi tanggung jawabnya-kan besar Bu, belom lagi nanti menafkahinya… hhe… ” Jawabku.
    Mendadak Bu Putri bangkit dari tempat duduknya, dgn sekejap lalu dia duduk di sampingku. Aku-pun kaget dgn apa yg dilakukan oleh Bu Putri, dan mendadak dia berbisik di kupingku,
    “ kalo kamu mau, kamu gag perlu mikir masalah tanggung jawab, apalagi menafkahinya Mas Adit! ” bisik Bu Putri di kupingku.
    Seketika itu juga, mendadak tangannya menyentuh kemaluanku yg tidur di balik celana jeans yg ku kenakan,
    “ Bu! kalo Esty dateng gimana? ” tanyaku dgn gugup dgn aksi Bu Putri terhadapku.

    Mendengar pertanyaanku itu, Bu Putri mendorong badanku hingga terbaring di Kursi, dan menindih badanku lalu kembali berbisik.
    “ Tenang saja! Semua sudah Ibu rencanakan. Esty tak akan pulang ke rumah malam ini, sebab dia sedang ada kegiatan Camping di sekolahnya. Tadi sore, Esty pesan sama Bu, minta tolong menyampaikan ke kamu bahwa private malam ini ditiadakan dulu… ”

    Penjelasan Bu itu cukup mengagetkanku. Dalam perasaan gugup bercampur birahi yg menggoda, mendadak Bu Putri yg duduk di atas badanku yg terbaring di kursi ruang tamu itu, Bu melepaskan pakaiannya sehingga payudara putih besar yg tertampung dalam Bra putih menjadi pemandangan langka di hadapanku. Seterusnya Bu Putri melepaskan rok panjang yg ia kenakan, sehingga sesosok badan wanita yg hanya tertutup oleh BH dan CD menjadi pemandangan nyata di depan mata.
    Sejujurnya, aku tak ingin menyia-nyiakan kesempatan langka ini, tapi rasa gugup dan kaget masih menyelimuti hatiku. Di waktu itulah, mendadak Bu Putri berusaha membuka kancing celanaku dan menurunkan reslitingku. Dia tersenyum padaku, lalu berucap,

    “ Burungmu pasti sulit bernafas kalo tak dikeluarkan…. ” ucapnya.
    Mendengar ucap-ucap itu, akupun berusaha melempar senyumku dan seketika itu juga ku turunkan celana jeansku dan ku biarkan Bu Putri yg mengeluarkan kemaluan dari celana dalamku.
    Batang kemaluanku yg sudah tegang, langsung menyembul keluar sesudah Bu Putri menurunkan CDku. Beberapa waktu Bu memandangi dan meremas batang kemaluanku, lalu ia menunduk dan memasukkan kemaluanku ke dalam mulutnya. sebuah kenikmatan yg tak tertahan waktu lidah Bu Putri membelai kepala kemaluanku. Sepertinya, aku tak sanggup menahan punjak birahi yg sudah berada di ubun-ubun. Akibatnya, air maniku pun keluar dgn kencang mengisi mulut Bu yg sedang aakuik memainkan lidahnya di kepala kemaluanku.


    Melihat cepatnya aku mencapai puncak, Bu Putri bukannya kecewa. Ia malah tersenyum dgn lelehan air mani di bibirnya. Bu Putri mengeluarkan sisa air mani yg masih berada di mulutnya dan meludahkannya ke batang kemaluanku. Kemudian ia kembali mengulum kemaluanku yg mulai melemah selama beberapa waktu. Dgn bibir yg masih berlumuran air mani, Bu Putri kembali menjatuhkan badannya di atas badanku, lalu mencium bibirku. ku coba untuk membalas reaksinya dgn menyambut lidahnya yg masuk ke mulutku.

    Seketika aku-pun merasakan sebuah sensasi yg luar biasa ketika Bu Putri seakan mengajak berbagi air mani di mulutku. Aku tak perduli dgn bau air mani yg kecut harus masuk ke tenggorokanku, yg ku pikirkan hanyalah bagaimana caranya agar kemaluanku bisa kembali bangkit dari kematiannya. aku mencoba meremas-remas payudara besar yg masih terbungkus BH, sebuah hal yg luar biasa yg tak pernah ku mimpikan sebelomnya. Ternyata menjadi guru private anak tetangga merupakan awal hilangnya keperjakaanku. Bu Putri telah merencanakan ini secara sempurna tanpa ku ketahui sebelomnya.
    Mungkin sebagai seorang janda, ia juga merindukan nikmatnya waktu melakukan hubungan dgn suaminya yg telah meninggal dunia sekitar setahun yg lalu.Sesudah puas berciuman mesra di kursi, Bu Putri bangkit dari badanku. Ia kemudian menarik celana Jeans dan CDku sampai terlepas dan memintaku untuk melepaskan pakaian juga. ku turuti saja keinginannya, hingga aku menjadi sesosok laki-laki bugil dgn kemaluan yg mati tergantung. Bu Putri memegang tanganku dan menarikku menuju sebuah kamar yg bisa dipastikan adalah kamar tidurnya. Sesudah berada di dalam kamar, Bu Putri melepaskan BH dan CD putih yg ia kenakan. Kemudian ia berdiri di hadapanku dgn badan bugil. Dalam posisi berdiri, kami kembali berciuman. Lalu ia berucap padaku:

    “ Dit! jika kamu sudah siap, lakukan saja yg ingin kau lakukan dgn Bu…. Bu akan menunggu… ” demikian perucapannya yg dipenuhi dgn birahi indah.

    Kemudian dia berjalan meninggalkanku dan menghempaskan badannya di atas tempat tidur empuk yg ada di kamarnya itu. Ajakan itu tak ingin ku sia-siakan dan hilang begitu saja. Sesosok badan wanita yg siap untuk dinikmati, kenapa tak aku manfaatkan.Tanpa pikir panjang, ku Masati badan Bu Putri yg telah terhidang siap saji untuk disantap. Lalu ku mulai aksiku dari menaiki badan Bu Putri dan mencium bibirnya. Bibir dan lidah kami saling beradu dalam suasana yg penuh birahi. Sambil terus berciuman, ku remas salah 1 payudara Bu Putri yg lumayan besar dan lembek, dgn salah 1 tangan menopang berat badanku agar tak menindih sempurna badan Bu Putri.

    Aktivitas itu terus ku lakukan, hingga akhirnya batang kemaluanku kembali terjaga dari tidurnya. Dalam suasana penuh nafsu yg tak tertahan, ku belai selangkangan Bu Putri yg ditumbuhi oleh bulu yg lebat. Ku coba untuk merayap dan memasukkan jariku ke belahan di pangkal paha Bu Putri. Tak terlalu sulit untuk mendapatkannya, hingga dalam beberapa detik, aku telah berhasil menenggelamkan jari tengahku di liang kemaluan Bu Putri. Sewaktu kemudian, ku mainkan jariku di liang yg basah itu, sehingga membuat Bu Putri mendesah. Sepertinya dia mulai merasakan kenikmatan bercinta dgnku. Sebagai seorang yg tak pernah melakukan hubungan seks layaknya suami istri, aku tak begitu mengerti apa yg harus ku lakukan pada badan bugil yg waktu itu telah siap untuk ku nikmati.


    Yg ada dalam pikiranku hanyalah menikmati, dan bukan memberi kenikmatan.
    Tanpa terlalu lama bermain dgn benda yg juga baru pertama kali ku belai, aku mulai berpikir untuk memasukkan kemaluanku yg sudah cukup keras ke dalam liang kemaluan Bu Putri yg kenyal dan dikelilingi oleh bulu yg lebat. Aku merubah posisi ku, lalu mengarahkan kepala kemaluanku ke belahan di sela paha Bu dgn tanganku. Mungkin sebab statusnya yg janda beranak 1, alias sudah bukan perawan, batang kemaluanku tak terlalu sulit untuk menerobos masuk ke kemaluan Bu Putri.

    Rasa yg ku dapatkan waktu menggenjot liang kemaluan Bu Putri yg lembat sungguh tak bisa
    ku lukiskan dgn ucap-ucap. Batang kemaluanku yg terjepit oleh dinding kemaluan yg kenyal benar-benar memaksaku untuk menuju puncak birahi. Tak seberapa lama aku melakukan hal tersebut, dapat ku rasakan bahwa desiran darahku seakan berkumpul di pangkal kemaluanku. Waktu itulah, aku semakin meningkatkan tempo permainanku, hingga akhirnya aku tak tahan lagi.
    Ku hentakkan pantatku sekeras mungkin, sehingga kemaluanku tenggelam sempurna di dalam liang kemaluan Bu Putri dan ku rasakan air maniku keluar dan mengisi liang kemaluan Bu Putri.

    Aku sama sekali tak berpikir akan akibat yg mungkin terjadi dgn tertanamnya air mani di rahim Bu Putri, kecuali sesudah batang kemaluanku kembali melemah dan ku jatuhkan badanku di samping badan Bu Putri yg basah bermandikan keringat. Bu Putri tersenyum padaku, lalu berucap,

    “ Gag perlu belajar lama, ya? ” ucap Bu sambil bangkit dari posisinya.

    Entah apa yg akan dia lakukan, ia berdiri di atas tempat tidur lalu ia duduk di atas dadaku sambil mengarahkan kemaluannya yg masih basah tersebut ke daerah wajahku.

    “ Mainkan lidahmu, Dit! ” Ucap Bu Putri kemudian.
    Tanpa pikir panjang dan banyak tanya, ku turuti saja keinginannya, ku jilati belahan kemaluan Bu Putri yg duduk di atas wajahku. Dgn bantuan jariku, ku buka belahan kemaluan Bu yg kenyal itu lalu ku masukkan lidahku sedalam-dalamnya ke liang kemaluan Bu Putri. Mendadak ku rasakan cairan putih kental yg tak lain adalah air maniku keluar dari liang kemaluan Bu Putri dan masuk ke mulutku. Meskipun agak jijik, tapi aku tak berani memuntahkannya dari mulutku. Aku hanya menahannya di mulutku sambil terus memainkan lidahku di liang kemaluan yg terbuka lebar itu.

    Beberapa waktu sesudah aktivitas menjilat itu ku lakukan untuk Bu Putri, ku coba untuk kembali menjatuhkan badan Bu Putri ke tempat tidur. Waktu itulah, kembali ku cium bibir Bu Putri sambil mengeluarkan air mani yg ada di mulutku dan memasukkannya ke mulut Bu Putri. Bu Putri bukannya menolak, ia malah menerima dan bahkan menelat air mani yg ku keluarkan di mulutnya.


    Malam itu, aku tak pulang ke kosku. Aku tak bisa meninggalkan indahnya bercinta dgn Bu Putri, Ibu dari siswa privateku, sebab ia adalah wanita yg telah merampas keperjakaanku, sekaligus orang yg pertama memberiku kenikmatan bercinta. Malam itu, aku tak dapat tertidur. Meskipun aku tahu Bu begitu lelah dan mengantuk, tetapi aku terus mengulangi hubungan seks dgn Bu. Beberapa kali ku paksakan untuk memasukkan kemaluanku ke kemaluan Bu Putri waktu ia tertidur, tetapi gesekan batang kemaluanku di dinding kemaluannya selalu membuatnya terbangun dan kembali memberikan respon untuk aksi ajakanku.

    Seingatku, malam itu aku melakukan hubungan seks dgn Bu Putri lebih dari 10 kali. Sebab setiap kali kemaluanku bangun, aku langsung memasukkan ke liang kemaluan Bu. Dari pelajaran malam itu, yg ada di pikiranku hanyalah keinginan untuk terus bisa merasakan kemaluan, hingga akhirnya aku berhasil merenggut keperawanan Esty, putri Bu Putri sendiri. Sebab seringnya bercinta dgn Bu Putri, Ibu dari siswa privateku, Esty, hubungan gelap tanpa komitmen yg selama ini terjalin anantia kami, tercium oleh Esty. Hal ini terjadi ketika suatu malam, sesudah aku memberikan private di rumah Esty, hujan turun dgn lebatnya.

    Bu Putri menyarankan, agar aku tak usah pulang dulu sebelom hujan reda. Tetapi ternyata hujan tak berhenti hingga lewat jam 11 malam. Bu Putri menyarankan untuk bermalam saja.
    Meskipun dgn sedikit basa-basi penolakan, tetapi tawaran itu ku terima dgn senang hati, dan memang itu harapanku, berharap dinginnya malam dgn suasana hujan lebat, akan menambah indah nuansa pencapaian puncak birahi dalam bercinta dgn janda beranak 1 itu.
    Malam itu, aku hanya tidur di kursi ruang tamu, sebab memang hanya ada 2 kamar di rumah Bu Putri

    Mungkin hanya sekedar mengelabui Esty yg belom tahu hubungan gelap yg ku jalin dgn Ibunya. Di kursi itu, aku terus memainkan jariku di HPku yg hanya bergetar jika ada SMS atau panggilan masuk, sebab memang aku sedang SMSan dgn Bu Putri yg ada di kamarnya. Saling merayu di udara dgn bahasa yg mengoda birahi. Sesudah memastikan Esty tertidur di kamarnya, sekitar pukul 12.30 malam, Bu Putri mengirinkan SMS yg berbunyi,

    “ Dit! Ke Kamar Ibu dong, Ibu udah pngin sekali nih !!! ”
    Menerima SMS itu, dgn penuh semangat, aku keluar dari selimutku dan bangkit dari kursi lalu melangkah perlahan ke kamar Bu Putri. Suasana hujan yg masih sangat lebat memberikan keleluasaan bagiku, sebab suara langkahku tak akan memecah heningnya malam.
    Waktu aku membuka pintu kamar Bu Putri, mendadak Esty keluar dari kamarnya. Hal tersebut tentu saja sangat mengejutkanku. Apalagi melihat ekspresi kekagetan Esty melihat gelagatku.
    “ Bang adit, itukan kamar Mamah, Abang mau ngapain kesitu ? ” tanya Esty pada aku,


    Begitulah ucap yg terucap dari gadis muda berusia 15 tahun, putri tunggal Bu Esty. Aku yg kaget sebab nyaris tertangkap basah dgn dorongan birahiku, langsung berusaha mencari alasan yg tepat untuk jawaban untuk pertanyaannya tersebut.
    “ Eeee…. ” jawabku seraya tanganku melepas gagang pintu kamar Bu Putri yg kebetulan telah terlanjur terbuka, sambil terus berpikir keras untuk mencari alasan.

    “ Begini Es! tadi Abang kira ini kamar kamu… Ucap Mamah kamu, Abang disuruh membangunkan kamu. Kamu disuruh Mamah kamu tidur dgn Mamah, Abang di suruh tidur di kamar kamu… Gitu, Rin! ” Jawabku dgn bahasa yg agar berbelit-belit.
    Esty-pun mengerutkan keningnya beberapa waktu, lalu kemudian melempar senyumnya.
    “ Oo Iya, Bang! Kamar Esty di sini, Abang tidur aja di sini !!! biar Esty tidur di kamar Mamah ” begitu jawab Esty sambil masuk kembali ke kamarnya dgn maksud mungkin mengambil keperluan tidurnya.

    Ku tutup kembali pintu kamar Bu Putri dgn segudang kekecewaan, sebab hasrat yg memuncak tak bisa terlampiaskan di malam yg begitu mendukung ini. Dgn langkah lemas, ku beranjak ke kamar Esty, dan ku lihat Esty telah siap meninggalkan kamarnya menuju kamar Mamahnya.
    “ Silahkan, Ka! ” sapa Esty mempersilahkan aku untuk tidur di kamarnya.
    “ Sebab itusih, ya Rin! ” sapaku waktu dia ke luar dari kamarnya.

    Esty hanya melempar senyum waktu berlalu dari hadapanku. Ku lihat dgn selimut di tangannya, dia membuka kamar Mamahnya, kemudian masuk dan menutup pintu kamar Mamahnya tersebut. Dgn tertutupnya pintu kamar Bu Putri, sebab itu pupuslah harapan untuk bisa kembali bercinta dgn Bu Putri. Malam terus berlalu, tetapi aku tetap tak bisa tertidur sebab gagalnya mencuri kesempatan indah untuk bercinta. jam 1 malam, hujan telah berhenti, mendadak HPku bergetar, dan ku lihat ada SMS masuk. Aku buka dan kubaca, ternyata Bu Putri yg mengirimnya.
    “ Dit! kmu psti belom tdur kn? ” itulah bunyi SMSnya.
    Dgn masuknya SMS itu, aku merasa ada secercah harapan baru untuk kembali bisa melepas hasrat yg tertunda. langsung ku balas SMS Bu Putri,

    “ Belom, Bu? gimana nih? aku udah gak tahan mo nancepin lgi. ” jawabku via SMS.
    Tak lama, masuk lagi balasan dari Bu Putri,
    “ iya, Bu jg nih ” begitu jawab Bu Putri singkat.
    Dgn gesit ku mainkan jariku merangkai SMS balasan, dgn maksud menyusun strategi untuk bisa memadu hasrat tanpa diketahui Esty, anak perempuannya.

    “ Esty dah bobo ya Bu? ” bgitu isi SMSku. “ Iya! ” jawab Bu Putri dgn singkat.
    “ Bu, Tititku dah bngun nih, Bu! sudah ga thn mo ngntot memek Bu! ” begitu rayuanku dalam SMS berusaha mengajak Bu Putri untuk kembali melakukan hubungan seks dgnku.
    “ Dit! kmu tljg dlu, ya! nnti Bu ksana ” bgitulah balasan Bu.
    Dgn girang ku balas SMS Bu Putri dgn dua ucap “ OK! ” Dgn semangat menggebu, ku lepaskan sluruh pakaianku dan ku baringkan badanku di atas tempat tidur di kamar Esty, putri semata waygnya. Dgn rasa tak sabar, kembali ku berniat untuk mengirim SMS ke Bu Putri, tetapi mendadak ku dengar pintu kamar di buka dgn hati-hati, dan ku dgn suara pintu itu kembali di tutup dgn hati-hati. Dalam senyapnya malam yg di hiasi suara rintik-rintik air sisa hujan lebat, tak ku dengar adanya langkah yg dateng menuju kamar dimana aku terbaring menunggu waktu-waktu indah menikmati kemaluan Bu Putri yg lembek dan basah.

    Mendadak gagang pintu kamar mulai bergerak dan pintupun mulai terbuka perlahan. Tetapi aku sangat kaget, sebab yg dateng bukan Bu Putri, melainkan Esty, putrinya yg baru kelas 3 SMP. Esty meletakkan jari telunjuknya di bibir sebagai iakuarat agar aku tak bicara. Aku yg sudah terlanjur telanjang, tak sanggup berbuat apa-apa kecuali menutupi batang kemaluanku yg sudah keras dgn guling yg ada di sampingku.


    Sesudah kembali menutup pintu kamar dgn hati-hati, Esty melangkah ke arahku, dan duduk di sampingku lalu menarik guling yg menutup kemaluanku. Ia kemudian menggenggam batang kemaluanku dgn kencang, sehingga hampir membuatku berteriak. Esty menMasatkan wajahnya ke hadapanku dan dgn nada berbisik, Esty berucap,
    “ Jadi selama ini, Abang dibayar bukan hanya untuk ngasih private aku ya? ”“ Maaf, Rin! Abang… bukan begitu! kamu tak mengerti… ”

    “ Abang gag usah bohong! Esty sudah baca semua SMS Abang di HP Mamah… ”
    “ Apa? jadi yg ….. ”
    Belom selesai aku menjawab,
    “ Iya! yg balas SMS Abang itu Esty ! ”
    “ Maafkan Abang, Es! Abang gag ada maksud begitu… ”
    “ Udah deh! Abang gag usah bohong… Kenapa Abang melakukan ini dgn Mamahku!? ”

    “ Rin! bukan kemauan Abang, Rin! Abang juga gag tahu kenapa ini sampai terjadi…!! ”
    “ Bang! Mulai hari ini, Esty gag mau private lagi sama Abang… Esty kecewa sama Abang! ”
    Mendengar kekecewaan Esty itu, ku peluk badan Esty dan ku ciumi bibirnya, tetapi Esty tak bereaksi melawan, apalagi berteriak. Ku jatuhkan badannya ke tempat tidur sambil terus ku ciumi bibirnya. Ku tahan gerakan kedua tangannya dgn kedua tanganku, dan ku tindih badannya agar dia tak lagi sanggup bergerak. Merasakan Esty yg tak bereaksi melawan terhadap aksiku, dan cenderung pasrah, aku menghentikan ciumanku dan ku tatap wajah Esty. Tetapi yg terlihat dari wajahnya bukan kekecewaan. Esty justru melemparkan senyumannya padaku,

    “ Ada apa ini? ” pikirku dalam hati.
    “ Perawani Esty, Bang! tapi jangan hamili Esty! ” itulah kalimat yg terucap dibalik senyumnya.
    Aku pun senang mendengar kalimat itu. Tanpa pikir panjang, ku lepaskan seluruh pakaian yg menutup badannya, mulai dari babydol yg dikenakannya, hingga BH dan CDnya. Tampak dihadapanku sesosok badan kecil yg lumayan langsung dgn buah dada kecil yg montok. Selangkangan Esty yg cembung dgn rambut ikal tipis yg tumbuh dipermukaannya, merupakan sebuah pemadangan baru yg sangat indah bagiku.

    Aku tak mau melewatkan kesempatan untuk merasakan bagaimana nikmatnya kemaluan seorang perawan berusia 15 tahun. Tanpa menunggu lebih lama, langsung ku angkat kedua Banginya, sehingga selangkangannya terbuka lebar. Terlihat jelas belahan kemaluan Esty yg hanya seperti lipatan kulit berbentuk garis lurus. Tak terlihat disana ada liang untuk masuknya kemaluanku yg sudah siap tempur. Tanpa pikir panjang, langsung ku arahkan kepala kemaluanku ke belahan yg masih sangat rapat itu. Dgn kedua tangannya, Esty memegang Banginya yg terbuka lebar ke atas.


    Dgn bantuannya itu, aku bisa menggunakan jariku untuk membuka belahan kemaluan Esty. Bisa ku lihat di dalamnya daging yg agak basah berwarna merah muda, dan langsung ku tancapkan kepala kemaluanku di sela belahan yg terbuka itu. Dgn sedikit memaksa, kepala kemaluanku berhasil menerobos liang kemaluannya yg terasa sangat sempit. Aku terus menekan agar kemaluanku bisa masuk sempurna ke dalam kemaluan Esty, namun usaha itu harus ku lakukan dgn perlahan. Aku harus tarik ulur agar cairan kemaluannya membasahi seluruh batang kemaluanku. Tanpa cara itu, Kemaluanku tak bisa dipaksa masuk.

    Sedikit demi sedikit, batang kemaluanku semakin dalam masuk ke liang kemaluan Esty yg sangat sempit, sampai akhirnya setengah batang kemaluanku telah berhasil masuk. Dalam posisi kemaluan yg setengah menancap di selangkangannya, ku jatuhkan badanku di dadanya. Ku raih bibirnya dan mencoba menciuminya, ku remas payudara montok yg masih ranum itu, sesekali ku jilati pipi, kuping, leher dan terkadang turun ke payudaranya. Esty terpejam dan sesekali berdesis, sepertinya ia menikmati belaian yg lidahku di leher dan payudaranya. Bahkan mungkin ia melupakan bahwa kemaluanku baru setengah masuk ke liang kemaluannya.

    Melihat keadaan itu, ku tumpukan badanku di atas siku yg berada di kedua sisi badannya dan ku pegang erat bahunya. Dgn terus menjilati payudaranya dan sesekali mengecup puting susunya, kembali ku genjot liang kemaluannya yg sangat rapat dan kesat. Terus ku coba dan ku coba, meski kedua bahunya telah ku pegang erat, tetapi tetap saja genjotan yg ku lakukan untuk menerobos liang kemaluannya hanya bisa masuk dgn perlahan. Akhirnya ku putuskan untuk fokus pada usaha untuk memasukkan kemaluan ke liang kemaluannya. Aku turun dari tempat tidur, dan menarik badan Esty ke sisi tempat tidur itu. Dgn posisi berdiri di sisi tempat tidur, kembali ku arahkan kemaluanku yg sedikit ku basahi dgn air liurku ke liang kemaluannya. Kemaluanku kembali hanya bisa masuk setengah ke dalam liang kemaluan Esty, namun dgn posisi berdiri, aku bisa menahan kedua pahanya agar badannya tak bergerak mengikuti tiap genjotanku. Usahaku akhirnya tak sia-sia, sebab dgn posisi itu, aku bisa lebih cepat menerobos liang kemaluan Esty dgn sempurna.


    Dalam posisi tenggelam sempurna, aku menjatuhkan badanku ke dada Esty dan berguling agar posisi Esty di atas. Ku peluk badan Esty dan ku coba menarik keluar kemaluanku dari liang sempit yg basah itu, lalu mendorongnya masuk kembali. Beberapa kali ku lakukan itu, aku kembali berguling, sehingga posisiku mebali di atas. Waktu itulah permainan sesungguhnya di mulai. Kemaluan Esty sepertinya telah sanggup beradaptasi dgn benda tumpul yg menerobos liang kemaluannya. Rapatnya liang kemaluan Esty memberikan kenikmatan yg luar biasa yg tak pernah ku rasakan waktu bercinta dgn Bu Putri. dinding kemaluan Esty seakan mencengkram erat batang kemaluanku, persis seperti waktu pertama Esty mencengkar kemaluanku dgn tangannya. Berkali-kali aku menyetubuhi Esty, dan membuang air mani ku ke rahimnya, setelah beberapa bulan berlalu aku mendapat kabar bahwa Ibu Putri dan Esty hamil mengandung benih yang ku tanam.. Dan aku pun menikahi mereka berdua, semenjak itu kami selalu bermain bertiga, tak terbayangkan nikmatnya bercinta dengan ibu dan anaknya tersebut..

  • Kisah Memek lesbi birahi semakin memuncak

    Kisah Memek lesbi birahi semakin memuncak


    2167 views

    Duniabola99.com – Akhir tahun 2000an saya sedang semangat semangatnya membangun usaha, urusan modal ini dan itu saya pinjam pada bank, saya kira usaha yang saya geluti itu membuahkan hasil tapi apa planning saya untuk usaha tersebut meleset, pada akhirnya urusan bank agak terkendala, tapi saya tak patah semangat saya mencari usaha usaha yang bisa menutupi anggaran dana dan memutar dana tersebut.


    Masih ingat saya mempunyai kenalan dimana dia adalah teman lamaku di SMA, panggil saja namanya farah dia baru masuk ke salah satu bank yang ternama hampir satu tahun, Farah merupakan lulusan dari Univ Amerika, memang farah saya akui dia termasuk orang yang kutu buku, selalu minta untuk duduk di depan , menulis dengan rajin apa yang di katakan guru dan sering bertanya persoalan yang farah tidak tau.

    Padahal saya sendiri termasuk katagori urakan, yang selalu mendapat nilai pas-pasan, kecuali untuk pelajaran olah raga. Harus kuakui, Farah tak banyak berubah. Dia tetap saja nampak kuper dibalik kaca mata minus 3 itu.

    Untung saja baju kerja yang dikenakannya membuatnya nampak lebih ‘terbuka’. Saya ingat, saat itu dia mengenakan blazer warna biru pastel, dan kemeja kuning muda. Dia juga mengenakan rok mini berwarna biru tua, dan sepatu berhak tinggi, sesampai tingginya yang cuma sekitar 165-an itu terlihat hampir menyamai tinggi badanku.

    Sesudah usai menandatangani tumpukan kontrak dan perjanjian, saya memutuskan untuk mengajaknya makan siang, bukan lagi sebagai kreditor, namun sebagai seorang kawan lama. Farah sepakat saja, mengingat bahwa pinjamanku waktu itu membuatnya memenuhi target bulanannya.

    Kami meluncur menuju sebuah hotel yang cukup tenar di kota S, sebab satu gedung dengan pusat perbelanjaan TP3. Kami menghabiskan waktu cukup lama untuk memesan menu ala carte, sebab harga menu buffet tentunya tak terlalu ekonomis.

    Selama makan, Farah terlihat diam saja, seperti biasanya. Saya mencoba melihat wajahnya yang manis itu. Kulihat alisnya yang tipis, hidungnya yang mancung, bibirnya yang tipis, dan lehernya. Leher yang sangat indah, jenjang dan halus.

    Saat saya melihat agak ke bawah lagi, kulihat kancing kemejanya yang paling atas tak dikancingkan sesampai saya dapat berkhayal bagaimana bentuk bagian tubuhnya yang berada di balik kemeja itu. Selagi asyik-asyiknya merasakan keindahan itu, rupanya Farah mengamatiku dari tadi.

    Dia menyunggingkan senyum, mengambil serbet, mengelap bibirnya, dan berkata, “Ris, kau masih seperti yang saya dengar dahulu?”.

    “Hmm.., Tergantung apa yang kau pernah dengar dahulu”, Jawabku agak kikuk.

    “Pacaran dengan sesama jenis”, Jawabnya lugas. Membuat mata saya sedikit terbelalak kaget dan menatap matanya yang bundar lucu itu.

    “Yah.., Jika gosip yang kau dengar cukup lengkap, seharusnya kau nggak perlu nanya ‘kan?”, Jawabku mencoba diplomatis.

    “Cukup lengkap untuk dapat blackmail kamu”, Katanya.

    “Haha, just kidding!”, ujarnya lagi supaya saya tak tersinggung. Saya cuma tersenyum saja dan pura-pura berkonsentrasi pada makan siangku.

    “Bersyukurlah kau dapat hidup normal”, Kata saya mencoba bergaya bijak.

    “Hihihi.., Udahlah Ris, kreditnya udah di-approved ‘kan?”, katanya lagi”, Nggak ada yang perlu ditakutin.., kecuali jika bayarnya nunggak!”, Candanya.

    Kami terdiam untuk beberapa saat, namun kemudian saya merasakan sesuatu di betisku. Meja makan kami tergolong kecil, sampai posisi duduk kami cukup dekat, dan kaki kami dapat bersentuhan. Namun kali ini sentuhan itu seperti bukannya tak sengaja.

    Saya merasakan sentuhan jari kakinya mengusap betisku pelan-pelan, merambat naik ke lututku, bergerak menyusup masuk ke rok miniku, dan bergerak mengusap-usap paha kiriku bagian dalam.

    Saya menatap matanya dalam-dalam sambil tak tahu apa yang harus saya lakukan, namun ddia balik memandang wajahku, tersenyum, dilepaskannya gagang sendoknya, lalu tangannya menyentuh lehernya sendiri dengan ujung jari tengah.


    Seperti orang goblok, pandanganku mengikuti kemana larinya jari-jari lentik itu. Jemarinya bergerak pelan-pelan ke bawah, menyusuri lehernya, turun terus, lalu berhenti saat tersangkut di kancing kemeja kuningnya.

    Pada saat itu juga jari kakinya yang sejak tadi diam di antara kedua pahsaya disodokannya ke depan, menyenggol kewanitaanku, memang tak ideal pada bibirnya, namun cukup memberiku sengatan birahi yang mendadak.

    “Hkk..”, Saya merintih tertahan, memejamkan mata saya untuk mengontrol perasaanku. Saat mata saya terbuka, nampak Farah tersenyum padaku, menunjukkan sebaris gigi yang bersih dan indah. Senyuman itu membuatku makin kikuk.

    Meskipun masa laluku kulewatkan dengan ‘bebas’, namun penampilan Farah yang anggun membuatku tak mikir macam-macam padanya.., namun sesudah apa yang dilakukannya ini.., saya tak tahu lagi. Akibatnya, sesudah diam cukup lama, saya melambaikan tangan pada waiter, dan membayar makan siang.

    “Riss”, Katanya sambil meletakkan tangannya di bahuku.

    “Saya punya membership di hotel ini, dan saya rasa saya perlu rehat sedikit. Kau mau menemaniku kan?”,

    Tanyanya dengan kalimat yang lugu namun sudah dapat ditebak artinya. Mengingat hubungan bisnisku dengan banknya, saya memutuskan untuk menurut.

    Sebagai wanita, agak susah bagiku untuk bercumbu rayu begitu saja dengan orang yang cukup asing. Hal itulah yang membuatku bengong saja meskipun sekarang saya sudah duduk di sofa dalam kamar executive hotel, sementara Farah berdiri di hadapanku dan melepas blazernya dengan gaya yang dibuat-buat supaya merangsang.

    Melihatku tak berespon, Farah melanjutkan permainannya, dia melepaskan satu persatu kancing kemejanya, lalu menyingkapkan kemejanya sesampai bahu kanannya yang halus dan putih bersih itu terlihat olehku.

    Tali bra berwarna putih berenda terlihat menghiasi bahu yang indah itu. Saya cukup mengagumi keindahan tubuhnya, namun saya masih segan untuk bereaksi, saya malu sebab Farah pernah menjadi orang yang cukup saya hormati. Dilemparkannya kemejanya ke atas ranjang, menyusul bra dan celana dalamnya.

    Saya cuma diam menatap tubuhnya yang sekarang cuma terbalut rok mini biru tua itu. Toketnya nampak indah sekali bentuknya, bulat, tak terlalu besar namun kencang, putih bersih, dan putingnya kecil sekali berwarna coklat muda. Dia melangkahkan kakinya mendekati tempatku duduk.

    “Ris”, bisiknya, “Saya mendengar seluruh gosip tentang kamu. Tentang anak-anak basket yang lesbi, dan tentang apa yang kau lakukan dengan guru geografi di perpustakaan waktu itu. In fact, hampir seluruh orang membicarakannya, namun nggak ada yang berani terang-terangan menuduh”, Sambungnya lagi.

    Saya tetap diam, menundukkan kepala saya dengan rasa tak enak.

    “Saya iri dengan Reni dan Evelin yang dapat setiap saat mandi bersama kamu, tidur bareng di rumah kost, melihat kau dengan kaos basah di ruang ganti..”, bisiknya lagi, seolah menelanjangi masa laluku yang hendak saya lupakan.

    Saya tetap tertunduk saat tiba-tiba Farah meraih kepala saya dan mendongakkannya. Sebab posisiku duduk dan ddia berdiri, maka mata saya langsung berhadapan dengan sepasang toketnya yang indah itu, dengan puting-puting yang masih flat, menunggu untuk dibangunkan.

    Saya tetap terdiam, meski jari-jari Farah menyusupi rambutku yang lurus dan pendek, mengusap pipi dan rahangku, mengelus tengkukku lalu saya mendengar suaranya lagi.

    “Ris, please..”, Katanya, saya melirik ke atas, menatap matanya. Kaca matanya tak mampu menyembunyikan sorot memelas dari kedua mata bulatnya.

    Tanganku memeluk pinggulnya menariknya mendekat. Saya segera mendaratkan bibirku ideal pada puting susu kanannya, menghisap, melingkarinya dengan lidahku, terus-menerus. Saya merasakan cengkeramannya pada kepala saya menguat, saya mendengar desahan nafasnya kian tak teratur,


    Saya melirik ke wajahnya, saya melihat alisnya menyatu, matanya terpejam, mulutnya ternganga mengeluarkan desahan nafas tak beraturan. Saya ikut kehilangan kontrol, wajahnya begitu membangkitkan hasratku, saya segera memindahkan mulutku ke puting susu kirinya, meremas toketnya sambil mengulum putingnya, ekspresi wajahnya menunjukkan perasaan kegelian yang amat sangat, tubuhnya menggeliat-geliat kecil, kakinya terlihat goyah, tak lama kemudian dia jadi lunglai seperti selembar handuk, rebah di atas karpet tebal kamar itu.

    Cukup lama saya memainkan kedua toketnya dengan mulut dan tanganku sementara tangannya sendiri telah masuk ke balik rok mininya.

    Tiba-tiba dia mendorongku sampai sekarang saya berada di bawah tubuhnya. Wajahnya nampak begitu dekat dengan wajahku, dia mendaratkan ciumannya di bibirku, menghisapnya kuat-kuat, sambil tangannya membuka kancing-kancing blazer dan kemejaku.

    Saya tak mengerti kenapa saya cuma diam, namun sekarang saya merasakan tangannya telah menerobos bra Marks & Spencer-ku. Dilepaskannya bibirnya dari bibirku, dia menjilati dan menciumi seluruh rahang dan leherku, memberiku rasa hangat yang nikmat. Ditariknya bra saya ke atas sampai dia dapat melihat toketku.

    Dia terlihat begitu bernafsu memandanginya diremas-remasnya kedua payudarsaya dengan gemas sampai terasa agak sakit. Tiba-tiba mulutnya menyerbu puting susuku yang kiri, melumatnya, menghisap, dan menjilatinya. Rangsangan yang tiba-tiba membuatku terpejam dan meringis menahan rasa geli yang tiba-tiba menyerbu.

    Saya mendongakkan kepala saya ke atas, saya merasakan gerakan lidahnya semakin menjadi-jadi. Kedua puting susuku dijilati dan dihisapnya bergantian, rasanya geli sekali, tanganku mencoba mencengkeram pinggangnya, namun rasa geli pada puting-putingku terasa membuatku lemas dan saya merasakan sesuatu telah meleleh keluar dari kewanitaanku.

    Ditariknya celana dalamku sampai lepas, disingkapkannya rok miniku ke atas, kakiku dikangkangkannya, lalu dia menempelkan kewanitaannya pada kewanitaanku, digosoknya naik turun, saya merasakan hangat dan nikmat yang tak tertahankan, saya merintih dan mengerang keras-keras tak peduli siapa yang akan mendengar.

    Saya terbaring telentang di atas karpet cokelat muda itu, saya melihatnya seperti menduduki selangkanganku, membuat kewanitaan kami saling bergesekan, tangannya berpegangan pada toketku, ibu jari dan telunjukknya memilin-milin keras puting susuku. Dia menggeliat-geliat sambil menaik-turunkan badannya, mendongakkan kepalanya ke atas, sampai saya dapat melihat keindahan rahangnya yang luar biasa.

    Saya sendiri menggeliat-geliat mencoba menahan gempuran rasa geli dan nikmat yang mengalir membanjiri tubuhku lewat toket dan kewanitaanku.

    “Aduhh, Farah.., ohh..”, Saya seolah mendengar sendiri eranganku yang tak beraturan.

    “Uhh.., Riska.., nikmat sekalii”, Dia merintih-rintih tak karuan, nafasnya makin memburu, gesekan kewanitaan kami semakin terasa hangat dan lembap, pelintiran dan remasannya membuat toket saya serasa pegal meskipun kegelian.

    Saya terengah-engah kegelian, punggungku terangkat dari karpet, melengkung seperti busur panah. Kenikmatan yang kudapatkan serasa merajam tubuhku, putingku terasa pegal dan geli sebab diplintir-plintir dari tadi, sementara kewanitaanku terasa berdenyut-denyut, rintihanku semakin tak karuan, birahiku kian memuncak.

    Sampai akibatnya saya merasakan desakan dari dalam tubuhku menuju kewanitaanku, tubuhku terasa kejang dan kaku, saya berusaha menahan meski sia-sia, kewanitaanku terasa tak mampu membendungnya, sampai akibatnya hentakan orgasme menghantam tubuhku.


    Saya menjerit keras-keras, mencengkeram pinggang Farah, di tengah serbuan kenikmatan itu, saya sempat melihat badan Farah juga mengejang, gerakannya berhenti, namun saya tak dapat mengingatknya lagi, sebab saya langsung mencapai puncak.

    Cairan kami saling bercampur diantara kewanitaan kami, Farah roboh dan terbaring disampingku, sementara saya sendiri merasa kehilangan seperempat kesadaranku sebab orgasme yang lumayan dahsyat itu.

    Kami tergeletak berdampingan, dengan tubuh basah oleh keringat, kaki terasa pegal, dan nafas terengah-engah, serta mata terkatup rapat. Saya melirik tubuh Farah yang telanjang di sampingku, tengah memejamkan mata dan terkulai lemah.

    Saya sendiri tak kalah lelahnya, tubuhku masih dibalut business suit, namun sudah tersingkap di mana-mana, sampai payudara saya dapat merasakan dinginnya hawa AC ruangan, namun kenikmatan orgasme tadi segera mengantarku ke alam bawah sadar, seluruh gelap lagi.. Cuma kenikmatan dan kehangatan yang kurasakan mengalir dalam darahku.

  • Kisah Memek Lina awek seluar track seksi

    Kisah Memek Lina awek seluar track seksi


    2118 views

    Duniabola99.com – Aku Lina. Aku masih belajar di sebuah kolej swasta. Aku suka memakai seluar track dan paling best kalau tak pakai seluar dalam. Semuanya sebab ada cerita sebenarnya kenapa aku suka pakai seluar track. Macam ni ceritanya bermula. Menarabola


    Aku tinggal bersama mak bapak aku dan adik beradik aku di sebuah taman perumahan. Masa tu aku masih sekolah tingkatan 4. Walau pun masih sekolah tapi body aku memang mengancam. Bentuk body aku yang macam orang dewasa menarik minat ramai lelaki terutamanya peha dengan bontot.
    Masa tu aku masih tak matang sangat jadi tak tahu sangat nafsu lelaki ni camne. Budak-budak lagi la katakan. Sampai la satu hari tu aku pergi la ke kedai beli kelapa parut. Tengah tunggu akak mamak tu parut kelapa, datang la sorang brader ni nak beli rokok. Bila aku tengok dia, dia pun tangok aku. Bila dia tengok aku aku pun tengok dia. Kami senyum. Lepas tu dia datang dan tegur aku. Kami pun berkenalan. Namanya Zack. Kerja kat kilang elektronik sebagai technician.

    Kami lama-lama jadi couple. Dia selalu bawak aku keluar naik motor dia. Apa yang aku perasan bila aku bonceng motor dia mesti ramai driver yang tengok aku. Rupanya gaya aku naik motor tu memang daring habis. Melentik lebih-lebih lagi kalau aku pakai kain uniform sekolah. Memang nampak gebu la peha dengan bontot aku yang montok ni. Tapi Zack ni biasa-biasa je bila kita orang jumpa.

    Sampai la satu hari ni aku balik dari hari sukan sekolah. Pakai t-shirt dengan seluar track je. Zack ambik aku balik dari sekolah dan kita orang lepak kat taman tasik. Masa lepak-lepak tu Zack asyik tengok je peha aku. Pastu dia asyik tenung je kelengkang aku. Pastu lama-lama dia dah mula usap-usap peha aku. Makin lama makin lain macam. Aku tak kisah sangat sebab aku pun suka. Lama-lama Zack pegang cipap aku. Dia gosok-gosok tangan dia kat cipap aku sampai aku stim. Aku memula tu malu tapi stim punya pasal lama-lama aku sendiri cum. Aku peluk Zack sebab sedap sangat.

    Pastu aku tanya Zack kenapa suka tengok peha aku. Zack cakap sebab cantik dan seksi. Aku tak faham sebab takkan la pakai seluar track pun boleh kira seksi. Aku pun tak kisah sangat la.

    Tapi lepas tu aku sengaja nak test Zack. Kami jumpa lagi pada hari yang lain dan aku sengaja pakai seluar tarck lagi. Sekali lagi Zack asyik tengok je peha dan cipap aku. Lepas tu Zack asyik suruh aku jalan ke sana sini depan dia. Rupa-rupanya dia nak tengok bontot aku.

    Aku pun sengaja la mengada-ngada la kat Zack supaya dia gosok cipap aku lagi macam hari tu sampai cum. Zack macam faham. Cipap aku pun digosok-gosok tangan Zack sampai la aku terkangkang-kangkang cum dalam seluar track aku. Basah kelengkang aku.


    Lepas tu Zack mintak aku berdiri depan dia. Pastu Zack menyangkung belakang aku. Dia pegang-pegang bontot aku. Lepas tu dia cium bontot aku. Lepas tu dia sembam muka dia kat bontot aku. Aku dengar Zack sedut nafas kuat-kuat. Aku tunduk biar bontot lagi tonggek.

    Zack buka zip seluar. Dia tunjuk aku konek dia. Dah keras. Dia berdiri belakang aku. Dia lancap sambil tengok bontot aku. Lepas tu dia peluk aku dari belakang. Zack letak konek dia kat celah bontot aku. Dia suruh aku tonggeng. Lepas tu dia geselkan konek dia kat celah bontot aku. Bila aku toleh kat konek dia ada air jernih dah keluar dan basahkan seluar track aku.

    Aku lentikkan lagi bontot aku. Zack tampar manja bontot aku berkali-kali. Sedap jugak. Bergegar bontot aku dalam seluar track yang sendat tu. Zack tekan konek dia pastu dia mengerang sambil paut pinggang aku. Aku pastu rasa konek dia bergerak-gerak kat celah bontot aku. Aku pun toleh. Terkejut aku bila tengok dia dah terpancut air mani yang putih dan pekat kat bontot aku. Banyak gila yang berpalit atas seluar track aku. Zack tekan-tekan lagi sampai la dia puas.

    Lepas tu ada satu lagi kejadian yang menguatkan sangkaan aku bahawa seluar track buatkan lelaki stim. Aku pergi la beli barang dapur kat satu pasaraya nih sebab mak aku suruh. Kat situ aku tengok ramai lelaki yang asyik tengok bontot dan peha aku. Seluar track aku memang macam biasalah sendat sarung bontot aku. Dah tu aku tak pakai seluar dalam. Lagi la licin je bontot aku.

    Pastu masa aku balik aku jalan kaki je sebab rumah aku dekat je dengan pasaraya tu. Masa aku balik aku tengok ada dua orang bangla yang aku nampak dok asyik tengok aku kat pasaraya tadi ada tengah bertenggek kat bawah pokok tepi padang. Aku kenal muka dia orang sebab kat situ lampu jalan terang.

    Masa aku jalan lintas dia orang aku sedar dia orang asyik tengok aku. Lepas tu aku sedar dia orang ikut aku. Aku dah cuak jugak takut kena rogol. Sampai je kat lorong sebelah kedai-kedai, dah tak jauh la dari rumah aku, aku berenti jap dan toleh belakang. Aku tengok dua orang mat bangla tu ikut aku.


    Paling terkejut dia orang dah keluarkan konek dia orang dan tengah melancap tengok aku. Aku takut, aku lari takut kena rogol. Tapi baru je aku nak lari dia orang dah tahan aku.

    Sorang bangla berdiri depan aku sorang lagi kat belakang aku. Dia orang cakap dia orang tak mahu apa-apakan aku cuma nak tengok sahaja. Bila aku tanya dia orang nak buat apa, dia orang cuma cakap nak melancap saja dan bagi aku duit lepas dah puas. Aku pun ok je la sebab dia orang janji tak sentuh aku.

    Lepas tu bangla tu suruh aku berdiri dan dia orang berdiri melancap kat belakang aku. Aku toleh dan tengok dia orang bernafsu betul melancap sambil tengok bontot aku. Lepas tu aku rasa celah bontot aku kena sondol. Bila aku toleh sorang bangla tu tengah sondol bontot aku dengan konek dia. Muka dia dah berkerut-kerut stim. Lepas tu aku rasa air mani dia memancut tembus seluar track aku yang licin tu sampai masuk ke celah bontot aku. Banyak juga yang melekat kat seluar aku.

    Bangla tu merengek macam budak-budak kena sebat. Punyalah dia stim. Lepas tu yang sorang lagi dah tak boleh tahan. Dia dah stim sangat sebab tengok member dia pancut kat celah bontot aku. Dia tolak member dia ke tepi pastu dia lancap dan dia halakan konek dia kat bontot aku dan pastu aku tengok laju je air mani dia memancut melekat kat seluar track aku. Dia makin dekatkan konek dia sampailah dia gosok-gosok kepala konek dia yang hitam tu kat bontot aku. Panas bontot aku kena siram air mani bangla-bangla tu.

    Lepas tu bangla tu bagi aku dua puluh ringgit, sorang sepuluh ringgit la. Dia tanya apa nama seluar yang aku pakai tu dalam bahasa melayu. Aku pun cakaplah seluar track. Dia kata kalau boleh nanti bila-bila selalu pakai seluar tu sebab nanti dia nak bagi aku duit lagi. Aku iyekan je lah. Lepas tu aku balik dengan bontot aku yang hamis dengan bau air mani bangla.

    Satu lagi kejadian yang aku memang tak terfikir. Masa tu aku tingkatan 5. Aku macam biasa pakai seluar track kat rumah. Masa tu tinggal aku dengan adik lelaki aku kat rumah. Dia orang semua pergi jemputan kawin kat taman sebelah.

    Aku tertidur siang lepas baring-baring sambil tengok tv kat ruang tamu. Tapi lepas lebih kurang setengah jam aku tertidur aku terjaga. Aku sedar dalam keadaan masih baring mengiring kat atas karpet lantai depan tv. Aku masuk bilik air dan buka seluar sebab nak buang air. Masa aku nak sangkutkan seluar track aku kat penyangkut dalam bilik air tu, aku terperasan bahagian bontot seluar aku berbekas besar dan masih basah. Bila aku cium je aku serta merta tahu itu bau air mani lelaki. Aku dah cuak semacam. Siapa pulak yang berani pancut kat aku masa kat rumah. Bila aku fikir-fikir, yang ada kat rumah masa tu cuma aku dan adik aku je.


    Jadi siapa lagi, ini sah kerja adik aku yang tingkatan 3 tuh. Tak sangka pulak aku adik aku stim kat aku. Bahaya nih. Tapi aku rasa macam syok pulak. Jadi mula dari hari tu aku buat-buat tak tahu apa yang dia dah buat kat aku. Aku sengaja pakai seluar track kat rumah dan sasaran aku adalah nak tengok sejauh mana adik aku stim kat aku.

    Aku tengok dia pasti tak lepas peluang tengok bontot aku bila aku pakai seluar track dan berkain batik. Tapi bila aku pakai seluar track, pasti dia akan senyap-senyap masuk bilik aku masa aku tidur dan melancap sampai memancut kat bontot aku. Paling selekeh adalah seluar track aku yang dah berlonggok kat dalam bakul basuhan menunggu nak dicuci tu pun menjadi mangsa.

    Pernah gak aku mengintai apa dia buat dengan seluar track aku yang aku nampak dia ambil masa aku buat-buat tidur siang. Pelan-pelan aku ngendap dia kat dalam bilik air tengah melancap gunakan seluar track aku tu.

    Adik aku memang kuat melancap. Tak ada satu pun seluar track aku yang berada dalam bakul basuhan tu terlepas dari menjadi mangsa lancapnya. Pantang aku campak kejap dalam bakul basuhan, pasti hilang sekejap. Bila dah ada balik, pasti berselaput dengan air maninya yang pekat, terutamanya kat area bontot. Perkara ni berlaku
    sampai sekarang dan kami semakin advance.

    Aku kemudian clash dengan Zack. Entah kat mana silapnya kami berpisah akhirnya. Lepas tu aku berkawan dengan Hafiz. Member sekelas aku. Kita orang couple sampai aku masuk kolej dan lepas tu tak contact lagi sampai sekarang. Sepanjang aku couple dengan dia, aku menjadi tempat dia memancutkan air maninya. Mulanya aku ingat dia ni tak selera
    sangat bila aku pakai seluar track. Tapi aku silap, dia bernafsu gila kalau aku pakai seluar track. Memang confirm seluar track memang menjadi perhatian dan membuatkan lelaki stim, lebih-lebih lagi kalau orang yang memakainya berbontot bulat macam aku.


    Pertama kali dia pancut kat aku adalah pada petang selepas habis exam SPM last paper.
    Kita orang dating kat taman permainan. Kita orang duduk berdua dalam gelung. Kat situ kita orang bercium dan Hafiz raba-raba peha aku sampai ke kangkang aku. Dia mainkan cipap aku sampai aku stim. Secara tak langsung aku pegang konek dia dan keluarkan dari seluarnya. Aku lancapkan konek dia dan dia terpancut-pancut kat tangan aku.

    Lepas tu kita orang dating lagi dan yang peliknya dia minta aku pakai seluar track. Dia bawak kereta mak dia dan bawak aku jalan-jalan kat bandar. Lepas tu kita orang parking kat taman tasik, tempat kenangan masa aku couple dengan Zack dulu. Kat situ Hafiz peluk belakang tubuh aku. Dia tekan konek dia kat bontot aku.

    Lepas tu dia keluarkan konek dia dan peluk aku sambil gesel-geselkan konek dia kat bontot aku yang licin dengan seluar track tu. Akhirnya dia memancutkan air mani dia.

    Esoknya pulak kita orang dating lagi dan dia lancap sambil tengok aku berdiri depan dia. Dia buat macam yang mat-mat bangla tu buat kat aku dulu.

    Akhirnya aku terpaksa akui bahawa aku akhirnya sudah tiada dara lagi. Aku juga terpaksa akui bahawa aku menikmati persetubuhan yang pada asalnya tak kau relakan itu. Dara ku telah di ragut oleh adik kandung ku sendiri semasa aku cuti semester tahun lepas. Adik aku juga sedang cuti semester masa tu. Silap aku juga, akibat nak sangat menunjukkan keseksian kepada adik aku yang sememangnya aku dah tahu yang dia stim kat aku kalau pakai seluar track akhirnya mengundang musibah kepada ku.

    Pada hari tu famili aku sekali lagi pergi jemputanorang kawin. Musim cuti sekolah la katakan. Tinggal la aku dengan adik aku kat rumah. Aku yang tahu dia pasti akan ambik kesempatan kalau aku tidur siang pun sengaja pakai seluar track yang dah lama aku tak pakai tersimpan kat dalam almari pakaian aku. Memang banyak stok seluar track aku sebenarnya. Tapi aku boleh tak perasan pulak yang seluar track tu dah koyak kat kelengkang.

    Aku pun buat-buat la tidur kat bilik dengan pintu bilik yang sengaja aku buka luas, biar adik aku stim tengok bontot aku yang sendat dan licin dalam seluar track. Masa adik aku masuk bilik aku, aku buat-buat tidur. Lepas tu aku dengan dia bernafas laju. Lepas tu aku rasakan bontot aku kena usap pelan-pelan. Usapan adik aku sungguh lembut, mungkin dia tak mahu aku sedar rasanya.


    Lepas tu dia raba sampailah ke kelengkang. Keadaan aku yang tidur mengiring memudahkan dia meraba cipap aku. Tapi aku jadi pelik kenapa aku rasa lain macam je sentuhan dia. Teras macam kulit cipap aku kena direct kat kulit jari dia. Aku masa tu tak terfikirlah yang seluar tu dah koyak.

    Jadi aku selamba je lah biarkan sampai aku sendiri pun stim. Aku siap boleh dengar bunyi air cipap aku yang berdecit-decit kena gesel jari dia. Lepas tu adik aku tarik jari dia. Aku dengar macam dia tengah buat sesuatu. Aku syak dia tengah melancap tapi rupanya aku silap.

    Rupa-rupanya dia tengah buka seluar dia. Aku tahu pun bila keadaan dah terlambat. Aku biarkan je di saat aku rasa cipap aku menyentuh sesuatu yang hangat. Aku ingatkan jarinya tapi sebaik aku terfikir takkan jarinya boleh sehangat tu dan sebesar tu. Terus sahaja aku terfikir tak mustahil itu adalah konek dia. Aku teragak-agak nak menghentikannya, sebab aku rasa segan pulak takut dia kata aku selama ni berpura-pura
    tidur. Jadi aku teruskan buat-buat tidur walau pun dalam hati aku resahnya bukan main.

    Sebaik je benda tu aku rasa macam menerobos masuk dengan kuat dan laju sampai aku rasa pedih dan senak, barulah aku tahu bahawa memang benar itu adalah koneknya tapi yang peliknya masa tu aku rasa aku pakai seluar track, macam mana pulak dia boleh masuk? Ada lubang ke? Aku cepat-cepat buat-buat sedar dari tidur dan buat-buat terkejut. Adik aku cepat je tutup mulut aku dengan tangan dia sambil dia terus hayun konek dia keluar masuk. Aku yang kepedihan tengok memang betul aku pakai seluar track. Terus je aku raba kelengkang aku. Aku terpegang konek dia dan aku dapat rasa konek dia masuk ke cipap aku dari lubang yang ada kat kelengkang aku. Time tu lah aku mula rasa bangang yang teramat sangat. Macam mana la aku boleh tak perasan seluar track tu dah koyak kat kangkangnya.

    Aku tolak adik aku tapi dia dah tak kira, dia teruskan jolok cipap aku. Aku marah dia dalam kesakitan tu tapi tak jalan jugak. Makin laju dia hayun ada la. Adik aku peluk aku. Dia tiarapkan aku dan dia naikkan bontot aku. Aku lemah, memang lemah. Tenaga perempuan aku memang cukup lemah nak dibandingkan dengan dia. Aku akhirnya terpaksa menikmati kesedapan di setubuhi oleh adik kandung aku sendiri walau pun pada mulanya aku menolak dan menangis dalam kesakitan. Lama-lama sakit dah tak rasa, sedap adalah.


    Hayunan konek adik aku makin keras. Makin sedap aku rasa. Lepas tu adik aku tarik keluar konek dia dan aku pun rasa air mani dia memancut atas bontot aku yang sendat dengan seluar track tu. Air maninya yang hangat mencurah-curah atas bontot aku. Aku lemah membiarkan dia membuat aku seperti perempuan pemuas nafsunya.

    Lepas tu dia tingalkan aku sorang-sorang dalam bilik. Aku menangis sampai tertidur. Bila aku terjaga aku dapat rasa cipap aku dimasuki lagi koneknya. Bila aku tengok, dia tengah sedap menghayun cipap aku dengan seluar track aku yang dah dilorotkan ke lutut. Seluruh bontot aku open tanpa ditutup apa-apa. Aku tengok bontot aku berbekas love bite. Nafsu aku semakin bangkit. Selama ni aku cuma dapat pegang dan lancapkan konek lelaki tapi pada hari tu aku dah jadi tak waras. Aku biarkan adik aku menyetubuhi aku. Aku dah rasa sedapnya macam mana.

    Seks ringan-ringan dan kebiasaan aku bermain dengan kemaluan lelaki membuatkan aku gagal mengawal nafsu ku sendiri. Aku stim gila di jolok konek adik ku. Aku menonggeng tanpa disuruh, membiarkan adik aku menyontot cipap aku. Pedih memang terasa sebab tak biasa lagi tapi sedapnya mengatasi segalanya.

    Aku khayal menerima kemasukan koneknya yang keluar masuk dengan keras dan jitu. Adik aku tanpa segan silu asyik cakap sedap, sedap dan sedap. Dia kata tak sia-sia dia stim kat aku selama ni. Dia juga kata dia yang sengaja lubangkan seluar track aku semata-mata nak menantikan saatnya dan hari itu adalah saat yang dinantikan selama ini rupa-rupanya.

    Akhirnya aku tak keruan. Aku cum buat first time di jolok konek lelaki. Selama ni aku cuma merasa cum digosok tangan lelaki. Lepas tu adik aku cum kat celah bontot aku. Dia tekan konek dia sampai kepalanya masuk ke lubang bontot aku dan dia perah air maninya sepuas-puasnya. Aku dapat rasa air maninya bertakung di mulut lubang bontot aku. Pedih jugak sebab lubang bontot aku kecik.

    Start dari hari tu pantang ada peluang pasti nak main. Boleh katakan hampir semua seluar track aku mesti terkoyak kat kelengkang. Tapi lepas kita orang dah mula stay sama-sama. Koyakkannya makin besar. Sebab Kolej aku dan Universiti adik aku dalam satu town yang sama, jadi kita orang menyewa dan tinggal sama-sama. Sejak tinggal sama-sama tu adik aku dah makin berani buat benda yang makin tak senonoh. Di rogolnya bontot aku. Macam nak koyak lubang bontot aku masa dia rogol dulu. Aku sampai nak jalan gi kuliah pun payah. Terkangkang rasanya. Malu je.


    Tapi sebab dah hari-hari kena dan aku pulak tak daya nak melawan akhirnya aku sendiri dapat rasa sedapnya. Sama jugak macam masa mula-mula kena main kat rumah mak bapak aku dulu. Oleh sebab tulah koyak seluar track aku makin besar sebab jajahan konek adik aku dah bukan setakat lubang cipap, kini dia dah menakluki lubang bontot aku juga. Walau pun kita orang ada bilik masing-masing tapi itu setakat nak mengaburi mata orang tua aku je supaya dia orang tak ada nak syak apa-apa kalau dia orang datang. Tapi yang sebenarnya kita orang hari-hari tidur sekatil, mandi sama-sama, makan sama-sama, main dah tentulah sama-sama. Dah macam laki bini. Aku pun tak tahulah sampai bila kita orang akan terus macam ni. Nak berjauhan sayang, tak nampak muka sehari pun dah tak keruan.

    Hari ni aku tak pergi kuliah sebab ambik mc. Tak sedap badanlah. Mungkin sebab dah dua tiga hari ni aku lenjan je main tak kira siang malam. Pantang konek dia naik, pasti nak terjun balik dalam lubang aku. Pagi tadi sebelum dia pergi kuliah aku hisap konek dia sampai keluar semua air mani dia masuk perut aku. Telan la apa lagi. Sedap. Dah seminggu ni dia asyik mintak nak pancut dalam cipap. Aku cakaplah pancut dalam bontot je kan senang. Tapi dia asyik mintak je. Aku pun berbelah bagi nak kasi ke tak, takut mengandung la.

  • Kisah Memek LINDA

    Kisah Memek LINDA


    3031 views

    Duniabola99.com – Sebagai seorang lelaki, aku nie tidaklah termasuk dalam kategori kacak. Aku tak hansom. Sejak aku lepas berkhatan, muka aku tumbuh jerawat. Banyak. Orang kata jerawat batu. Kasar-kasar pulak tu. Jadi aku picit-picit, kekadang berdarah, ada isi putih. Lekeh lah. Bila dah berumur 23 sekarang ni, bopeng-bopeng lah muka aku. Kulit aku hitam macam kulit bapak aku. Bapak aku keturunan mamak Karala. Mak aku orang Melayu lah. Yang aku tahu, badan aku memang sasa. Tegap. Aku memang kaki sukan. Aku ada Naib Johan Sesi Angkat Berat disekolah ku.


    aktu aku berumur 16 tahun, bapak aku tiba-tiba dia kena tukar ke Kedah. Itulah nasib anak orang kerja polis. Sebab terpaksa meneruskan pelajaran sekolah aku di JB ni dan nampak ok, supaya jangan terganggu, Mak aku suruh aku tinggal saja dengan Mak Cik Haslinda. Jadi, dari usia 16 tahun hinggalah sekarang, sejak dari Tingkatan 4 hinggalah dah menuntut di IPT; aku masih duduk di rumah Mak Cik Linda. Kira-kira dah lebih tujuh tahun aku duduk dengan Mak Cik Linda – adik angkat Mak Aku sejak dari kecik. Nenek aku sendiri yang bela dia sejak kecil.

    Rumah Mak Cik Linda memang besar, ada 4 bilik. Bungalo. Tak apa lah. Dia pun duduk sorang, jadi cikgu sekolah menengah di Tampoi. Dia lepasan Universiti di Amerika. Umurnya baru 32 tahun, masih belum kawin lagi. Masih anak dara lagi. Khabarnya, ramai orang hendakkan dia, tapi dia memang tak nak kawin sebab dia duit banyak. Alasannya, nanti jantan tu kebas duit dia, habis ler. Dia cerita dengan Mak aku, dia takut bersalin sebab katanya ‘bendanya’ kecil sangat. Aku cuma dengar celah pintu dulu. Masa tu aku baru standard six. Jadi andartu pun tak apa, katanya. Mak aku geleng kepala. Aku tak tau lah.

    Sampai hari ini, dah 32 tahun umurnya, aku tengok Mak Cik Linda memang lawa. Memang ramai orang yang tergila-gila kepadanya. Tapi dia buta tak kisah saja. Mak Cik aku nih memang ada darah keturunan Cina (Mak Cik aku anak angkat keturunan Cina). Nenek aku tak ada anak perempuan ramai, jadi dia ambil sorang anak angkat keturunan Cina. Dipelihara dan disekolahkan hingga ke IPT di Amerika. Nenek aku memang banyak duit. Tampoi sekarang sedang membangun jadi kawasan perindustrian. Satu hektar harga sampai RM400 ribu. Nenek aku ada tanah luas – hampir 30 ekar hasil peninggalan arwah datuk aku dulu. Datuk aku seorang bekas Pegawai Daerah dalam zaman sebelum Merdeka. Sekarang dia dah meninggal. Begitulah.


    Dah 3 bulan aku duduk dengan Mak Cik Linda. Aku macam biasa saja. Aku segan-malu kepada Mak Cik aku tu sebab dia baik dengan aku. Dia sistematik betul orangnya. Semua perabutnya terjaga rapi dan mahal-mahal. Langsirnya harga beribu-ribu RM.

    Nak jadi cerita, satu hari aku terjumpa majallah dalam almari bukunya di ruang tamu. Majalah Playboy. Ada gambar. Tak pernah aku tengok gambar pompuan telanjang. Bederbar hati aku. Aku tengok habis-habis. Masa tu Mak Cik Linda di sekolah sebab ada klas tambahan murid-murid Tingkatan 6. Lepas tu aku pergi tidur petang tu. Aku memang suka tidur petang. Tapi petang tu aku tak boleh tidur sebab kepala aku asyik teringat gambar tadi. Kejap-kejap ku tengok, kemudian aku simpan bawah tilam. Masa itulah kote aku rasa tegang. Aku usap-usap. Aku rasa lain macam jer. Bila aku naik syok sikit aku rasa ada air meleleh kat hujung kote aku. Aku takut. Bukan air kencing. Jernih macam kencing tapi belendir. Aku tak faham.

    Petang tu aku sentiasa buat gitu. Sedap. Lelama aku pun tertidur. Lepas waktu Asar, aku masih juga tidur lagi. Aku tak sedar Mak Cik aku pulang. Kereta Mercedez 230 nya parking kat anjung rumah. Tak kisah lah sebab aku dalam bilik. Masa tu aku baru saja terbangun. Aku usik balik kote aku sambil bersandar di kepala katil. Aku lancapkan kote aku. Sedap ‘gak. Sambil tu aku tengok gambar telanjang tadi. Lagi naik nafsu aku. Kote aku jadi tegang. Tapi tak de lah besar sangat sebab aku baru berumur 14 tahun. Kerana kesedapan, mata aku sampai terlelap. Sambil itu tangan aku masih menggohed sorong tarik kencang.

    Dengan aku tak sedar, tetiba pintu bilik aku terbuka ditolak orang. Aduihhh….Mak Cik aku tersembul, tercegat kat pintu. Entah berapa lama dia tengok aku pun aku tak tau. Mesti dia terpandang aku sedang main sorong tarik kote aku. Aku terperanjat tergamam sakan. Kote aku sedang mencodak keras. Tangan aku menggenggam dan sedang melancap sorong tarik. Gambar playboy tadi terbentang atas tilam.

    Aku cepat-cepat berkalih membelakang dan sorokkan buku Playboy tadi. Aku takut campur malu pandang muka Mak Cik aku di pintu tu. Tak lama kemudian aku dengan pintu bilik aku ditutup. Dia dah berjalan keluar. Dalam ketakutan itu, aku dengar Mak Cik aku masuk kebiliknya. Tentu dia mandi agaknya, sebab dia baru balik sekolah petang. Biasalah gitu kalau lepas balik sekolah.

    Bila aku dengar senyap sikit, perlahan-lahan aku beranikan hati turun ke bilik air tingkat bawah. Sampai aku dibawah, cepat-cepat aku tolak pintu bilik air tu dan melompat terus masuk.


    ALAMAK..!! Bagai nak pengsan aku!!..Terperanjat besar! Rupanya Mak Cik ada dalam bilik air sedang buang air kecil. Bila aku menerpa masuk, dia meloncat bangun. Terperanjat. Sambil itu dia mengangkat kainnya. Rupanya dia kencing. Bila pintu bilik air tu aku tolak tadi, dia tergesa-gesa melompat bangun dari ‘bowl’ tandas tu. Aku pun terperanjat. Tersirap darah aku.

    Berdebar sekali lagi hati aku. Itulah pertama kali aku tengok cipap orang pompuan. Mak Cik tengah terkangkang. Dia belum habis kencing. Belum selesai…. meleleh basah menjejes ke pehanya yang putih melepas tu. Bulu cipapnya tebal hitam. Seram aku.

    Dia menjerit…”Man..Mak Cikkk…..!!” aku pun meloncat nak keluar. Malangnya aku terpijak hujung kain aku. Terburai. Aku tersungkur. Ta sengaja, aku langsung berpaut ke peha Mak Cik Linda. Sambil aku tengadah memegang kakinya, tak sengaja aku ternampak betul-betul berdepan dengan cipap Mak Aku yang masih menitis kencing. Peha dan kulit perutnya putih melepak. Kan aku kata keluarga Mak aku nih memang ada darah keturunan Cina. Menggelupur aku keluar, terdengkot-dengkot. Malu besar aku.

    Dah 2 kali aku buat salah yang memalukan hari tu. Aku tak jadi mandi. Terus masuk bilik. Hati aku risau. Tentu Mak Cik aku marah. Aku tunggu. Aku buat-buat tidur sambil menunggu Mak Cik aku masuk. Aku mesti terima maki hamun Mak Cik Linda.

    Lewat jam 8.00 malam aku tiba-tiba terbangun digerakkan orang. “Man, bangun makan..” Rupa-rupanya Mak Cik aku masuk bilik. Dia senyum jer. Aku terperanjat dan tutup muka aku. “Man malu ye?” kata Mak Cik aku. “Tak pe lah. Bukan Man sengaja….Maih makan ke bawah. Mak Cik dah siap hidang” katanya. Sedap sikit hati aku. Ditariknya lengan aku. Aku pun ikut. Malu-malu aku tak ketahuan lagi.


    Lepas makan aku pergi mandi. Mak Cik aku masuk bilik macam biasa. Selalu gitu lah. Dia baring-baring dalam biliknya. Biliknya memang besar. Dua dijadikannya satu. Aku duduk di ruang tamu, tengok TV diruang tetamu tu. Biasalah. Tapi kali ni hati aku rasa tak sedap. Jadi aku pun masuk bilik. Sebetulnya, aku dah ketagih nak tengok gambar Playboy tadi. Tapi puas aku mencari-cari majallah itu, tak jumpa. Lelama aku syak Mak Cik aku tentu ambil tak bagi aku tengok gambar lucah. Aku budak-dak lagi. Maklumlah, umur aku baru 14 tahu. Hai…rasa malu aku tak terkata lagi.

    Dalam aku termangu-mangu itu, aku dengar pintu bilik aku diketuk. Aku sahut..”Ya..!!!”

    “Man datang bilik Mak Cik kejap”. Kata Mak Cik ku memanggil. Aku pun simpul kain sarung aku. Aku nampak sekilas pandang dia masuk bilik. Dia pakai baju tidur warna merah jambu pucat. Wangi saja udara diruang lorong bilik tu. Memang Mak Cik Linda suka pakai lotion kulit yang berbau wangi. Dia selalu pergi shopping di Singapura.

    Aku katuk pintu biliknya, “Mak Cik panggil Man ke?” aku tanya. Dia tak pandang muka aku. Aku ketakutan sikit. “Hmmm..duduk kat situ.” Jawapnya perlahan-lahan sambil menunjukkan tepi katilnya. Aku tengok dia sedang mebalik-balik buku-buku sekolah dan buku teks lain. Kaca TV 22″ dalam biliknya masih lagi Warta Berita TV3. Baru jam 8.45 malam. Mak Cik Linda memang suka tengok TV dalam biliknya. Lagi pun dia memang ada Video dalam biliknya. Dia jarang tengok TV di bilik tetamu. Aku saja yang selalu. Aku diam saja. Tak tau nak kata apa.

    Tiba-tiba katanya, “Man tengok ke majalah ni tadi..?!” soalnya. Aku tergamam. Dia tak pandang muka aku. Majallah Playboy tadi diunjukkannya kepada aku. Dia terus membalik-membelek buku sekolah muridnya. Aku sambut dan aku diam saja. Takut pandang kearahnya.

    “Tunjuk sini, gambar mana yang Man tengok” katanya. Mak Cik Linda macam memaksa aku. Aku capai buku tu, dengan tangan terketar-ketar. Macam orang patuh, aku selak gambar muka tengah, gambar pompuan Jepun yang sedang terkangkang. Nampak ‘benda’ tu..!!

    “Oh…dah selalu tengok gambar macam ni ya..” ujarnya. Aku takut tak menjawap. Dia masih tak pandang muka aku. “Selalu ke tengok gambar macam ni?”soalnya lagi. “Tak pernah” jawab ku pendek. Ketakutan. Mak Cik masih terus membalik buku sekolah muridnya. Aku tergamam. Tentu kali ini aku parah kena hamun dek Mak Cik Linda – fikir ku.

    “Suka ke tengok gambar macam tu?” soalnya. Aku diam. “Ha..? Suka?” soalnya lagi. Aku jawab pendek saja, “Tak…!!”

    “Habis kenapa tengok?” soalnya lagi. Aku terdiam. “Dah pernah ke tengok orang perempaun telanjang” soalnya. Aku dah naik kecut. Menggigil aku satu badan. Aku tunduk dan gelengkan kepala. Aku rasa dia pandang kat aku. Tapi aku tak berani angkat muka.

    “Kenapa malu-malu pulak?” soalnya. Aku tunduk lagi. Tak berani aku padang arahnya. Air mata aku dah mula macam nak keluar. Takut sangat. Nanti aku kena halau, tentu Mak dan Abah marah kat aku. Aku pejamkan mata aku. Bilik yang terang berderang itu aku rasakan bagaikan gelap gelita. Aku terdengar Mak Cik Linda angkat kerusi, betul-betul depan aku. Lagi lah aku tundukan muka. Aku pejamkan mata. Takut betul. Tentu dia duduk depan aku dan lekcer aku habis-habis kali ni — perasan ku dalam hati.

    “Kalau bagi tau Mak dan Abah nanti, mau tak?” soalnya. Aku cepat-cepat geleng kepala. Mata aku masih pejam. Kepala aku tunduk. Suasana hening sekejap. Aku dah mula rasa cukup takut. Aku diam macam batu.


    Agak-agak se minit dua, aku dengar dia berjalan ke meja sikatnya. Aku dengar botol berlaga. Aku terbau harum semerbak. Boleh jadi se Mak Cik Linda sedang pakai losyen badan yang wangi tu. Kemudian terdengar dia menyapu-menyapu losyen itu kekulitnya. Kemudian aku terdengar dia berjalan semula ke kerusi dekat aku.

    “OK, kalau tak mau Mak Cik repot ngan Mak ngan Abah Man, habis Man nak tengok benda macam tu lain kali tak?” soalnya. Aku menaggeleng lagi. Terdiam. Hening.

    “Ok, angkat muka sini. Padang sini…!” dia perentahkan aku. Aku enggan sangat. Malu. “Tak apa pandang sini…” ujarnya lagi.

    Aku pun angkat muka dan buka mata. Demi terbuka mata aku, bagai nak pengsan aku!! Gown tidurnya terselak hingga kepusat, nampak seluar dalamnya. Cepat-cepat aku tutup muka aku dengan kedua-dua belah tangan.

    “Tak apa, bukak mata. Nah tengok sini.” Katanya. Lama sekali baru aku berani buka muka ku. Aku tengok dia berdiri. Sebelah kakinya dilantai dan sebelah lagi atas kerusi. Mak Cik Linda terkangkang. Seluar dalamnya nampak. Warna merah pink. Belum sempat aku buka mulut, Mak Cik Linda bersuara…

    “Nah, Man tengok puas-puas” Ujarnya. Aku menggigil. Berpinau-pinau mata aku. “Tengokkkk, jangan malu-malu.” Ulangnya dengan suara lembut seperti memujuk. Aku terdiam. Aku beranikan hati. Aku takut, kalau tak ikut cakapnya, nanti dia marah kat aku. Lagipun dia betul-betul serius suruh aku tengok. Rasanya macam satu perentah pulak.

    “Nah, usap peha Mak Cik.” Katanya. Sambil dia pegang tangan aku suruh usap pehanya. “Ramas-ramas-ramas” perentahnya. Aku buat dengan tak berapa yakin. “Picit kuat-kuat sikit” perentahnya lagi. “Tengoklah apa Man ingin nak tengok..!!” katanya.

    Aduh..berdebar-debar jantung ku. Berderau darah aku. Sepatah pun aku tak bercakap. “Tengok kat sini.” Sambil diangkatnya hujung gownnya melampaui pusat. Seluar dalamnya nampak jelas. Terbayang tompok hitam bulunya yang terlindung dibalik seluar dalamnya. Aku tengok saja sambil memicit-micit pehanya.

    “Nah, sekarang tarik kebawah seluar dalam Mak Cik” perentahnya. Sambil dia menarik dari pinggangnya. Diangkatnya tangan aku dan menyuruh aku menarik kebawah. Dia membantu hingga tanggal. Aku tengok bulu jembut nonoknya memang lebat. Menggeletar badan ku.

    “Rapatkan muka Man kat sini..” sambil menepuk ke cipapnya. Perlahan-lahan aku berhensut, melutut dan menyembamkan mukaku ku bahagian nonoknya. Owwwiihhhhh…ada satu macam bau. Ganjil sikit. Tak pernah aku tercium bau tengek macam itu.

    “Hidu lah..” katanya. Aku mula menghidu. Masuk saja aroma tengit-tengik cipapnya itu ke hidung ku; tersirap darah ku. Mak Cik Linda tekan kepala ku ke celah kangkangnya. Aku bernafas dengan aroma yang tengik itu. Lelama aku naik serasi dengan aroma tu. Digosok-gosokkannya muka ku ke cipapnya. Kesat kena bulu cipapnya kehidung ku.


    Sebentar kemudian ditolaknya kepala ku. Dia angkatnya seluruh baju tidurnya. Ditanggalkannya. Kini, terburai satu badannya bertelanjang bulat. Langsung tak ada berkain seurat benang pun. Teteknya yang mengkal putih melepak, perutnya yang kempis tegang macam gadis 20 tahun, pusatnya comel ….Semua aku perhatikan. Dia nampak macam senyum saja. Tenteram sikit hati aku.

    “Man duduk atas kerusi ni” ujar Mak Cik Linda. Aku ikut saja. Sebelah kakinya bertupang ke kerusi, sebelah lagi dilantai.

    “Nah, gentel..ramas-ramas!” sambil Mak Cik Linda memegang tanganku dan meletakkan ke buah dadanya. Dipegangnya bahu ku. Aku ikut saja. Aku mula meramas-ramas teteknya dan kepal-kepal. Kenyal saja rasanya. Tak pernah aku meramas tetek orang pompuan sebelum ini. Seram sejuk badan ku. Sambil dia memegang bahu ku, di ramas-ramasnya pula. Aku terus menggentel-gentel puting susunya dan meramas-ramas buah dadanya. Kenyal, gebu dan licin. Sambil aku menyembamkan muka ku ke cipapnya, aku menghidu sakan aroma ganjil bahagian itu. Sambil menghidu sambil aku menggoyang-goyang muka ku di bahagian tundunnya. Makin itu, makin kuat aroma itu menyengat hidung ku. Lama juga aku berbuat begitu. Kami tidak bercakap sepatah jua pun. Aku dengar Mak Cik Linda mengah dan tersenggut-senggut. Terasa kepala aku tersepit diantara dua pehanya yang gebu dengan bau bercampur baur antara wangi losyen dan aroma cipapnya.

    Kemudian aku terasa di berkalih. Aku buka mata ku. Kini Mak Cik beralih ke katil. Dia berbaring ditepi katil. Kedua-dua kakinya memijak tepi katil. Badannya terlentang. Buah datang membukit. Kangkangnya terbuka luas. Aku tak tau apa arahan Mak Cik Linda selanjutnya. Tapi, pasti aku akan patuh.

    “Man tengok lah” ujar Mak Cik dengan suara yang terketar-kertar. Matanya tertutup. Aku menjongkok ditepi katil. Aku berhadapan dengan nonok Mak Cik Linda yang terpongah dianatara kangkangnya yang terbukla luas.

    Aku tengok ada semacam lendir merengat dicelah bibir farajnya yang putih melepak itu. Bulu nonoknya macam basah. Aku beranikan hati untuk melihat apa yang tersembunyi disebalik gumpalan bulu hitam yang berserabut tu. Aku cuba siat dengan ibu jari ku. Aku selebek. Nampak jelas bahagian dalam cipap Mak Cik Linda ada emacam bibir. Bibir itu berwarna kemerah-merahan. Berlendir saja. Disebelah atasnya ada seketul daging sebesar kacang tanah. Tak sengaja aku tersentuh ‘biji kacang’ itu. Mak Cik Linda menggeliat dan mendengus. Aku pandang mukanya. Dadanya berombak. Aku sentuh lagi. Sekali lagi Mak Cik Linda menggeliat dan mendengus. Tahulah aku sekarang, bahagian itu amat sensitif. Aku gentel biji kacang itu antara ibu jari dan jari telunjuk ku. Makin itu Mak Cik menggeliat-geliat dan mendengus-dengus. Pinggulnya macam terangkat-angkat. Aku tengok tangannya menggerapai-rapai. Dicapainya tangan ku lalu diletakkannya ke buah dadanya. Tahulah aku apa maksudnya — dia mahu aku meramas-ramas buah dadanya sambil menggentel ketul daging sebesar “biji kacang” yang tersentil dicelah rekahaan cipapnya itu.

    Mak Cik Linda terus-menerus menggelepar dan menggeliat-geliat kekiri-kekanan. Tangannya memegang cadar dan menggenggam-genggamnya kuat-kuat. Suara dengusan Mak Cik Linda makin kuat. Kini aku bebas untuk melihat, mencelebek dan memain-mainkan seluruh bahagian dalam cipap Mak Cik.

    Aku hairan, dimanakah lubang kencing orang pompuan. Aku cuba cari. Lelama aku nampak macam satu lubang kecil berwarna merah dibahagian tengah nonoknya. Dibawah sedikit aku nampak satu lagi lubang yang agak besar sedikit. Disitu lah keluar lendir cipap Mak Cik yang makin mebasahi jari ku. Bau aromanya makin kuat. Syahwat ku juga mula naik. Kote ku terasa macam tegang. Tak pernah aku rasa kote ku tegang macam ini. Aku rasa macam ada pulak air yang mengalir keluar dari hujung batang kote aku pula. Mak Cik Linda masih memegang kepala ku dan menekan ke celah kangkangnya. Aku tak tau apa maksudnya.


    “Jilatttt, Mannnnn” ujar Mak Cik Linda. Suaranya bunyi macam merengek saja. Dipegangnya kepala ku dan ditekannya ke celah nonoknya yang sudah membanjir tu. Dalam keadaan geli geman, aku jelirkan lidah ku. Aku tak pernah buat begitu. Jangankan nak jilat, tengok cipap orang pompuan pun baru setakat gambar Playboy tadi saja. Dengan memberanikan hati, dan melupakan perasaan jijik, lalu aku jilat ‘biji kacang’ tadi. Demi tersentuh saja ‘biji kacang’ itu oleh lidah ku, penggol Mak Cik Linda bergoyang ke kiri ke kanan. Di kepitnya kepala ku. Aku tekan kedua-dua pehanya hingga terkangkang luas.

    Aku pula mulai membuka rekahan nonoknya luas-luas. Kemudian aku jilat dan pilin-pilin dengan hujung lidah ku ‘biji kacang’ itu. Aku lorot dari atas ke bawah. Kekadang aku gesel biji itu dengan gigi aku. Aku nyonyot sambil menggentel-gentel dengan hujung lidah ku. Sebelah tangan ku meramas-ramas kedua-dua buah dadanya silih berganti. Aku mainkan puting susunya yang dah mengeras. Aku tengok Mak Cik bagaikan terpukau. Aku agak dia seronok sangat. Aku tak peduli lagi. Aku tengok semua yang aku lakukan dilayan oleh Mak Cik tanpa bantahan. Dia seronok aku tengok. Aku suka tengok Mak Cik Linda rasa seronok.

    Aku jelirkan lidah ku sepanjang yang boleh lalu aku masukkan ke lubang yang paling bawah. Disitu aku tengok air lendir mengalir banyak. Aku tekankan lidah ku dalam-dalam. Aku gili-gili macam orang menggili lubang telinga dengan bulu ayam. Mak Cik Linda makin mendesah, mendengus, mengeluh…!!! “Mhhh…sedapppp…!! Mhhh….” Dia mengerang. Matanya tertutup. Tangannya mengerapai mencakar-cakap cadar tilam.

    Mak Cik Linda makin mendesah, mendengus dan mengeluh…!!! “Mhhh…sedapppp…!! Mhhh….Buat cam tu Mannnnn…” Dia mengerang. Aku teruskan seperti yang disukainya.

    Kemudian aku masukkan jari telunjukku kebahagian lubang yang agak luas dibahagian yang dibawah sekali cipap Mak Cik Linda. Aku masukkan hujung jariku, lebih kurang seruas jari. Tapi cepat-cepat Mak Cik menolak tangan ku keluar. Aku tau dia tak mau aku mencucukkan jariku ke lubang itu. Aku tengok ada air warna putih mengalir keluar dari lubang itu. Dalam hati aku bercakap sendiri, mungkin inilah lubang cipap tempat butoh masuk – fikir ku. Dalam hati ku bertanya, dimana pula bayi keluar? Kalau disinilah juga, macam mana boleh lubang sebesar ini bayi boleh keluar. Kenapa kecil sangat?

    Tapi, aku tak kesah, lalu aku gili semula dengan lidah. Mak Cik Linda makin mendesah. Dia menggeliat dan mendengus-dengus panjang. Lama juga aku buat begitu. Mak Cik Linda pun tak bagi arahan apa-apa lagi. Aku terus menjilat, menggentel dan menggili-gili dengan lidah ku. Kedua-dua tangan ku sentiasa memainkan peranan meramas-mengepal dan menguli kedua-dua buah dada Mak Cik.


    Lebih 10 minit kemudiannya aku rasa otot-otot peha Mak Cik makin menegang. Penggolnya bergoyang meneggelisah kekiri ke kanan. Sesekali terangkat-angkat keatas. Dengusan dan rengekannya makin kuat.

    “Mhhh…huuukkk..sssssttt.. ahhhhhh…” memanjang saja. Aku teruskan menjilat nonok Mak Cik Linda.

    Kemudian tiba-tiba aku rasa kepala ku dikepit kuat-kuat. Mak Cik Linda pulak macam orang meraung kecik, merengek panjang…”Huuukkkkk..ahhhh..!! Huuukkkkk..ahhhh..mmhhhhhh…!!” dia bersuara seperti orang kesakitan. Cuma kerana kepala ku tersepit di celah kangkangnya. Aku tak tanya mengapa dia merengek begitu. Adakah dia sakit atau apa-apa. Mak Cik Linda terus-menerus mendesah lagi. Merengek macam orang kesakitan.

    Bagi ku, jika apa yang aku buat ini boleh menjadikan Mak Cik Linda memaafkan kelakuan tak senonoh aku mencuri majalah Playboy tadi, aku sedia melakukan apa yang Mak Cik Linda suruh ini. Penggolnya bergoyang meneggelisah kekiri ke kanan. Sesekali terangkat-angkat keatas. Dengusan dan rengekannya makin kuat. “Mhhh…huuukkk..sssssttt.. ahhhhhh…” memanjang saja. Aku teruskan menjilat nonok Mak Cik Linda. Tangannya tergapai-gapai. Sebelah tangannya mengusap-usap kepala dan rambut ku.

    Sebentar begitu, baru aku rasa pehanya melemah. Kini kepala ku boleh bebas sedikit. Kedua-dua peha Mak Cik terdampar. Nafasnya mulai reda. Tidak sekencang tadi. Aku tengok air putih membanjiri bahagian cipap Mak Cik Linda hingga menitis kecadar. Dia dah releks, seolah-olah macam orang keletihan sangat. Aku pulak – seluruh mulut, dagu dan hidung ku habis berlumuran air lendir dari cipap Mak Cik Linda . Aku berhinti menjilat. Aku angkat hujung kain sarung ku. Aku tengok kote ku yang kini sedang menegang. Rupanya hujung kote ku juga mengeluarkan lendir meleleh hingga ke dagu butuh ku yang tak lah besar mana.

    Melihat Mak Cik Linda macam tertidur begitu, aku pun bangun. Aku angkat Mak Cik Linda yang dah longlai itu ke tengah katil. Dia membantu dengan berhinsut perlahan-lahan. Aku letakkan sebiji bantal di kepalanya. Aku buka selimut dan aku selimutkan dia. Dia macam orang keletihan sangat. Aku berbaring disisinya. Aku lihat rambut Mak Cik yang hitam dan ikal itu mengerbang. Makin cantik wajahnya yang memang sedia cantik seperrti bintang filem HongKong. Aku agak dia mesti letih sangat bergelut macam tadi. Aku juga letih. Sekejap aku terbaring telentang, maka aku pun terlena disisi Mak Cik Linda. Letih sangat.

    Kisah Seks, Cerita Sex, Cerita Panas, Cerita Bokep, Cerita Hot, Cerita Mesum, Cerita Dewasa, Cerita Ngentot, Cerita Sex Bergambar, Cerita ABG, Cerita Sex Tante, Cerita Sex Sedarah, Cerita Sex Pasutri

  • Kisah Memek Lubang Kenikmatan Tante Erni Yang Wangi Pandan

    Kisah Memek Lubang Kenikmatan Tante Erni Yang Wangi Pandan


    2323 views

    Duniabola99.com – Kejadian ini terjadi ketika aku kelas 3 SMP, yah aku perkirakan umur aku waktu itu baru saja 14 tahun. Aku entah kenapa yah perkembangan sexnya begitu cepat sampaisampai umur segitu ssudah mau ngerasain yang enakenak. Yah itu semua karena temen nyokap kali yah, Soalnya temen nyokap Aku yang namanya Tante Erni (biasa kupanggil dia begitu) orangnya cantik banget, langsing dan juga awet muda bikin aku bergetar.
    Tante Erni ini tinggal dekat rumahku, hanya beda 5 rumahlah, nah Tante Erni ini cukup deket sama keluargaku meskipun enggak ada hubungan saudara. Dan dapat dipastikan kalau sore biasanya banyak ibuibu suka ngumpul di rumahku buat sekedar ngobrol bahkan suka ngomongin suaminya sendiri. Nah Tante Erni inilah yang bikin aku cepet gede (maklumlah anak masih puber kan biasanya suka yang cepetcepet).


    Biasanya Tante Erni kalau ke rumah Aku selalu memakai daster atau kadangkadang celana pendek yang bikin aku ser.. ser.. ser.. Biasanya kalau sudah sore tuh ibuibu suka ngumpul di ruang TV dan biasanya juga aku purapura nonton TV saja sambil lirak lirik. Tante Erni ini entah sengaja atau nggak aku juga enggak tahu yah. Dia sering kalau duduk itu tuh mengangkang, kadang pahanya kebuka dikit bikin Aku ser.. ser lagi deh hmm.
    Apa keasyikan ngobrolnya apa emang sengaja Aku juga enggak bisa ngerti, tapi yang pasti sih aku kadang puas banget sampaisampai kebayang kalau lagi tidur. Kadang kalau sedang ngerumpi sampai ketawa sampai lupa kalau duduk nya Tante Erni ngangkang sampaisampai celana dalemnya keliatan (wuih aku suka banget nih).

    Pernah aku hampir ketahuan pas lagi ngelirik wah rasanya ada perasaan takut malu sampaisampai Aku enggak bisa ngomong sampai panas dingin tapi Tante Erni malah diam saja malah dia tambahin lagi deh gaya duduknya. Nah dari situ aku sudah mulai suka sama tuh Tante yang satu itu. Setiap hari pasti Aku melihat yang namanya paha sama celana dalem tuh Tante.
    Pernah juga Aku waktu jalanjalan bareng ibuibu ke puncak nginep di villa. Ibuibu hanya bawa anaknya, nah kebetulan Mami Aku ngsajak Aku pasti Tante Erni pula ikut wah asyik juga nih pikir ku. Waktu hari ke2 malammalam sekitar jam 89 mereka ngobrol di luar deket taman sambil bakar jagung.


    Ternyata mereka sedang bercerita tentang hantu, ih dasar ibuibu masih juga kaya anak kecil ceritanya yang seremserem, pas waktu itu Tante Erni mau ke WC tapi dia takut. Tentu saja Tante Erni di ketawain sama gangnya karena enggak berani ke WC sendiri karena di villa enggak ada orang jadinya takut sampaisampai dia mau kencing di deket pojokan taman.
    Lalu Tante Erni menarik tangan Aku minta ditemenin ke WC, yah aku sih mau saja. Pergilah aku ke dalam villa sama Tante Erni, sesampainya Aku di dalam villa Aku nunggu di luar WC eh malah Tante Ernin ngsajak masuk nemenin dia soalnya katanya dia takut.

    Lex temenin Tante yah tunggu di sini saja buka saja pintu nya enggak usah di tutup, Tante takut nih, kata Tante Erni sambil mulai berjongkok.
    Dia mulai menurunkan celana pendeknya sebatas betis dan juga celana dalamnya yang berwarna putih ada motif rendanya sebatas lutut juga. Serr.. rr.. serr.. psstt, kalau enggak salah gitu deh bunyinya. Jantungku sampai degdegan waktu liat Tante Erni kencing, dalam hatiku, kalau saja Tante Erni boleh ngasih liat terus boleh memegangnya hmm. Sampaisampai aku bengong ngeliat Tante Erni.
    Heh kenapa kamu Lex kok diam gitu awas nanti kesambet kata Tante Erni.


    Ah enggak apaapa Tante, jawabku.
    Pasti kamu lagi mikir yang enggakenggak yah, kok melihatnya ke bawah terus sih?, tanya Tante Erni.
    Enggak kok Tante, aku hanya belum pernah liat cewek kencing dan kaya apa sih bentuk itunya cewek? tanyaku.
    Tante Erni cebok dan bangun tanpa menaikkan celana sama CDnya.
    Kamu mau liat Lex? Nih Tante kasih liat tapi jangan bilangbilang yah nanti Tante enggak enak sama Mamamu, kata Tante Erni.
    Aku hanya mengangguk mengiyakan saja. Lalu tanganku dipegang ke arah vaginanya. Aku tambah degdegan sampai panas dingin karena baru kali ini Aku megang sama melihat yang namanya memek. Tante Erni membiarkanku memegangmegang vaginanya.

    Sudah yah Lex nanti enggak enak sama ibuibu yang lain dikirain kita ngapain lagi.
    Iyah Tante, jawabku.
    Lalu Tante Erni menaikan celana dalam juga celana pendeknya terus kami gabung lagi sama ibuibu yang lain.
    Esoknya aku masih belum bisa melupakan hal semalam sampai sampai aku panas dingin. Hari ini semua pengen pergi jalanjalan dari pagi sampai sore buat belanja oleholeh rekreasi. Tapi aku enggak ikut karena badanku enggak enak.
    Lex, kamu enggak ikut? tanya mamiku.
    Enggak yah Mam aku enggak enak badan nih tapi aku minta di bawain kue mochi saja yah Mah kataku.

    Yah sudah istirahat yah jangan mainmain lagi kata Mami.
    Erni, kamu mau kan tolong jagain si Alex nih yah, nanti kalau kamu ada pesenan yang mau di beli biar sini aku beliin kata Mami pada Tante Erni.
    Iya deh Kak aku jagain si Alex tapi beliin aku tales sama sayuran yah, aku mau bawa itu buat pulang besok kata Tante Erni.
    Akhirnya mereka semua pergi, hanya tinggal aku dan Tante Erni berdua saja di villa, Tante Erni baik juga sampaisampai aku di bikinin bubur buat sarapan, jam menunjukan pukul 9 pagi waktu itu.
    Kamu sakit apa sih Lex? kok lemes gitu? tanya Tante Erni sambil nyuapin aku dengan bubur ayam buatannya.


    Enggak tahu nih Tante kepalaku juga pusing sama panas dingin aja nih yang di rasa kataku.
    Tante Erni begitu perhatian padaku, maklumlah di usia perkawinannya yang sudah 5 tahun dia belum dikaruniai seorang buah hati pun.
    Kepala yang mana Lex atas apa yang bawah? kelakar Tante Erni padaku. Aku pun bingung, Memangya kepala yang bawah ada Tante? kan kepala kita hanya satu? jawabku polos.
    Itu tuh yang itu yang kamu sering tutupin pake segitiga pengaman kata Tante Erni sambil memegang si kecilku.

    Ah Tante bisa saja kataku.
    Eh janganjangan kamu sakit garagara semalam yah aku hanya diam saja.
    Selesai sarapan badanku dibasuh air hangat oleh Tante Erni, pada waktu dia ingin membuka celanaku, kubilang, Tante enggak usah deh Tante biar Alex saja yang ngelap, kan malu sama Tante
    Enggak apaapa, tanggung kok kata Tante Erni sambil menurunkan celanaku dan CDku.
    Dilapnya si kecilku dengan hatihati, aku hanya diam saja.

    Lex mau enggak pusingnya hilang? Biar Tante obatin yah
    Pakai apa Tan, aku enggak tahu obatnya kataku polos.
    Iyah kamu tenang saja yah kata Tante Erni.
    Lalu di genggamnya batang penisku dan dielusnya langsung spontan saat itu juga penisku berdiri tegak. Dikocoknya pelanpelan tapi pasti sampaisampai aku melayang karena baru pertama kali merasakan yang seperti ini.
    Achh.. cchh.. aku hanya mendesah pelan dan tanpa kusadari tanganku memegang vagina Tante Erni yang masih di balut dengan celana pendek dan CD tapi Tante Erni hanya diam saja sambil tertawa kecil terus masih melakukan kocokannya.


    Sekitar 10 menit kemudian aku merasakan mau kencing.
    Tante sudah dulu yah aku mau kencing nih kataku.
    Sudah, kencingnya di mulut Tante saja yah enggak apaapa kok kata Tante Erni.
    Aku bingung campur heran melihat penisku dikulum dalam mulut Tante Erni karena Tante Erni tahu aku sudah mau keluar dan aku hanya bisa diam karena merasakan enaknya.
    Hhgg..achh.. Tante aku mau kencing nih bener kataku sambil meremas vagina Tante Erni yang kurasakan berdenyutdenyut.

    Tante Ernipun langsung menghisap dengan agresifnya dan badanku pun mengejang keras.
    Croott.. ser.. err.. srett.. muncratlah air maniku dalam mulut Tante Erni, Tante Erni pun langsung menyedot sambil menelan maniku sambil menjilatnya. Dan kurasakan vagina Tante Erni berdenyut kencang sampaisampai aku merasakan celana Tante Erni lembab dan agak basah.
    Enak kan Lex, pusingnya pasti hilang kan? kata Tante Erni.
    Tapi Tante aku minta maaf yah aku enggak enak sama Tante nih soalnya Tante..

    Sudah enggak apaapa kok, oh iya kencing kamu kok kental banget, wangi lagi, kamu enggak pernah ngocok Lex?
    Enggak Tante
    Tanpa kusadari tanganku masih memegang vagina Tante Erni.
    Loh tangan kamu kenapa kok di situ terus sih. Aku jadi salah tingkah
    Sudah enggak apaapa kok, Tante ngerti katanya padaku.

    Tante boleh enggak Alex megang itu Tante lagi pintaku pada Tante Erni. Tante Erni pun melepaskan celana pendeknya, kulihat celana dalam Tante Erni basah entah kenapa.
    Tante kencing yah? tanyaku.
    Enggak ini namanya Tante nafsu Lex sampaisampai celana dalam Tante basah.
    Dilepaskannya pula celana dalam Tante Erni dan mengelap vaginanya dengan handukku. Lalu Tante Erni duduk di sampingku
    Lex pegang nih enggak apaapa kok sudah Tante lap katanya. Akupun mulai memegang vagina Tante Erni dengan tangan yang agak gemetar, Tante Erni hanya ketawa kecil.


    Lex, kenapa? Biasa saja donk kok gemetar kaya gitu sih kata Tante Erni. Dia mulai memegang penisku lagi, Lex Tante mau itu nih.
    Mau apa Tante?
    Itu tuh, aku bingung atas permintaan Tante Erni.
    Hmm itu tuh, punya kamu di masukin ke dalam itunya Tante kamu mau kan?
    Tapi Alex enggak bisa Tante caranya
    Sudah, kamu diam saja biar Tante yang ajarin kamu yah kata Tante Erni padaku.

    Mulailah tangannya mengelus penisku biar bangun kembali tapi aku juga enggak tinggal diam aku coba mengeluselus vagina Tante Erni yang di tumbuhi bulu halus.
    Lex jilatin donk punya Tante yah katanya.
    Tante Alex enggak bisa, nanti muntah lagi
    Coba saja Lex
    Tante pun langsung mengambil posisi 69. Aku di bawah, Tante Erni di atas dan tanpa pikir panjang Tante Erni pun mulai mengulum penisku.
    Achh.. hgghhghh.. Tante

    Aku pun sebenarnya ada rasa geli tapi ketika kucium vagina Tante Erni tidak berbau apaapa. Aku mau juga menjilatinya kurang lebih baunya vagina Tante Erni seperti wangi daun pandan (asli aku juga bingung kok bisa gitu yah) aku mulai menjilati vagina Tante Erni sambil tanganku melepaskan kaus u can see Tante Erni dan juga melepaskan kaitan BHnya, kini kami samasama telanjang bulat.
    Tante Erni pun masih asyik mengulum penisku yang masih layu kemudian Tante Erni menghentikannya dan berbalik menghadapku langsung mencium bibirku dengan nafas yang penuh nafsu dan menderu.
    Kamu tahu enggak mandi kucing Lex kata Tante Erni.


    Aku hanya menggelengkan kepala dan Tante Erni pun langsung menjilati leherku menciuminya sampaisampai aku menggelinjang hebat, ciumannya berlanjut sampai ke putingku, dikulumnya di jilatnya, lalu ke perutku, terus turun ke selangkanganku dan penisku pun mulai bereaksi mengeras.
    Dijilatinya paha sebelah dalamku dan aku hanya menggelinjang hebat karena di bagian ini aku tak kuasa menahan rasa geli campur kenikmatan yang begitu dahsyat. Tante Erni pun langsung menjilati penisku tanpa mengulumnya seperti tadi dia menghisaphisap bijiku dan juga terus sampaisampai lubang pantatku pun dijilatinya sampai aku merasakan anusku basah.

    Kulihat payudara Tante Erni mengeras, Tante Erni menjilati sampai ke betisku dan kembali ke bibirku dikulumnya sambil tangannya mengocok penisku, tanganku pun meremas payudara Tante Erni. Entah mengapa aku jadi ingin menjilati vagina Tante Erni, langsung Tante Erni kubaringkan dan aku bangun, langsung kujilati vagina Tante Erni seperti menjilati es krim.
    Achh.. uhh.. hhghh.. acch Lex enak banget terus Lex, yang itu isep jilatin Lex kata Tante Erni sambil menunjuk sesuatu yang menonjol di atas bibir vaginanya.
    Aku langsung menjilatinya dan menghisapnya, banyak sekali lendir yang keluar dari vagina Tante Erni tanpa sengaja tertelan olehku.
    Lex masukin donk Tante enggak tahan nih

    Tante gimana caranya?
    Tante Erni pun menyuruhku tidur dan dia jongkok di atas penisku dan langsung menancapkannya ke dalam vaginanya. Tante Erni naik turun seperti orang naik kuda kadang melakukan gerakan maju mundur. Setengah jam kami bergumul dan Tante Erni pun mengejang hebat.
    Lex Tante mau keluar nih eghh.. huhh achh erang Tante Erni.
    Akupun di suruhnya untuk menaik turunkan pantatku dan tak lama kurasakan ada sesuatu yang hangat mengalir dari dalam vagina Tante Erni. Hmm sungguh pengalaman pertamaku dan juga kurasakan vagina Tante Erni munguruturut penisku dan juga menyedotnya. Kurasakan Tante Erni sudah orgasme dan permainan kami terhenti sejenak. Tante Erni tidak mencabut penisku dan membiarkanya di dalam vaginanya.
    Lex nanti kalau mau kencing kaya tadi bilang ya pinta Tante Erni padaku.


    Akupun langsung mengiyakan tanpa mengetahui maksudnya dan Tante Ernipun langsung mengocok penisku dengan vaginanya dengan posisi yang seperti tadi.
    Achh .. Tante enak banget achh.., gfggfgfg.. kataku dan tak lama aku pun merasakan hal yang seperti tadi lagi.
    Tante Alex kayanya mau kencing niih
    Tante Erni pun langsung bangun dan mengulum penisku yang masih lengket dengan cairan kewanitaanya, tanpa malu dia menghisapnya dan tak lama menyemburlah cairan maniku untuk yang ke 2 kalinya dan seperti yang pertama Tante Erni pun menelannya dan menghisap ujung kepala penisku untuk menyedot habis maniku dan akupun langsung lemas tapi disertai kenikmatan yang alang kepalang.

    Kami pun langsung mandi ke kamar mandi berdua dengan telanjang bulat dan kami melakukannya lagi di kamar mandi dengan posisi Tante Erni menungging di pinggir bak mandi. Aku melakukannya dengan cermat atas arahan Tante Erni yang hebat. Selasai itu jam pun menunjukan pukul 1 siang langsung makan siang dengan telur dadar buatan Tante Erni, setelah itu kamipun capai sekali sampaisampai tertidur dengan Tante Erni di sampingku, tapi tanganku kuselipkan di dalam celana dalam Tante Erni.
    Kami terbangun pada pukul 3 sore dan sekali lagi kami melakukannya atas permintaan Tante Erni, tepat jam 4:30 kami mengakhiri dan kembali mandi, dan rombongan ibuibu pun pulang pukul 6 sore.
    Lex kamu sudah baikan? tanya Mamiku.
    Sudah mam, aku sudah seger n fit nih kataku.

    Kamu kasih makan apa Ni, si Alex sampaisampai langsung sehat tanya Mami sama Tante Erni.
    Hanya bubur ayam sama makan siang telur dadar terus kukasih saja obat anti panas kata Tante Erni.
    Esoknya kamipun pulang ke jakarta dan di mobil pun aku duduk di samping Tante Erni yang semobil denganku. Mami yang menyopir ditemani Ibu Herman di depan. Di dalam mobilpun aku masih mencuricuri memegang barangnya Tante Erni.
    Sampai sekarang pun aku masih suka melakukannya dengan Tante Erni bila rumahku kosong atau terkadang ke hotel dengan Tante Erni. Sekali waktu aku pernah mengeluarkan spermaku di dalam sampai 3 kali. Kini Tante Erni sudah dikarunia 2 orang anak yang cantik. Baru kuketahui bahwa suami Tante Erni ternyata menagalami ejakulasi dini. Sebenarnya kini aku bingung akan status anak Tante Erni.


    Yah, begitulah kisahku sampai sekarang aku tetap menjadi PIL Tante Erni bahkan aku jadi lebih suka dengan wanita yang lebih tua dariku. Pernah juga aku menemani seorang kenalan Tante Erni yang nasibnya sama seperti Tante Erni, mempunyai suami yang ejakulasi dini dan suka daun muda buat obat awet muda, dengan menelan air mani pria muda.

  • Kisah Memek Lusi, Saudara Tiriku yang Liar

    Kisah Memek Lusi, Saudara Tiriku yang Liar


    3332 views

    Cerita Sex ini berjudul ” Lusi, Saudara Tiriku yang Liar ” Cerita Dewasa,Cerita Hot,Cerita Sex Panas,Cerita Sex Bokep,Kisah Seks,Kisah Mesum,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Janda,Jilbab,Terbaru 2018.

    Duniabola99.com – Ku ini dimulai, waktu aku SMA kelas 3, waktu itu aku baru sebulan tinggal sama ayah tiriku. Ibu menikah dengan orang ini karena karena tidak tahan hidup menjanda lama-lama. Yang aku tidak sangka-sangka ternyata ayah tiriku punya 2 anak cewek yang keren dan seksi habis, yang satu sekolahnya sama denganku, namanya Lusi dan yang satunya lagi sudah kuliah, namanya Riri. Si Lusi cocok sekali kalau dijadikan bintang iklan obat pembentuk tubuh, nah kalau si Riri paling cocok untuk iklan BH sama suplemen payudara.


    Sejak pertama aku tinggal, aku selalu berangan-angan bahwa dapat memiliki mereka, tapi angan-angan itu selalu buyar oleh berbagai hal. Dan siang ini kebetulan tidak ada orang di rumah selain aku dengan Lusi, ini juga aku sedang kecapaian karena baru pulang sekolah. “Lus! entar kalau ada perlu sama aku, aku ada di kamar,” teriakku dari kamar.Aku mulai menyalakan komputerku dan karena aku sedang suntuk, aku mulai dech surfing ke situs-situs porno kesayanganku, tapi enggak lama kemudian Lusi masuk ke kamar sambil bawa buku, kelihatannya dia mau tanya pelajaran. “Ben, kemaren kamu udah nyatet Biologi belom, aku pinjem dong!” katanya dengan suara manja. Tanpa memperdulikan komputerku yang sedang memutar film BF via internet, aku mengambilkan dia buku di rak bukuku yang jaraknya lumayan jauh dengan komputerku.

    “Lus..! nich bukunya, kemarenan aku udah nyatet,” kataku.
    Lusi tidak memperhatikanku tapi malah memperhatikan film BF yang sedang di komputerku.
    “Lus.. kamu bengong aja!” kataku pura-pura tidak tahu.
    “Eh.. iya, Ben kamu nyetel apa tuh! aku bilangin bonyok loh!” kata Lusi.
    “Eeh… kamu barusan kan juga liat, aku tau kamu suka juga kan,” balas aku.
    “Mending kita nonton sama-sama, tenang aja aku tutup mulut kok,” ajakku berusaha mencari peluang.
    “Bener nich, kamu kagak bilang?” katanya ragu.
    “Suwer dech!” kataku sambil mengambilkan dia kursi.

    Lusi mulai serius menonton tiap adegan, sedangkan aku serius untuk terus menatap tubuhnya.
    “Lus, sebelum ini kamu pernah nonton bokep kagak?” tanyaku.
    “Pernah, noh aku punya VCD-nya,” jawabnya.
    Wah gila juga nich cewek, diam-diam nakal juga.
    “Kalau ML?” tanyaku lagi.
    “Belom,” katanya, “Tapi… kalo sendiri sich sering.”
    Wah makin berani saja aku, yang ada dalam pikiranku sekarang cuma ML sama dia. Bagaimana caranya si “Beni Junior” bisa puas, tidak peduli saudara tiri, yang penting nafsuku hilang.

    Melihat dadanya yang naik-turun karena terangsang, aku jadi semakin terangsang, dan batang kemaluanku pun makin tambah tegang.
    “Lus, kamu terangsang yach, ampe napsu gitu nontonnya,” tanyaku memancing.
    “Iya nic Ben, bentar yach aku ke kamar mandi dulu,” katanya.
    “Eh… ngapain ke kamar mandi, nih liat!” kataku menunjuk ke arah celanaku.
    “Kasihanilah si Beni kecil,” kataku.
    “Pikiran kamu jangan yang tidak-tidak dech,” katanya sambil meninggalkan kamarku.
    “Tenang aja, rumah kan lagi sepi, aku tutup mulut dech,” kataku memancing.


    Dan ternyata tidak ia gubris, bahkan terus berjalan ke kamar mandi sambil tangan kanannya meremas-remas buah dadanya dan tangan kirinya menggosok-gosok kemaluannya, dan hal inilah yang membuatku tidak menyerah. Kukejar terus dia, dan sesaat sebelum masuk kamar mandi, kutarik tangannya, kupegang kepalanya lalu kemudian langsung kucium bibirnya. Sesaat ia menolak tapi kemudian ia pasrah, bahkan menikmati setiap permainan lidahku. “Kau akan aku berikan pengalaman yang paling memuaskan,” kataku, kemudian kembali melanjutkan menciumnya. Tangannya membuka baju sekolah yang masih kami kenakan dan juga ia membuka BH-nya dan meletakkan tanganku di atas dadanya, kekenyalan dadanya sangat berbeda dengan gadis lain yang pernah kusentuh.

    Perlahan ia membuka roknya, celanaku dan celana dalamnya. “Kita ke dalam kamar yuk!” ajaknya setelah kami berdua sama-sama bugil, “Terserah kaulah,” kataku, “Yang penting kau akan kupuaskan.” Tak kusangka ia berani menarik penisku sambil berciuman, dan perlahan-lahan kami berjalan menuju kamarnya. “Ben, kamu tiduran dech, kita pake ‘69′ mau tidak?” katanya sambil mendorongku ke kasurnya. Ia mulai menindihku, didekatkan vaginanya ke mukaku sementara penisku diemutnya, aku mulai mencium-cium vaginanya yang sudah basah itu, dan aroma kewanitaannya membuatku semakin bersemangat untuk langsung memainkan klitorisnya.

    Tak lama setelah kumasukkan lidahku, kutemukan klitorisnya lalu aku menghisap, menjilat dan kadang kumainkan dengan lidahku, sementara tanganku bermain di dadanya. Tak lama kemudian ia melepaskan emutannya. “Jangan hentikan Ben… Ach… percepat Ben, aku mau keluar nich! ach… ach… aachh… Ben… aku ke.. luar,” katanya berbarengan dengan menyemprotnya cairan kental dari vaginanya. Dan kemudian dia lemas dan tiduran di sebelahku.

    “Lus, sekali lagi yah, aku belum keluar nich,” pintaku.
    “Bentar dulu yach, aku lagi capek nich,” jelasnya.
    Aku tidak peduli kata-katanya, kemudian aku mulai mendekati vaginanya.
    “Lus, aku masukkin sekarang yach,” kataku sambil memasukkan penisku perlahan-lahan.
    Kelihatannya Lusi sedang tidak sadarkan diri, dia hanya terpejam coba untuk beristirahat. Vagina Lusi masih sempit sekali, penisku dibuat cuma diam mematung di pintunya. Perlahan kubuka dengan tangan dan terus kucoba untuk memasukkannya, dan akhirnya berhasil penisku masuk setengahnya, kira-kira 7 cm.


    “Jangan Ben… entar aku hamil!” katanya tanpa berontak.
    “Kamu udah mens belom?” tanyaku.
    “Udah, baru kemaren, emang kenapa?” katanya.
    Sambil aku masukkan penisku yang setengah, aku jawab pertanyaannya,
    “Kalau gitu kamu kagak bakal hamil.”
    “Ach… ach… ahh…! sakit Ben, a.. ach… ahh, pelan-pelan, aa… aach… aachh…!” katanya berteriak nikmat.
    “Tenang aja cuma sebentar kok, Lus mending doggy style dech!” kataku tanpa melepaskan penis dan berusaha memutar tubuhnya.
    Ia menuruti kata-kataku, lalu mulai kukeluar-masukkan penisku dalam vaginanya dan kurasa ia pun mulai terangsang kembali, karena sekarang ia merespon gerakan keluar-masukku dengan menaik-turunkan pinggulnya.

    “Ach… a… aa ach…” teriaknya.
    “Sakit lagi Ben… a.. aa… ach…”
    “Tahan aja, cuma sebentar kok,” kataku sambil terus bergoyang dan meremas-remas buah dadanya.
    “Ben,. ach pengen… ach.. a… keluar lagi Ben…” katanya.
    “Tunggu sebentar yach, aku juga pengen nich,” balasku.
    “Cepetan Ben, enggak tahan nich,” katanya semakin menegang.
    “A… ach… aachh…! yach kan keluar.”
    “Aku juga Say…” kataku semakin kencang menggenjot dan akhirnya setidaknya enam tembakan spermaku di dalam vaginanya.

    Kucabut penisku dan aku melihat seprei, apakah ada darahnya atau tidak? tapi tenyata tidak.
    “Lus kamu enggak perawan yach,” tanyaku.
    “Iya Ben, dulu waktu lagi masturbasi nyodoknya kedaleman jadinya pecah dech,” jelasnya.
    “Ben ingat loh, jangan bilang siapa-siapa, ini rahasia kita aja.””Oh tenang aja aku bisa dipercaya kok, asal lain kali kamu mau lagi.
    “Siapa sih yang bisa nolak ‘Beni Junior’,” katanya mesra.

    Setelah saat itu setidaknya seminggu sekali aku selalu melakukan ML dengan Lusi, terkadang aku yang memang sedang ingin atau terkadang juga Lusi yang sering ketagihan, yang asyik sampai saat ini kami selalu bermain di rumah tanpa ada seorang pun yang tahu, kadang tengah malam aku ke kamar Lusi atau sebaliknya, kadang juga saat siang pulang sekolah kalau tidak ada orang di rumah.

    Kali ini kelihatannya Lusi lagi ingin, sejak di sekolah ia terus menggodaku, bahkan ia sempat membisikkan kemauannya untuk ML siang ini di rumah, tapi malangnya siang ini ayah dan ibu sedang ada di rumah sehingga kami tak jadi melakukan ini. Aku menjanjikan nanti malam akan main ke kamarnya, dan ia mengiyakan saja, katanya asal bisa ML denganku hari ini ia menurut saja kemauanku.


    Ternyata sampai malan ayahku belum tidur juga, kelihatannya sedang asyik menonton pertandingan bola di TV, dan aku pun tidur-tiduran sambil menunggu ayahku tertidur, tapi malang malah aku yang tertidur duluan. Dalam mimpiku, aku sedang dikelitiki sesuatu dan berusaha aku tahan, tapi kemudian sesuatu menindihku hingga aku sesak napas dan kemudian terbangun.

    “Lusi! apa Ayah sudah tidur?” tanyaku melihat ternyata Lusi yang menindihiku dengan keadaan telanjang.
    “kamu mulai nakal Ben, dari tadi aku tunggu kamu, kamu tidak datang-datang juga. kamu tau, sekarang sudah jam dua, dan ayah telah tidur sejak jam satu tadi,” katanya mesra sambil memegang penisku karena ternyata celana pendekku dan CD-ku telah dibukanya.
    “Yang nakal tuh kamu, Bukannya permisi atau bangunin aku kek,” kataku.
    “kamu tidak sadar yach, kamu kan udah bangun, tuh liat udah siap kok,” katanya sambil memperlihatkan penisku.
    “Aku emut yach.”
    Emutanya kali ini terasa berbeda, terasa begitu menghisap dan kelaparan.
    “Lus jangan cepet-cepet dong, kasian ‘Beni Junior’ dong!”
    “Aku udah kepengen berat Ben!” katanya lagi.
    “Mending seperti biasa, kita pake posisi ‘69′ dan kita sama-sama enak,” kataku sembil berputar tanpa melepaskan emutannya kemudian sambil terus diemut.
    Aku mulai menjilat-jilat vaginanya yang telah basah sambil tanganku memencet-mencet payudaranya yang semakin keras, terus kuhisap vaginanya dan mulai kumasukkan lidahku untuk mencari-cari klitorisnya.
    “Aach… achh…” desahnya ketika kutemukan klitorisnya.
    “Ben! kamu pinter banget nemuin itilku, a.. achh.. ahh..”
    “kamu juga makin pinter ngulum ‘Beni’ kecil,” kataku lagi”
    “Ben, kali ini kita tidak usah banyak-banyak yach, aa.. achh..” katanya sambil mendesah.
    “Cukup sekali aja nembaknya, taapi… sa.. ma.. ss.. sa… ma… maa ac… ach…” katanya sambil menikmati jilatanku.
    “Tapi Ben aku.. ma.. u.. keluar nich! Ach.. a… aahh…” katanya sambil menegang kemudian mengeluarkan cairan dari vaginanya.

    “Kayaknya kamu harus dua kali dech!” kataku sambil merubah posisi.
    “Ya udah dech, tapi sekarang kamu masukin yach,” katanya lagi.
    “Bersiaplah akan aku masukkan ini sekarang,” kataku sambil mengarahkan penisku ke vaginanya.
    “Siap-siap yach!”
    “Ayo dech,” katanya.
    “Ach… a… ahh…” desahnya ketika kumasukkan penisku.
    “Pelan-pelan dong!”
    “Inikan udah pelan Lus,” kataku sambil mulai bergoyang.
    “Lus, kamu udah terangsang lagi belon?” tanyaku.
    “Bentar lagi Ben,” katanya mulai menggoyangkan pantatnya untuk mengimbangiku, dan kemudian dia menarik kepalaku dan memitaku untuk sambil menciumnya.

    “Sambil bercumbu dong Ben!”
    Tanpa disuruh dua kali aku langsung mncumbunya, dan aku betul-betul menikmati permainan lidahnya yang semakin mahir.
    “Lus kamu udah punya pacar belom?” tanyaku.”Aku udah tapi baru abis putus,” katanya sambil mendesah.
    “Ben pacar aku itu enggak tau loh soal benginian, cuma kamu loh yang beginian sama aku.”
    “Ach yang bener?” tanyaku lagi sambil mempercepat goyangan.
    “Ach.. be.. ner.. kok Ben, a.. aa… ach.. achh,” katanya terputus-putus.
    “Tahan aja, atau kamu mau udahan?” kataku menggoda.
    “Jangan udahan dong, aku baru kamu bikin terangsang lagi, kan kagak enak kalau udahan, achh… aa… ahh… aku percepat yach Ben,” katanya.

    Kemudian mempercepat gerakan pinggulnya.
    “Kamu udah ngerti gimana enaknya, bentar lagi kayaknya aku bakal keluar dech,” kataku menyadari bahwa sepermaku sudah mengumpul di ujung.
    “Achh… ach… bentar lagi nih.”
    “Tahan Ben!” katanya sambil mengeluarkan penisku dari vaginanya dan kemudian menggulumnya sambil tanganya mamainkan klitorisnya.
    “Aku juga Ben, bantu aku cari klitorisku dong!” katanya menarik tanganku ke vaginanya.
    Sambil penisku terus dihisapnya kumainkan klitorisnya dengan tanganku dan…
    “Achh… a… achh… achh… ahh…” desahku sambil menembakkan spermaku dalam mulutnya.
    “Aku juga Ben…” katanya sambil menjepit tanganku dalam vaginanya.
    “Ach… ah… aa.. ach…” desahnya.


    “Aku tidur di sini yach, nanti bangunin aku jam lima sebelum ayah bagun,” katanya sambil menutup mata dan kemudian tertidur, di sampingku.
    Tepat jam lima pagi aku bangun dan membangunkanya, kemudian ia bergegas ke kamar madi dan mempersiapkan diri untuk sekolah, begitu juga dengan aku. Yang aneh siang ini tidak seperti biasanya Lusi tidak pulang bersamaku karena ia ada les privat, sedangkan di rumah cuma ada Mbak Riri, dan anehnya siang-siang begini Mbak Riri di rumah memakai kaos ketat dan rok mini seperti sedang menunggu sesuatu.

    “Siang Ben! baru pulang? Lusi mana?” tanyanya.
    “Lusi lagi les, katanya bakal pulang sore,” kataku, “Loh Mbak sendiri kapan pulang? katanya dari Solo yach?”
    “Aku pulang tadi malem jam tigaan,” katanya.
    “Ben, tadi malam kamu teriak sendirian di kamar ada apa?”
    Wah gawat sepertinya Mbak Riri dengar desahannya Lusi tadi malam.
    “Ach tidak kok, cuma ngigo,” kataku sambil berlalu ke kamar.
    “Ben!” panggilnya, “Temenin Mbak nonton VCD dong, Mbak males nich nonton sendirian,” katanya dari kamarnya.
    “Bentar!” kataku sambil berjalan menuju kamarnya, “Ada film apa Mbak?” tanyaku sesampai di kamarnya.
    “Liat aja, nanti juga tau,” katanya lagi.
    “Mbak lagi nungguin seseorang yach?” tanyaku.
    “Mbak, lagi nungguin kamu kok,” katanya datar, “Tuh liat filmnya udah mulai.”

    “Loh inikan…?” kataku melihat film BF yang diputarnya dan tanpa meneruskan kata-kataku karena melihat ia mendekatiku. Kemudian ia mulai mencium bibirku.
    “Mbak tau kok yang semalam,” katanya, “Kamu mau enggak ngelayanin aku, aku lebih pengalaman dech dari Lusi.”
    Wah pucuk di cinta ulam tiba, yang satu pergi datang yang lain.
    “Mbak, aku kan adik yang berbakti, masak nolak sich,” godaku sambil tangan kananku mulai masuk ke dalam rok mininya menggosok-gosok vaginanya, sedangkan tangan kiriku masuk ke kausnya dan memencet-mencet payudaranya yang super besar.
    “Kamu pinter dech, tapi sayang kamu nakal, pinter cari kesempatan,” katanya menghentikan ciumannya dan melepaskan tanganku dari dada dan vaginanya.
    “Mbak mau ngapain, kan lagi asyik?” tanyaku.”Kamu kagak sabaran yach, Mbak buka baju dulu terus kau juga, biar asikkan?” katanya sambil membuka bajunya.

    Aku juga tak mau ketinggalan, aku mulai membuka bajuku sampai pada akhirnya kami berdua telanjang bulat.
    “Tubuh Mbak bagus banget,” kataku memperhatikan tubuhnya dari atas sampai ujung kaki, benar-benar tidak ada cacat, putih mulus dan sekal.
    Ia langsung mencumbuku dan tangan kanannya memegang penisku, dan mengarahkan ke vaginanya sambil berdiri.
    “Aku udah enggak tahan Ben,” katanya.
    Kuhalangi penisku dengan tangan kananku lalu kumainkan vaginanya dengan tangan kiriku.
    “Nanti dulu ach, beginikan lebih asik.”
    “Ach… kamu nakal Ben! pantes si Lusi mau,” katanya mesra.baca juga foto bugil abg terbaru

    “Ben…! Mbak…! lagi dimana kalian?” terdengar suara Lusi memanggil dari luar.
    “Hari ini guru lesnya tidak masuk jadi aku dipulangin, kalian lagi dimana sich?” tanyanya sekali lagi.
    “Masuk aja Lus, kita lagi pesta nich,” kata Mbak Riri.
    “Mbak! Entar kalau Lusi tau gimana?” tanyaku.
    “Ben jangan panggil Mbak, panggil aja Riri,” katanya dan ketika itu aku melihat Lusi di pintu kamar sedang membuka baju.
    “Rir, aku ikut yach!” pinta Lusi sambil memainkan vaginanya.
    “Ben kamu kuat nggak?” tanya Riri.
    “Tenang aja aku kuat kok, lagian kasian tuch Lusi udah terangsang,” kataku.
    “Lus cepet sinih emut ‘Beni Junior’,” ajakku.

    Tanpa menolak Lusi langsung datang mengemut penisku.
    “Mending kita tiduran, biar aku dapet vaginamu,” kataku pada Riri.
    “Ayo dech!” katanya kemudian mengambil posisi.
    Riri meletakkan vaginanya di atas kepalaku, dan kepalanya menghadap vagina Lusi yang sedang mengemut penisku.
    “Lus, aku maenin vaginamu,” katanya.
    Tanpa menunggu jawaban dari Lusi ia langsung bermain di vaginanya.Permainan ini berlangsung lama sampai akhirnya Riri menegangkan pahanya, dan… “Ach… a… aach… aku keluar…” katanya sambil menyemprotkan cairan di vaginanya.

    “Sekarang ganti Lusi yach,” kataku.
    Kemudian aku bangun dan mengarahkan penisku ke vaginanya dan masuk perlahan-lahan.
    “Ach… aach…” desah Lusi.
    “Kamu curang, Lusi kamu masukin, kok aku tidak?” katanya.
    “Abis kamu keluar duluan, tapi tenang aja, nanti abis Lusi keluar kamu aku masukin, yang penting kamu merangsang dirimu sendiri,” kataku.
    “Yang cepet dong goyangnya!” keluh Lusi.
    Kupercepat goyanganku, dan dia mengimbanginya juga.
    “Kak, ach… entar lagi gant… a… ach.. gantian yach, aku.. mau keluar ach… aa… a… ach…!” desahnya, kemudian lemas dan tertidur tak berdaya.

    “Ayo Ben tunggu apa lagi!” kata Riri sambil mengangkang mampersilakan penisku untuk mencoblosnya.
    “Aku udah terangsang lagi.”
    Tanpa menunggu lama aku langsung mencoblosnya dan mencumbunya.
    “Gimana enak penisku ini?” tanyaku.
    “Penis kamu kepanjangan,” katanya, “tapi enak!”.
    “Kayaknya kau nggak lama lagi dech,” kataku.
    “Sama, aku juga enggak lama lagi,” katanya, “Kita keluarin sama-sama yach!” terangnya.
    “Di luar apa di dalem?” tanyaku lagi.
    “Ach… a… aach… di.. dalem… aja…” katanya tidak jelas karena sambil mendesah.
    “Maksudku, ah.. ach.. di dalem aja… aah… ach… bentar lagi…”
    “Aku… keluar… ach… achh… ahh…” desahku sambil menembakkan spermaku.
    “Ach… aach… aku… ach.. juga…” katanya sambil menegang dan aku merasakan cairan membasahi penisku dalam vaginanya.


    Akhirnya kami bertiga tertidur di lantai dan kami bangun pada saat bersamaan.
    “Ben aku mandi dulu yach, udah sore nich.”
    “Aku juga ach,” kataku.
    “Ben, Lus, lain kali lagi yach,” pinta Riri.
    “Itu bisa diatur, asal lagi kosong kayak gini, ya nggak Ben!” kata Lusi.
    “Kapan aja kalian mau aku siap,” kataku.
    “Kalau gitu kalian jangan mandi dulu, kita main lagi yuk!” kata Riri mulai memegang penisku.

    Akhirnya kami main lagi sampai malam dan kebetulan ayah dan ibu telepon dan mengatakan bahwa mereka pulangnya besok pagi, jadi kami lebih bebas bermain, lagi dan lagi. Kemudian hari selanjutya kami sering bermain saat situasi seperti ini, kadang tengah malam hanya dengan Riri atau hanya Lusi. Oh bapak tiri, ternyata selain harta banyak, kamu juga punya dua anak yang siap menemaniku kapan saja, ohh nikmatnya hid.

    Kisah Seks,Cerita Sex,Cerita Panas,Cerita Bokep,Cerita Hot,Cerita Mesum,Cerita Dewasa,Cerita Ngentot,Cerita Sex Bergambar,Cerita ABG,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Pasutri.

  • Kisah Memek Mahasiswi Bringas Seks

    Kisah Memek Mahasiswi Bringas Seks


    2368 views

    Duniabola99.com – Cerita ini terjadi beberapa waktu yang lalu. Semuanya bermula ketika penerimaan mahasiswa baru di kampusku. O iya, aku adalah salah satu mahasiswa di salah satu perguruan tinggi ternama di kotaku. Saat itu, maklumlah namanya juga senior, maka semua mahasiswa baru baik itu mahasiswa baru cowok maupun cewek tunduk atas semua perintahku. Agen Joker8899


    Pada hari kedua orientasi pengenalan kampus, aku berkenalan dengan seorang mahasiswa baru yang bernama Reny dan berasal dari luar pulau. Anaknya imut-imut, manis dan lucu, membuatku sangat tertarik kepadanya. Berbagai cara pun kucoba untuk melakukan pendekatan, sehingga berhasil menjadikannya pacar.

    Singkat cerita, setelah dua bulan pacaran aku mengajak dia jalan-jalan ke rumahku yang kebetulan lagi kosong. Setelah sampai di rumah, kami bercerita sebentar, mulai dari hal-hal yang berbau kampus hingga menyentuh masalah seks. Ternyata ia melayaniku dengan semangat, sampai pikiranku pun melayang ke hal-hal yang tidak-tidak. Aku berusaha memancingnya terus dengan menambah bumbu-bumbu cerita, dan dia pun terangsang. Perlahan-lahan kudekatkan tubuhku padanya dengan hati-hati, takut siapa tahu dia menolak. Diluar dugaan, dia tidak menghindar, maka kucoba lebih jauh lagi dengan cara menciumnya. Ternyata dia membalas kecupanku dengan penuh nafsu. Aku menjadi lebih berani lagi.

    Aku berusaha untuk membuka baju dan celana panjang yang ia pakai. Ohh betapa indahnya bentuk tubuhnya ketika kulihat hanya menggunakan penutup buah dada dan celana dalam putihnya. Aku pun tidak tahan lagi, sambil mengulum bibirnya yang basah, aku pun membuka seluruh pakaianku. Dia terkejut dan takjub ketika melihat batang kemaluanku yang besar telah tegang.
    Dia membuka penutup dada dan celana dalamnya dan memegang batang kemaluanku sambil berkata, “Kak, besar sekali punyamu, aku kok ingin mencobanya..!”
    Sambil menahan nafsu, aku membaringkan Reny ke lantai.

    Awalnya kami hanya bergelut dengan saling berpelukan saja, tetapi keinginan untuk melakukan yang lebih dari itu pun tidak dapat kami bendung lagi. Hingga pikiran sehat dan rasa ingin memeperlakukan Reny selayaknya wanita yang baik pun sirna saat itu. Kami saat itu sudah dilingkupi oleh keinginan birahi yang sangat tinggi.
    “Ren.., aku ingin mencium milikmu, boleh kan..?” tanyaku merayunya.
    “Oh.., Kak.. Lakukan saja, aku sudah tidak tahan lagi..!” jawabnya sambil tangannya mencoba memegang batang kemaluanku yang sudah berdiri tegak itu.


    Kami saling melakukan oral seks dengan posisi 69. Kegiatan kami yang satu itu berlangsung hingga 10 menit, dan kami pun terhenti bersamaan karena rupanya sama-sama menginginkan hal yang lebih lagi.

    Setelah itu aku mulai memasukkan batang kemaluanku ke dalam liang keperawanannya secara perlahan-lahan. Dia meringis menahan sakit yang teramat sangat, tapi tidak berusaha untuk menolakku. Aku pun bertambah semangat untuk mengocok liang keperawanannya dengan cepat sambil menggoyangkan pinggulku.

    Setelah 15 menit kami bermain cinta, aku mengajaknya terbang ke alam nikmat.
    Aku mendengarnya mendesis, “Ssshh.. ahh.. Kak.., nikmat sekali.., teruuss.. Kaak.. sepertinya ada yang mau keluaarr..”
    Aku berpikir bahwa dia sudah mencapai orgasme yang pertama, terus saja aku mengocoknya dan tiba-tiba, “Kakk.. aku keluar..!” dan memuncratlah cairan kental berwarna putih kemerah-merahan, tanda bahwa keperawanannya telah kutembus.

    Sampai empat kali dia mengalami orgasme. Dia kulihat mengalami lemas lunglai, sedangkan aku sendiri belum. Lama-kelamaan daya tahanku mulai berkurang juga. Sambil menahan rintihan kenikamatan, aku merasa spermaku sudah saatnya dikeluarkan. Aku pun mengeluarkan batang kemaluanku dari dalam liang kewanitaannya sambil mengerang.
    “Aaahh.. Reny.. kamu betul-betul hebat sayang..!” dan cairan putih kental dari dalam batang kemaluanku tertumpah di wajahnya.
    Dia kemudian menjilati batang kemaluanku yang besar itu sambil tersenyum puas.


    Setelah bersih dari cairan sperma dan cairan kewanitaannya, aku pun mengecup bibirnya dengan hangat. Kami kembali melakukan percintaan sambil berpelukan di bawah lantai. Tidak terasa kami pun tertidur pulas.

    Setelah terbangun, aku melihat Reny masih tertidur pulas di lantai. Aku duduk sebentar di sofa. Tiba-tiba aku teringat pengalaman masa lalu saat aku berumur 15 tahun. Aku mempunyai seorang tante yang bernama persis dengan nama pacarku ini. Ya, nama tanteku juga Reny. Waktu itu aku dan tante tinggal serumah, karena ayah dan ibuku lagi keluar kota untuk mengurus pernikahanpamanku.

    Karena takut tidur sendiri, maka tanteku minta tolong agar aku menemaninya di kamarnya, kebetulan di kamar tanteku ada dua buah tempat tidur yang letaknya bersampingan. Malam itu entah karena kelelahan, aku dan tanteku lupa memasang anti nyamuk elektrik, dan bisa ditebak seluruh badanku diserbu nyamuk yang memang tidak tahu diri.

    Tengah malam aku terbangun karena tidak tahan akan serangan nyamuk yang tidak tahu diri itu. Aku berbalik ke arah tanteku dan melihat dia tertidur pulas sekali. Karena kamar itu hanya diterangi lampu pijar 10 watt, maka samar-samar aku dapat melihat tubuh molek tanteku yang terbaring merangsang. O ya, walaupun sudah berumur 26 tahun, tanteku mempunyai wajah yang masih sangat muda dan cantik. Entah karena nafsu, aku memberanikan diri menghampiri tanteku. Kulihat daster yang dipakainya tersibak di bagian selangkangannya.

    Aku mencoba mengintip dan melihat gundukan kecil dari balik celana dalamnya. Ah, betapa aku ingin melihat yang ada di balik celana dalam itu.
    Tiba-tiba tanteku terbangun, “Hei.., apa yang kamu lakukan..?”
    Karena terkejut, aku pun menjawab asal-asalan, “Tadi aku melihat tikus tante..”
    Tante Reny menjerit sambil memelukku, “Ahh.., dimana tikusnya..?”
    Sambil terbata-bata karena gugup, aku menjawab bahwa tikusnya sudah lari. Aku pun kembali ke tempat tidur dan akhirnya tertidur pulas hingga pagi hari.

    Keesokan harinya, saat sarapan aku lihat tanteku tersenyum-senyum sendiri, tapi aku takut untukmenanyakannya. Aku merasa, kalau tanteku itu sepertinya mengetahui kelakuanku tadi malam, tapi karena memang aku masih merasa tidak enak dengan tanteku, maka aku pun diam saja.


    Malam harinya aku sengaja tidak tidur agar bisa mengambil kesempatan seperti malam sebelumnya. Dan saat itu pun tiba. Tepat tengah malam, saat kulihat tanteku tertidur pulas, aku mengendap ke tempat tidurnya dan mencoba mengintip. Astaga, yang kulihat bukan lagi celana dalam putih yang biasa dipakainya, melainkan gundukan kecil yang ditumbuhi bulu-bulu halus. Sambil membayangkan yang tidak-tidak, aku tidak menyadari bahwa celanaku sudah merosot turun. Ya, tanteku ternyata tidak tidur.
    “Masih belum tidur, De..?” tanyanya.
    Aku pun sadar karena tenyata tante Reny memegang batang kemaluanku dan berkata, “Wah.., sudah besar yaa..?”
    “Ihh.., geli tante..!” jawabku mencoba menghindari pegangan tangannya di kemaluanku.

    Tidak hanya itu saja, karena kemudian tanteku bagun dari tempat tidurnya dan langsung mengulum kemaluanku yang sudah jelas berdiri dengan tegaknya. Dia mengulum, hingga aku meringis menahan rasa nikmat dan sedikit kesakitan, karena memang tanteku terlalu bernafsu mengulum kemaluaku, hingga sempat giginya menyentuh batang rudalku. Tante Reny kemudian membuka seluruh pakaiannya dan menyuruhku untuk naik ke atas. Dia membimbingku untuk menindihnya.

    “De.., ayo naik..! Tante tahu kok kamu juga ingin kan..?” katanya manis mencoba membujukku.
    Aku pun naik dan tanteku membimbing batang kemaluanku yang saat itu masih belum terlalu besar masuk ke dalam liang kewanitaannya sambil mengerang.
    “Ayo.. De.., kamu pasti bisa. Jangan diam begitu dong..! Gerakkan maju mundur. Ayoo, yahh.. begitu.., ahh enak De..!” katanya kesetanan.
    Benar-benar aku mencoba mengerahkan segala kekuatan dan keahlian yang kudapat dari beberapa kali menonton film porno untuk menerapkannya pada perbuatan kami itu.

    “Terus De.., terus.., tante merasa enak..!” katanya memuji goyangan tubuhku dan rudalku yang mencoba memuaskan gairah kenikmatan tanteku.
    Aku pun merasa keenakan dan akhirnya, “Crutt.. crutt.. crutt..!” air maniku pun keluar.
    “Wah.., belum apa-apa sudah keluar. Tapi tidak apa-apa.., wajar kok bagi pemula..”
    “O ya.. tante.., normalnya berapa lama baru air mani keluar..?” tanyaku tanpa malu-malu lagi.
    “Satu jam..” katanya sambil tersenyum simpul.


    Kami terus saja melakukan hal itu dalam berbagai macam gaya. Aku tentu saja menikmatinya, karena itu merupakan pengalaman seks pertamaku.

    Setelah malam itu, kami beberapa kali melakukan hubungan seks sampai daya tahanku betul-betul teruji. Kami melakukan diantaranya di kamar mandi, sofa dan tentu saja kamar tanteku. Memang saat-saat bersama tanteku dulu, merupakan kenangan yang indah untuk kehidupan seksku.

    Aku terus saja melamun sampai kudengar suara Reny menegurku, ” Kak.., antarkan aku pulang..!” katanya sambil merangkul diriku.
    “Eh, Reny.., kamu sudah bangun..?” tanyaku terbata-bata karena kaget.
    “Kak.., lain kali kita bikin lagi yaa..?” pintanya manja.
    “Iyalah.., nanti. Enakkan..?” tanyaku lagi.
    “Iya.. Kakak hebat mainnya, Reny sampai ketagihan..!” katanya sambil merangkul tubuhku dengan erat dan kemudian mencium pipi kananku.
    “Iya dong.., siapa dulu..!” balasku juga sambil mencium keningnya.
    Hanya sebentar setelah percumbuan kami yang indah itu, kami berpakaian kembali dan membersihkan ruangan itu yang sempat agak berantakan. Kemudian aku pun mengantar Reny pulang dan tersenyum puas.

  • Kisah Memek Main Seks Swinger Dengan Tetangga

    Kisah Memek Main Seks Swinger Dengan Tetangga


    2286 views

    Duniabola99.com – Kurasa tidak perlu aku ceritakan tentang nama dan asalku, serta tempat dan alamatku sekarang. Usiaku sekarang sudah mendekati empat puluh tahun, kalau dipikir-pikir seharusnya aku sudah punya anak, karena aku sudah menikah hampir lima belas tahun lamanya. Walaupun aku tidak begitu ganteng, aku cukup beruntung karena mendapat isteri yang menurutku sangat cantik. Bahkan dapat dikatakan dia yang tercantik di lingkunganku, yang biasanya menimbulkan kecemburuan para tetanggaku. Isteriku bernama Resty.


    Ada satu kebiasaanku yang mungkin jarang orang lain miliki, yaitu keinginan sex yang tinggi. Mungkin para pembaca tidak percaya, kadang-kadang pada siang hari selagi ada tamu pun sering saya mengajak isteri saya sebentar ke kamar untuk melakukan hal itu. Yang anehnya, ternyata isteriku pun sangat menikmatinya.

    Walaupun demikian saya tidak pernah berniat jajan untuk mengimbangi kegilaanku pada sex. Mungkin karena belum punya anak, isteriku pun selalu siap setiap saat. Kegilaan ini dimulai saat hadirnya tetangga baruku, entah siapa yang mulai, kami sangat akrab. Atau mungkin karena isteriku yang supel, sehingga cepat akrab dengan mereka. Suaminya juga sangat baik, usianya kira-kira sebaya denganku. Hanya isterinya, woow busyet.., selain masih muda juga cantik dan yang membuatku gila adalah bodynya yang wah, juga kulitnya sangat putih mulus.

    Mereka pun sama seperti kami, belum mempunyai anak. Mereka pindah ke sini karena tugas baru suaminya yang ditempatkan perusahaannya yang baru membuka cabang di kota tempatku. Aku dan isteriku biasa memanggil mereka Mas Agus dan Mbak Rini. Selebihnya saya tidak tahu latar belakang mereka. Boleh dibilang kami seperti saudara saja karena hampir setiap hari kami ngobrol, yang terkadang di teras rumahnya atau sebaliknya. Pada suatu malam, saya seperti biasanya berkunjung ke rumahnya, setelah ngobrol panjang lebar, Agus menawariku nonton


    VCD blue yang katanya baru dipinjamnya dari temannya. Aku pun tidak menolak karena selain belum jauh malam kegiatan lainnya pun tidak ada. Seperti biasanya, film blue tentu ceritanya itu-itu saja. Yang membuatku kaget, tiba-tiba isteri Agus ikut nonton bersama kami. “Waduh, gimana ini Gus..? Nggak enak nih..!” “Nggak apa-apalah Mas, toh itu tontonan kok, nggak bisa dipegang. Kalau Mas nggak keberatan, Mbak Res diajak sekalian.” katanya menyebut isteriku. Aku tersinggung juga waktu itu. Tapi setelah kupikir-pikir, apa salahnya? Akhirnya aku pamit

    sebentar untuk memanggil isteriku yang tinggal sendirian di rumah. “Gila kamu..! Apa enaknya nonton gituan kok sama tetangga..?” kata isteriku ketika kuajak. Akhirnya aku malu juga sama isteriku, kuputuskan untuk tidak kembali lagi ke rumah Agus. Mendingan langsung tidur saja supaya besok cepat bangun. Paginya aku tidak bertemu Agus, karena sudah lebih dahulu berangkat. Di teras rumahnya aku hanya melihat isterinya sedang minum teh.

    Ketika aku lewat, dia menanyaiku tentang yang tadi malam. Aku bilang Resty tidak mau kuajak sehingga aku langsung saja tidur. Mataku jelalatan menatapinya. Busyet.., dasternya hampir transparan menampakkan lekuk tubuhnya yang sejak dulu menggodaku. Tapi ah.., mereka kan tetanggaku. Tapi dasar memang pikiranku sudah

    tidak beres, kutunda keberangkatanku ke kantor, aku kembali ke rumah menemui isteriku. Seperti biasanya kalau sudah begini aku langsung menarik isteriku ke tempat tidur. Mungkin karena sudah biasa Resty tidak banyak protes. Yang luar biasa adalah pagi ini aku benar-benar gila. Aku bergulat dengan isteriku seperti kesetanan. Kemaluan Resty kujilati sampai tuntas, bahkan kusedot sampai isteriku menjerit. Edan, kok aku sampai segila ini ya, padahal hari masih pagi.Tapi hal itu tidak terpikirkan olehku lagi. Isteriku sampai terengah-engah menikmati apa yang


    kulakukan terhadapnya. Resty langsung memegang kemaluanku dan mengulumnya, entah kenikmatan apa yang kurasakan saat itu. Sungguh, tidak dapat kuceritakan. “Mas.., sekarang Mas..!” pinta isteriku memelas. Akhirnya aku mendekatkan kemaluanku ke lubang kemaluan Resty. Dan tempat tidur kami pun ikut bergoyang. Setelah kami berdua sama-sama tergolek, tiba-tiba isteriku bertanya, “Kok Mas tiba-tiba nafsu banget sih..?” Aku diam saja

    karena malu mengatakan bahwa sebenarnya Rini lah yang menaikkan tensiku pagi ini. Sorenya Agus datang ke rumahku, “Sepertinya Mas punya kelainan sepertiku ya..?” tanyanya setelah kami berbasa-basi. “Maksudmu apa Gus..?” tanyaku heran. “Isteriku tadi cerita, katanya tadi pagi dia melihat Mas dan Mbak Resty bergulat setelah ngobrol dengannya.” Loh, aku heran, dari mana Rini nampak kami melakukannya? Oh iya, baru kusadari ternyata jendela kamar kami saling berhadapan. Agus langsung menambahkan, “Nggak usah malu Mas, saya juga maniak Mas.” katanya tanpa malu-malu. “Begini saja Mas,” tanpa harus memahami perasaanku, Agus langsung

    melanjutkan, “Aku punya ide, gimana kalau nanti malam kita bikin acara..?” “Acara apa Gus..?” tanyaku penasaran. “Nanti malam kita bikin pesta di rumahmu, gimana..?” “Pesta apaan..? Gila kamu.” “Pokoknya tenang aja Mas, kamu cuman nyediain makan dan musiknya aja Mas, nanti minumannya saya yang nyediain. Kita berempat aja, sekedar refresing ajalah Mas, kan Mas belum pernah mencobanya..?” Malamnya, menjelang pukul 20.00, Agus bersama isterinya sudah ada di rumahku. Sambil makan dan minum, kami ngobrol tentang masa muda kami. Ternyata ada


    persamaan di antara kami, yaitu menyukai dan cenderung maniak pada sex. Diiringi musik yang disetel oleh isteriku, ada perasaan yang agak aneh kurasakan. Aku tidak dapat menjelaskan perasaan apa ini, mungkin pengaruh minuman yang dibawakan Agus dari rumahnya. Tiba-tiba saja nafsuku bangkit, aku mendekati isteriku dan menariknya ke pangkuanku. Musik yang tidak begitu kencang terasa seperti menyelimuti pendengaranku. Kulihat Agus juga menarik isterinya dan menciumi bibirnya. Aku semakin terangsang, Resty juga semakin bergairah. Aku belum pernah merasakan perasaan seperti ini. Tidak berapa lama Resty sudah telanjang bulat, entah kapan aku menelanjanginya. Sesaat aku merasa bersalah, kenapa aku melakukan hal ini di depan orang lain, tetapi kemudian

    hal itu tidak terpikirkan olehku lagi. Seolah-olah nafsuku sudah menggelegak mengalahkan pikiran normalku. Kuperhatikan Agus perlahan-lahan mendudukkan Rini di meja yang ada di depan kami, mengangkat rok yang dikenakan isterinya, kemudian membukanya dengan cara mengangkatnya ke atas. Aku semakin tidak karuan memikirkan kenapa hal ini dapat terjadi di dalam rumahku. Tetapi itu hanya sepintas, berikutnya aku sudah menikmati permainan itu. Rini juga tinggal hanya mengenakan BH dan celana dalamnya saja, dan masih duduk di atas meja dengan lutut tertekuk dan terbuka menantang. Perlahan-lahan Agus membuka BH Rini, tampak dua bukit putih mulus menantang menyembul setelah penutupnya terbuka. “Kegilaan apa lagi ini..?” batinku. Seolah-olah

    Agus mengerti, karena selalu saya perhatikan menawarkan bergantian denganku. Kulihat isteriku yang masih terbaring di sofa dengan mulut terbuka menantang dengan nafas tersengal menahan nafsu yang menggelora, seolah-olah tidak keberatan bila posisiku digantikan oleh Agus. Kemudian kudekati Rini yang kini tinggal hanya mengenakan celana dalam. Dengan badan yang sedikit gemetar karena memang ini pengalaman pertamaku

    melakukannya dengan orang lain, kuraba pahanya yang putih mulus dengan lembut. Sementara Agus kulihat semakin beringas menciumi sekujur tubuh Resty yang biasanya aku lah yang melakukannya. Perlahan-lahan jari-jemariku mendekati daerah kemaluan Rini. Kuelus bagian itu, walau masih tertutup celana dalam, tetapi aroma khas kemaluan wanita sudah terasa, dan bagian tersebut sudah mulai basah. Perlahan-lahan kulepas celana


    dalamnya dengan hati-hati sambil merebahkan badannya di atas meja. Nampak bulu-bulu yang belum begitu panjang menghiasi bagian yang berada di antara kedua paha Rini ini. “Peluklah aku Mas, tolonglah Mas..!” erang Rini seolah sudah siap untuk melakukannya. Tetapi aku tidak melakukannya. Aku ingin memberikan kenikmatan yang betul-betul kenikmatan kepadanya malam ini. Kutatapi seluruh bagian tubuh Rini yang memang betul-betul sempurna. Biasanya aku hanya dapat melihatnya dari kejauhan, itu pun dengan terhalang pakaian. Berbeda kini

    bukan hanya melihat, tapi dapat menikmati. Sungguh, ini suatu yang tidak pernah terduga olehku. Seperti ingin melahapnya saja. Kemudian kujilati seluruhnya tanpa sisa, sementara tangan kiriku meraba kemaluannya yang ditumbuhi bulu hitam halus yang tidak begitu tebal. Bagian ini terasa sangat lembut sekali, mulut kemaluannya sudah mulai basah. Perlahan kumasukkan jari telunjukku ke dalam. “Sshh.., akh..!” Rini menggelinjang nikmat.

    Kuteruskan melakukannya, kini lebih dalam dan menggunakan dua jari, Rini mendesis. Kini mulutku menuju dua bukit menonjol di dada Rini, kuhisap bagian putingnya, tubuh Rini bergetar panas. Tiba-tiba tangannya meraih kemaluanku, menggenggam dengan kedua telapaknya seolah takut lepas. Posisi Rini sekarang berbaring miring, sementara aku berlutut, sehingga kemaluanku tepat ke mulutnya. Perlahan dia mulai menjilati kemaluanku. Gantian badanku sekarang yang bergetar hebat. Rini memasukkan kemaluanku ke dalam mulutnya. Ya ampun, hampir aku

    tidak sanggup menikmatinya. Luar biasa enaknya, sungguh..! Belum pernah kurasakan seperti ini. Sementara di atas Sofa Agus dan isteriku seperti membentuk angka 69. Resty ada di bawah sambil mengulum kemaluan Agus, sementara Agus menjilati kemaluan Resty. Napas kami berempat saling berkejaran, seolah-olah melakukan perjalanan panjang yang melelahkan. Bunyi Music yang entah sudah beberapa lagu seolah menambah semangat kami. Kini tiga jari kumasukkan ke dalam kemaluan Rini, dia melenguh hebat hingga kemaluanku terlepas dari


    mulutnya. Gantian aku sekarang yang menciumi kemaluannya. Kepalaku seperti terjepit di antara kedua belah pahanya yang mulus. Kujulurkan lidahku sepanjang-panjangnya dan kumasukkan ke dalam kemaluannya sambil kupermainkan di dalamnya. Aroma dan rasanya semakin memuncakkan nafsuku. Sekarang Rini terengah-engah dan kemudian menjerit tertahan meminta supaya aku segera memasukkan kemaluanku ke lubangnya. Cepat-cepat

    kurengkuh kedua pahanya dan menariknya ke bibir meja, kutekuk lututnya dan kubuka pahanya lebar-lebar supaya aku dapat memasukkan kemaluanku sambil berjongkok. Perlahan-lahan kuarahkan senjataku menuju lubang milik Rini. Ketika kepala kemaluanku memasuki lubang itu, Rini mendesis, “Ssshh.., aahhk.., aduh enaknya..! Terus Mas, masukkan lagi akhh..!” Dengan pasti kumasukkan lebih dalam sambil sesekali menarik sedikit dan mendorongnya lagi. Ada kenikmatan luar biasa yang kurasakan ketika aku melakukannya. Mungkin karena selama ini aku hanya

    melakukannya dengan isteriku, kali ini ada sesuatu yang tidak pernah kurasakan sebelumnya. Tanganku sekarang sudah meremas payudara Rini dengan lembut sambil mengusapnya. Mulut Rini pun seperti megap-megap kenikmatan, segera kulumat bibir itu hingga Rini nyaris tidak dapat bernapas, kutindih dan kudekap sekuat-kuatnya hingga Rini berontak. Pelukanku semakin kuperketat, seolah-olah tidak akan lepas lagi. Keringat sudah membasahi seluruh tubuh kami. Agus dan isteriku tidak kuperhatikan lagi. Yang kurasakan sekarang adalah sebuah petualangan

    yang belum pernah kulalui sebelumnya. Pantatku masih naik turun di antara kedua paha Rini. Luar biasa kemaluan Rini ini, seperti ada penyedot saja di dalamnya. Kemaluanku seolah tertarik ke dalam. Dinding-dindingnya seperti lingkaran magnet saja. Mata Rini merem melek menikmati permainan ini. Erangannya tidak pernah putus, sementara helaan napasnya memburu terengah-engah.Posisi sekarang berubah, Rini sekarang membungkuk menghadap meja sambil memegang kedua sisi meja yang tadi tempat dia berbaring, sementara saya dari


    belakangnya dengan berdiri memasukkan kemaluanku. Hal ini cukup sulit, karena selain ukuran kemaluanku lumayan besar, lubang kemaluan Rini juga semakin ketat karena membungkuk. Kukangkangkan kaki Rini dengan cara melebarkan jarak antara kedua kakinya. Perlahan kucoba memasukkan senjataku. Kali ini berhasil, tapi Rini melenguh nyaring, perlahan-lahan kudorong kemaluanku sambil sesekali menariknya. Lubangnya terasa sempit sekali. Beberapa saat, tiba-tiba ada cairan milik Rini membasahi lubang dan kemaluanku hingga terasa nikmat

    sekarang. Kembali kudorong senjataku dan kutarik sedikit. Goyanganku semakin lincah, pantatku maju mundur beraturan. Sepertinya Rini pun menikmati gaya ini. Buah dada Rini bergoyang-goyang juga maju-mundur mengikuti irama yang berasal dari pantatku. Kuremas buah dada itu, kulihat Rini sudah tidak kuasa menahan sesuatu yang tidak kumengerti apa itu. Erangannya semakin panjang. Kecepatan pun kutambah, goyangan pinggul Rini semakin kuat. Tubuhku terasa semakin panas. Ada sesuatu yang terdorong dari dalam yang tidak kuasa aku menahannya.

    Sepertinya menjalar menuju kemaluanku. Aku masih berusaha menahannya. Segera aku mencabut kemaluanku dan membopong tubuh Rini ke tempat yang lebih luas dan menyuruh Rini telentang di bentangan karpet. Secepatnya aku menindihnya sambil menekuk kedua kakinya sampai kedua ujung lututnya menempel ke perut, sehingga kini tampak kemaluan Rini menyembul mendongak ke atas menantangku. Segera kumasukkan senjataku kembali ke

    dalam lubang kemaluan Rini. Pantatku kembali naik turun berirama, tapi kali ini lebih kencang seperti akan mencapai finis saja. Suara yang terdengar dari mulut Rini semakin tidak karuan, seolah menikmati setiap sesuatu yang kulakukan padanya. Tiba-tiba Rini memelukku sekuat-kuatnya. Goyanganku pun semakin menjadi. Aku pun berteriak sejadinya, terasa ada sesuatu keluar dari kemaluanku. Rini menggigit leherku sekuat-kuatnya, segera

    kurebut bibirnya dan menggigitnya sekuatnya, Rini menjerit kesakitan sambil bergetar hebat. Mulutku terasa asin, ternyata bibir Rini berdarah, tapi seolah kami tidak memperdulikannya, kami seolah terikat kuat dan berguling-guling di lantai. Di atas sofa Agus dan isteriku ternyata juga sudah mencapai puncaknya. Kulihat Resty tersenyum puas. Sementara Rini tidak mau melepaskan kemaluanku dari dalam kemaluannya, kedua ujung tumit kakinya masih menekan kedua pantatku. Tidak kusadari seluruh cairan yang keluar dari kemaluanku masuk ke liang milik


    Rini. Kulihat Rini tidak memperdulikannya. Perlahan-lahan otot-ototku mengendur, dan akhirnya kemaluanku terlepas dari kemaluan Rini. Rini tersenyum puas, walau kelelahan aku pun merasakan kenikmatan tiada tara. Resty juga tersenyum, hanya nampak malu-malu. Kemudian memunguti pakaiannya dan menuju kamar mandi. Hingga saat ini peristiwa itu masih jelas dalam ingatanku. Agus dan Rini sekarang sudah pindah dan kembali ke Jakarta.

    Sesekali kami masih berhubungan lewat telepon. Mungkin aku tidak akan pernah melupakan peristiwa itu. Pernah suatu waktu Rini berkunjung ke rumah kami, kebetulan aku tidak ada di rumah. Dia hanya ketemu dengan isteriku. Seandainya saja..

  • Kisah Memek Main Swinger Sex Dengan Tetangga

    Kisah Memek Main Swinger Sex Dengan Tetangga


    2968 views

    Kisah Memek ini berjudul ”Kisah Memek Main Swinger Sex Dengan Tetangga ” Cerita Dewasa,Cerita Hot,Cerita Sex Panas,Cerita Sex Bokep,Kisah Seks,Kisah Mesum,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Janda,Jilbab,Terbaru 2019.

    Kisah Memek – Tentang tukar pasangan kali ini berkisah pengalamnku bercinta dengan tetangga baruku, dimana istri tetanggaku yang sangat bahenol dan sering bikin burungku naik turun itu akhirnya bisa kudapatkan walaupun dengan kompensasi aku harus merelakan istriku di tiduri oleh suami tetangga baruku.

    Kurasa tidak perlu aku ceritakan tentang nama dan asalku, serta tempat dan alamatku sekarang. Usiaku sekarang sudah mendekati empat puluh tahun, kalau dipikir-pikir seharusnya aku sudah punya anak, karena aku sudah menikah hampir lima belas tahun lamanya. Walaupun aku tidak begitu ganteng, aku cukup beruntung karena mendapat isteri yang menurutku sangat cantik. Bahkan dapat dikatakan dia yang tercantik di lingkunganku, yang biasanya menimbulkan kecemburuan para tetanggaku. Isteriku bernama Resty.

    Ada satu kebiasaanku yang mungkin jarang orang lain miliki, yaitu keinginan sex yang tinggi. Mungkin para pembaca tidak percaya, kadang-kadang pada siang hari selagi ada tamu pun sering saya mengajak isteri saya sebentar ke kamar untuk melakukan hal itu. Yang anehnya, ternyata isteriku pun sangat menikmatinya.

    Walaupun demikian saya tidak pernah berniat jajan untuk mengimbangi kegilaanku pada sex. Mungkin karena belum punya anak, isteriku pun selalu siap setiap saat. Kegilaan ini dimulai saat hadirnya tetangga baruku, entah siapa yang mulai, kami sangat akrab. Atau mungkin karena isteriku yang supel, sehingga cepat akrab dengan mereka. Suaminya juga sangat baik, usianya kira-kira sebaya denganku. Hanya isterinya, woow busyet.., selain masih muda juga cantik dan yang membuatku gila adalah bodynya yang wah, juga kulitnya sangat putih mulus.

    Kisah Memek Sex Tetangga Mereka pun sama seperti kami, belum mempunyai anak. Mereka pindah ke sini karena tugas baru suaminya yang ditempatkan perusahaannya yang baru membuka cabang di kota tempatku. Aku dan isteriku biasa memanggil mereka Mas Agus dan Mbak Rini. Selebihnya saya tidak tahu latar belakang mereka. Boleh dibilang kami seperti saudara saja karena hampir setiap hari kami ngobrol, yang terkadang di teras rumahnya atau sebaliknya. Pada suatu malam, saya seperti biasanya berkunjung ke rumahnya, setelah ngobrol panjang lebar, Agus menawariku nonton

    VCD blue yang katanya baru dipinjamnya dari temannya. Aku pun tidak menolak karena selain belum jauh malam kegiatan lainnya pun tidak ada. Seperti biasanya, film blue tentu ceritanya itu-itu saja. Yang membuatku kaget, tiba-tiba isteri Agus ikut nonton bersama kami. “Waduh, gimana ini Gus..? Nggak enak nih..!” “Nggak apa-apalah Mas, toh itu tontonan kok, nggak bisa dipegang. Kalau Mas nggak keberatan, Mbak Res diajak sekalian.” katanya menyebut isteriku. Aku tersinggung juga waktu itu. Tapi setelah kupikir-pikir, apa salahnya? Akhirnya aku pamit

    Kisah Memek Main Swinger Sex Dengan Tetangga

    Kisah Memek Main Swinger Sex Dengan Tetangga

    sebentar untuk memanggil isteriku yang tinggal sendirian di rumah. “Gila kamu..! Apa enaknya nonton gituan kok sama tetangga..?” kata isteriku ketika kuajak. Akhirnya aku malu juga sama isteriku, kuputuskan untuk tidak kembali lagi ke rumah Agus. Mendingan langsung tidur saja supaya besok cepat bangun. Paginya aku tidak bertemu Agus, karena sudah lebih dahulu berangkat. Di teras rumahnya aku hanya melihat isterinya sedang minum teh.

    Ketika aku lewat, dia menanyaiku tentang yang tadi malam. Aku bilang Resty tidak mau kuajak sehingga aku langsung saja tidur. Mataku jelalatan menatapinya. Busyet.., dasternya hampir transparan menampakkan lekuk tubuhnya yang sejak dulu menggodaku. Tapi ah.., mereka kan tetanggaku. Tapi dasar memang pikiranku sudah tidak beres, kutunda keberangkatanku ke kantor.

    Aku kembali ke rumah menemui isteriku. Seperti biasanya kalau sudah begini aku langsung menarik isteriku ke tempat tidur. Mungkin karena sudah biasa Resty tidak banyak protes. Yang luar biasa adalah pagi ini aku benar-benar gila. Aku bergulat dengan isteriku seperti kesetanan. Kemaluan Resty kujilati sampai tuntas, bahkan kusedot sampai isteriku menjerit. Edan, kok aku sampai segila ini ya, padahal hari masih pagi.Tapi hal itu tidak terpikirkan olehku lagi. Isteriku sampai terengah-engah menikmati apa yang

    Kisah Memek Sex Tetangga kulakukan terhadapnya. Resty langsung memegang kemaluanku dan mengulumnya, entah kenikmatan apa yang kurasakan saat itu. Sungguh, tidak dapat kuceritakan. “Mas.., sekarang Mas..!” pinta isteriku memelas. Akhirnya aku mendekatkan kemaluanku ke lubang kemaluan Resty. Dan tempat tidur kami pun ikut bergoyang. Setelah kami berdua sama-sama tergolek, tiba-tiba isteriku bertanya, “Kok Mas tiba-tiba nafsu banget sih..?” Aku diam saja

    karena malu mengatakan bahwa sebenarnya Rini lah yang menaikkan tensiku pagi ini. Sorenya Agus datang ke rumahku, “Sepertinya Mas punya kelainan sepertiku ya..?” tanyanya setelah kami berbasa-basi. “Maksudmu apa Gus..?” tanyaku heran. “Isteriku tadi cerita, katanya tadi pagi dia melihat Mas dan Mbak Resty bergulat setelah ngobrol dengannya.” Loh, aku heran, dari mana Rini nampak kami melakukannya? Oh iya, baru kusadari ternyata jendela kamar kami saling berhadapan. Agus langsung menambahkan, “Nggak usah malu Mas, saya juga maniak Mas.” katanya tanpa malu-malu. “Begini saja Mas,” tanpa harus memahami perasaanku, Agus langsung

    melanjutkan, “Aku punya ide, gimana kalau nanti malam kita bikin acara..?” “Acara apa Gus..?” tanyaku penasaran. “Nanti malam kita bikin pesta di rumahmu, gimana..?” “Pesta apaan..? Gila kamu.” “Pokoknya tenang aja Mas, kamu cuman nyediain makan dan musiknya aja Mas, nanti minumannya saya yang nyediain. Kita berempat aja, sekedar refresing ajalah Mas, kan Mas belum pernah mencobanya..?” Malamnya, menjelang pukul 20.00, Agus bersama isterinya sudah ada di rumahku. Sambil makan dan minum, kami ngobrol tentang masa muda kami. Ternyata ada

    Kisah Memek Sex Tetangga persamaan di antara kami, yaitu menyukai dan cenderung maniak pada sex. Diiringi musik yang disetel oleh isteriku, ada perasaan yang agak aneh kurasakan. Aku tidak dapat menjelaskan perasaan apa ini, mungkin pengaruh minuman yang dibawakan Agus dari rumahnya. Tiba-tiba saja nafsuku bangkit, aku mendekati isteriku dan menariknya ke pangkuanku. Musik yang tidak begitu kencang terasa seperti menyelimuti pendengaranku. Kulihat Agus juga menarik isterinya dan menciumi bibirnya. Aku semakin terangsang, Resty juga semakin bergairah. Aku belum pernah merasakan perasaan seperti ini. Tidak berapa lama Resty sudah telanjang bulat, entah kapan aku menelanjanginya. Sesaat aku merasa bersalah, kenapa aku melakukan hal ini di depan orang lain, tetapi kemudian. Markas Judi Online Dominoqq

    hal itu tidak terpikirkan olehku lagi. Seolah-olah nafsuku sudah menggelegak mengalahkan pikiran normalku. Kuperhatikan Agus perlahan-lahan mendudukkan Rini di meja yang ada di depan kami, mengangkat rok yang dikenakan isterinya, kemudian membukanya dengan cara mengangkatnya ke atas. Aku semakin tidak karuan memikirkan kenapa hal ini dapat terjadi di dalam rumahku. Tetapi itu hanya sepintas, berikutnya aku sudah menikmati permainan itu. Rini juga tinggal hanya mengenakan BH dan celana dalamnya saja, dan masih duduk di atas meja dengan lutut tertekuk dan terbuka menantang. Perlahan-lahan Agus membuka BH Rini, tampak dua bukit putih mulus menantang menyembul setelah penutupnya terbuka. “Kegilaan apa lagi ini..?” batinku. Seolah-olah

    Agus mengerti, karena selalu saya perhatikan menawarkan bergantian denganku. Kulihat isteriku yang masih terbaring di sofa dengan mulut terbuka menantang dengan nafas tersengal menahan nafsu yang menggelora, seolah-olah tidak keberatan bila posisiku digantikan oleh Agus. Kemudian kudekati Rini yang kini tinggal hanya mengenakan celana dalam. Dengan badan yang sedikit gemetar karena memang ini pengalaman pertamaku.

    Kisah Memek Sex Tetangga melakukannya dengan orang lain, kuraba pahanya yang putih mulus dengan lembut. Sementara Agus kulihat semakin beringas menciumi sekujur tubuh Resty yang biasanya aku lah yang melakukannya. Perlahan-lahan jari-jemariku mendekati daerah kemaluan Rini. Kuelus bagian itu, walau masih tertutup celana dalam, tetapi aroma khas kemaluan wanita sudah terasa, dan bagian tersebut sudah mulai basah. Perlahan-lahan kulepas celana

    dalamnya dengan hati-hati sambil merebahkan badannya di atas meja. Nampak bulu-bulu yang belum begitu panjang menghiasi bagian yang berada di antara kedua paha Rini ini. “Peluklah aku Mas, tolonglah Mas..!” erang Rini seolah sudah siap untuk melakukannya. Tetapi aku tidak melakukannya. Aku ingin memberikan kenikmatan yang betul-betul kenikmatan kepadanya malam ini. Kutatapi seluruh bagian tubuh Rini yang memang betul-betul sempurna. Biasanya aku hanya dapat melihatnya dari kejauhan, itu pun dengan terhalang pakaian. Berbeda kini

    bukan hanya melihat, tapi dapat menikmati. Sungguh, ini suatu yang tidak pernah terduga olehku. Seperti ingin melahapnya saja. Kemudian kujilati seluruhnya tanpa sisa, sementara tangan kiriku meraba kemaluannya yang ditumbuhi bulu hitam halus yang tidak begitu tebal. Bagian ini terasa sangat lembut sekali, mulut kemaluannya sudah mulai basah. Perlahan kumasukkan jari telunjukku ke dalam. “Sshh.., akh..!” Rini menggelinjang nikmat.

    Kuteruskan melakukannya, kini lebih dalam dan menggunakan dua jari, Rini mendesis. Kini mulutku menuju dua bukit menonjol di dada Rini, kuhisap bagian putingnya, tubuh Rini bergetar panas. Tiba-tiba tangannya meraih kemaluanku, menggenggam dengan kedua telapaknya seolah takut lepas. Posisi Rini sekarang berbaring miring, sementara aku berlutut, sehingga kemaluanku tepat ke mulutnya. Perlahan dia mulai menjilati kemaluanku. Gantian badanku sekarang yang bergetar hebat. Rini memasukkan kemaluanku ke dalam mulutnya. Ya ampun, hampir aku

    Kisah Memek Sex Tetangga tidak sanggup menikmatinya. Luar biasa enaknya, sungguh..! Belum pernah kurasakan seperti ini. Sementara di atas Sofa Agus dan isteriku seperti membentuk angka 69. Resty ada di bawah sambil mengulum kemaluan Agus, sementara Agus menjilati kemaluan Resty. Napas kami berempat saling berkejaran, seolah-olah melakukan perjalanan panjang yang melelahkan. Bunyi Music yang entah sudah beberapa lagu seolah menambah semangat kami. Kini tiga jari kumasukkan ke dalam kemaluan Rini, dia melenguh hebat hingga kemaluanku terlepas dari

    mulutnya. Gantian aku sekarang yang menciumi kemaluannya. Kepalaku seperti terjepit di antara kedua belah pahanya yang mulus. Kujulurkan lidahku sepanjang-panjangnya dan kumasukkan ke dalam kemaluannya sambil kupermainkan di dalamnya. Aroma dan rasanya semakin memuncakkan nafsuku. Sekarang Rini terengah-engah dan kemudian menjerit tertahan meminta supaya aku segera memasukkan kemaluanku ke lubangnya. Cepat-cepat

    kurengkuh kedua pahanya dan menariknya ke bibir meja, kutekuk lututnya dan kubuka pahanya lebar-lebar supaya aku dapat memasukkan kemaluanku sambil berjongkok. Perlahan-lahan kuarahkan senjataku menuju lubang milik Rini. Ketika kepala kemaluanku memasuki lubang itu, Rini mendesis, “Ssshh.., aahhk.., aduh enaknya..! Terus Mas, masukkan lagi akhh..!” Dengan pasti kumasukkan lebih dalam sambil sesekali menarik sedikit dan mendorongnya lagi. Ada kenikmatan luar biasa yang kurasakan ketika aku melakukannya. Mungkin karena selama ini aku hanya

    melakukannya dengan isteriku, kali ini ada sesuatu yang tidak pernah kurasakan sebelumnya. Tanganku sekarang sudah meremas payudara Rini dengan lembut sambil mengusapnya. Mulut Rini pun seperti megap-megap kenikmatan, segera kulumat bibir itu hingga Rini nyaris tidak dapat bernapas, kutindih dan kudekap sekuat-kuatnya hingga Rini berontak. Pelukanku semakin kuperketat, seolah-olah tidak akan lepas lagi. Keringat sudah membasahi seluruh tubuh kami. Agus dan isteriku tidak kuperhatikan lagi. Yang kurasakan sekarang adalah sebuah petualangan.

    Kisah Memek Sex Tetangga yang belum pernah kulalui sebelumnya. Pantatku masih naik turun di antara kedua paha Rini. Luar biasa kemaluan Rini ini, seperti ada penyedot saja di dalamnya. Kemaluanku seolah tertarik ke dalam. Dinding-dindingnya seperti lingkaran magnet saja. Mata Rini merem melek menikmati permainan ini. Erangannya tidak pernah putus, sementara helaan napasnya memburu terengah-engah.Posisi sekarang berubah, Rini sekarang membungkuk menghadap meja sambil memegang kedua sisi meja yang tadi tempat dia berbaring, sementara saya dari

    belakangnya dengan berdiri memasukkan kemaluanku. Hal ini cukup sulit, karena selain ukuran kemaluanku lumayan besar, lubang kemaluan Rini juga semakin ketat karena membungkuk. Kukangkangkan kaki Rini dengan cara melebarkan jarak antara kedua kakinya. Perlahan kucoba memasukkan senjataku. Kali ini berhasil, tapi Rini melenguh nyaring, perlahan-lahan kudorong kemaluanku sambil sesekali menariknya. Lubangnya terasa sempit sekali. Beberapa saat, tiba-tiba ada cairan milik Rini membasahi lubang dan kemaluanku hingga terasa nikmat

    sekarang. Kembali kudorong senjataku dan kutarik sedikit. Goyanganku semakin lincah, pantatku maju mundur beraturan. Sepertinya Rini pun menikmati gaya ini. Buah dada Rini bergoyang-goyang juga maju-mundur mengikuti irama yang berasal dari pantatku. Kuremas buah dada itu, kulihat Rini sudah tidak kuasa menahan sesuatu yang tidak kumengerti apa itu. Erangannya semakin panjang. Kecepatan pun kutambah, goyangan pinggul Rini semakin kuat. Tubuhku terasa semakin panas. Ada sesuatu yang terdorong dari dalam yang tidak kuasa aku menahannya.

    Sepertinya menjalar menuju kemaluanku. Aku masih berusaha menahannya. Segera aku mencabut kemaluanku dan membopong tubuh Rini ke tempat yang lebih luas dan menyuruh Rini telentang di bentangan karpet. Secepatnya aku menindihnya sambil menekuk kedua kakinya sampai kedua ujung lututnya menempel ke perut, sehingga kini tampak kemaluan Rini menyembul mendongak ke atas menantangku. Segera kumasukkan senjataku kembali ke dalam lubang kemaluan Rini. Pantatku kembali naik turun berirama, tapi kali ini lebih kencang seperti akan mencapai finis saja.

    Kisah Memek Sex Tetangga Suara yang terdengar dari mulut Rini semakin tidak karuan, seolah menikmati setiap sesuatu yang kulakukan padanya. Tiba-tiba Rini memelukku sekuat-kuatnya. Goyanganku pun semakin menjadi. Aku pun berteriak sejadinya, terasa ada sesuatu keluar dari kemaluanku. Rini menggigit leherku sekuat-kuatnya, segera

    kurebut bibirnya dan menggigitnya sekuatnya, Rini menjerit kesakitan sambil bergetar hebat. Mulutku terasa asin, ternyata bibir Rini berdarah, tapi seolah kami tidak memperdulikannya, kami seolah terikat kuat dan berguling-guling di lantai. Di atas sofa Agus dan isteriku ternyata juga sudah mencapai puncaknya. Kulihat Resty tersenyum puas.Sementara Rini tidak mau melepaskan kemaluanku dari dalam kemaluannya, kedua ujung tumit kakinya masih menekan kedua pantatku. Tidak kusadari seluruh cairan yang keluar dari kemaluanku masuk ke liang milik

    Rini. Kulihat Rini tidak memperdulikannya. Perlahan-lahan otot-ototku mengendur, dan akhirnya kemaluanku terlepas dari kemaluan Rini. Rini tersenyum puas, walau kelelahan aku pun merasakan kenikmatan tiada tara. Resty juga tersenyum, hanya nampak malu-malu. Kemudian memunguti pakaiannya dan menuju kamar mandi. Hingga saat ini peristiwa itu masih jelas dalam ingatanku. Agus dan Rini sekarang sudah pindah dan kembali ke Jakarta.

    Sesekali kami masih berhubungan lewat telepon. Mungkin aku tidak akan pernah melupakan peristiwa itu. Pernah suatu waktu Rini berkunjung ke rumah kami, kebetulan aku tidak ada di rumah. Dia hanya ketemu dengan isteriku. Seandainya saja.

    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,